TWENTY FOUR

355 24 2
                                    

mereka menunggu ana diperiksa dengan keadaan khawatir takut ana terjadi apa apa. saat di bawa ke rumah sakit, ana sempat sadar sambil memegang perutnya dan mengatakan 'sakit ga' .
rega yang melihat ana kesakitan seperti itu, juga merasakan sakit.

"keluarga pasien ana" ucap dokter yang baru keluar

"saya dok" ucap ira, mamah ana

"pasien tidakpapa hanya saja kurang asupan yang menyebabkan dia jatuh pingsan dan mengalami nyeri pada lambungnya. tolong diperhatikan lagi pola makan pasien" ucap dokter itu

"apa anak saya harus di rawat inap dok?" tanya mamah ana

"pasien lebih baik di rawat inap selama 1/2 hari" jawab dokter itu

"terimakasih dok" ucap gavin

setelah dokter itu pergi dan ana sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, rega mengajak gavin untuk pergi ke kantin membelikan makanan untuk mamah ana

di luar rawat inap ana rega langsung bertanya kepada gavin.

"jelasin kak, siapa itu raka" tanya rega mendesak gavin

"belum saatnya ga"

"mau sampe kapan sih kak? sampe ana masuk rumah sakit yang kedua kalinya?"

gavin terdiam sesaat, lalu dia duduk di kursi yang ada disediakan dan menghela nafasnya

"raka orang yang buat semuanya berubah" ucap gavin dengan tatapan yang kosong

"kalau lo tahu tentang kematian kembaran gue, raka adalah dokter muda yang nanganin kembaran gue di rumah sakit"

"raka ngelakuin malapraktik yang ditutupi keluarganya di kembaran gue"

"dan raka pada saat itu sahabat gue juga sekaligus orang yang disukai ana"

"raka berubah setelah kematian vian, dia selalu nyalahin ana atas kematian vian.
dia selalu mabuk dan mengundurkan diri dari rumah sakit"

"salah satu orang yang mengetahui malapraktik itu akhirnya datang ke rumahh dan ngungkapin semua apa yang dia lihat" gavin menghela nafas sekali lagi

"dan ana yang baru pulang denger itu semua. dia denger kelau kakak nya bisa saja selamat asalkan raka engga ngasih obat dengan dosis diluar yang ditentukan"

"setelah itu ana marah dan benci sama raka sampai saat ini. dia ngerasa raka orang yang bener bener brengsek yang udah bunuh kakak nya dan dia ikut andil di kematian kakak nya"

gavin berhenti cerita dan mendongak melihat rega yang serius mendengarkan ceritanya

"udah yuk, beli makan aja" ucap gavin akhirnya dan berdiri lalu berjalan menuju kantin rumah sakit

rega merasa bersalah sudah memaksa gavin untuk bercerita mengenai cerita masa lalu yang gelap dikeluarga ana. dia sedari tadi berfikir bagaimana ana tidak akan memikirkan raka kedepannya

——-

semilir angin yang cukup kencang mengusik ana yang sedang bermain di ayunan pohon. ana yang sedang membaca buku melihat kakaknya membawakan boneka di tangannya

"kakak" teriak ana lalu berlari menuju melviano yang menatapnya dengan senyuman
ana memeluknya dengan sangat erat seakan sudah tidak berjumpa sangat lama.

"kak, ana kangen banget sama kakak. maafin ana ya kak, ana banyak banget salah sama kakak. pulang yuk kak, ditunggu kak gavin" ucap ana lalu menarik tangan malvin

"gabisa ana, ana pulang sendiri ya" ucap melviano kepada adiknya itu

"ana, kakak cuma mau bilang. kakak baik- baik aja, ana jangan mikirin kakak lagi. ana hidup yang baik sama kak gavin, jangan bertengkar. jaga mamah sama papah untuk kakak"

REGANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang