Hari ini Arfi sudah berniat untuk meminta maaf terhadap Aruna, walupun rasa kesal masih ada namun dia juga sadar sikapnya kemarin terhadap Aruna salah, walapun dia sedang tidak baik terhadap perempuan tapi dia juga tidak bisa mengkasari perempuan seperti kemarin. Arfi telah merenungkan hal ini semalaman omongan Aruna dan Sharla membuatnya sedikit luluh dan mencoba untuk berdamai dengan masa lalunya.
Arfi berjalan menuju kelas Aruna namun dikelasnya sudah tidak ada siapapun, Arfi berjalan kembali kali ini tujuannya adalah kantin, benar pada saat Arfi telah sampai dia sudah bisa melihat Aruna dari kejauhan. Arfi berusaha mendengarkan pembicaraan mereka dari meja yang tak jauh dari meja gadis itu namun tetap tidak terlihat oleh Aruna.
"Lo kenapa si Na diem-diem bae?" tanya Cia yang kesekian kalinya.
"Udah dua hari loh Na." Ucap Neysa.
"Kenapa si Runa ku dari kemaren diem bae," ucap Yola.
"Ngga papa elah, kalian pertanyaannya ngga ada yang lain apa," bosan Aruna.
"Abis pertanyaan itu yang belum kita dapetin jawabannya!" ucap Yola
"Emang pertanyaan kalian ngga ada jawabannya," Aruna beranjak dari duduknya,
"Udah lah gw mau ketaman belakang aja."
"Loh kita aja baru sampe belum pesen makan," ucap Cia
"Udah ngga laper, kalian aja yang makan."
"Jangan gitu dong ntar lo sakit." Ucap Neysa
"Engga lah, ngga makan sekali ngga bakal buat gue sakit," ucap Aruna berjalan meninggalkan sahabatnya.
Setalah berjalan Aruna sampai di taman belakang, namun belum sampai menginjakkan kakinya di rumput taman Aruna melihat seseorang yang membuatnya seperti ini.
Aruna sudah tak berniat untuk menenangkan dirinya sendiri, dia berbalik arah hendak pergi meninggalkan taman."Tunggu"
Aruna berhenti dari langkahnya, dia tetap berdiri tanpa melihat siapa yang memanggilnya. Seperkian detik belum ada yang membuka suara Aruna kembali melangkahkan kakinya.
"Maaf" satu kata terucap dari mulut Arfi. Benar saja orang yang sedang Aruna hindari adalah Arfi, kenapa Arfi sudah berada di taman belakang? Sedangkan tadi dia sedang berada di kantin. Arfi bergegas pergi ketaman belakang setelah mendengar ucapan Aruna.
Aruna terdiam kembali dalam posisinya. Arfi berjalan medekati Aruna dan berdiri di depannya menatap Aruna dalam.
"Maaf, udah kasar sama lo."
"Maaf, udah bikin lo nangis."
"Maaf, udah buat lo malu di depan umum."
"Maaf, udah buat lo ngga mood."
"Sekali lagi gw minta maaf."
Ucap Arfi mengungkapkan segala kesalahannya namun tak mendapat jawaban dari Aruna, bahkan untuk memandang Arfi pun dia tak mau."Maaf" ucap Arfi tak mendapat jawaban sama sekali. Arfi menundukan kepalanya tak kala mendapatkan jawaban.
Aruna memandang Arfi dengan tatapan berani, Aruna berfikir untuk apa dia mengalihkan pandandangannya itu tidak akan berguna, yang Aruna inginkan sekarang hanya meluapkan amarahnya.
"Untuk apa?" tanya Aruna songong.
"Udah buat kesalahan sama lo." Justru sekarang Arfi lah yang tak memandang Aruna.
Aruna tertawa renyah,
"Loh bukannya gw ya yang harusnya terima kasih sama lo," ucap Aruna menggantung, Arfi mendongak menatap Aruna penuh tanya. Aruna tersenyum miring."Iya terima kasih karna lo udah ngasih tau gw gimana rasanya di bentak orang, dikasarin, di permaluin di depan umum. Seumur umur gw baru sekali di bentak orang dan itu bukan keluarga gw," ucap Aruna berusaha santai namun menohok hati Arfi.

KAMU SEDANG MEMBACA
AntarKita [ On Going ]
Ficção Adolescente---- (FOLLOW DULU SEBELUM BACA) "lo mau kemana?" "mau turun lah" "liftnya ada disini" "gw ngga mau naik lift" ucapnya hendak pergi namun tangannya segera dicekal oleh orang disebelahnya. ---- Sebuah masa lalu mungkin akan menjadikan seseorang berhe...