part 18 : jalan

272 53 15
                                    

Pagi ini Aruna bangun pukul 07.00 sekarang hari minggu, seharusnya ia bebas bangun jam berapa saja namun ia ingat bahwa hari ini ia akan jalan bersama Haidar, setelah nyawanya terkumpul Aruna berjalan kearah kamar mandi.

30 menit berlalu Aruna telah selesai mandi setelah itu Aruna bersiap aruna mengenakan jumpsuit berbahan jeans berwarna biru muda dan mengenakan kaos putih untuk bagian dalamnya dan menggunakan sepatu vans berwarna putih tak lupa juga tas kecilnya. Saat hendak turun ponsel Aruna berbunyi, Aruna beranjak untuk mengambil ponselnya yang masih berada di atas kasur.

Haidar
Na lo udah siap?

Aruna
Udah kok

Haidar
Oh iya alamat rumah lo mana? Gw kan belum tau

Aruna
Jalan teratai 5, perumahan permata blok A nomor 3

Haidar
Oke gw otw

Aruna
Iya ati-ati

Pesan singkat itu mampu membuat Haidar tersenyum, ternyata Aruna sedikit menghawatirkannya, namun jika Aruna tau rasa Haidar mungkin dia lebay perkataan seperti itu biasa Aruna kirimkan keseseorang yang sudah dikenalnya.
Setelah mengakhiri chat itu Aruna langsung turun kebawah menemui ayah dan bundanya untuk meminta izin.

"Pagi Yah, Bun." Sapa Aruna pada Ayah Bundanya yang sedang sarapan.

"Pagi sayang." Jawab keduanya bersamaan, Aruna duduk di kursi untuk sekedar memakan roti dan meminum susu.

Bunda Erin memandang Aruna heran, masih pagi seperti ini dia sudah rapih apalagi dihari minggu,

"Kamu pagi-pagi gini rapi amat, mau kemana?" Tanya Bunda

"Ini bun runa mau jalan sama temen, boleh ya?" Jawab Aruna sekaligus meminta izin.

"Sama siapa? cewe apa cowo?" Tanya Ayah sedikit protek.

"Cowo yah, namanya Haidar." Ucap Aruna sembari memakan sarapannya,

"Pacar kamu?"

"Bukan kok yah." Ucap Aruna pengertian, Aruna tau betul sikap protek Ayahnya itu.

"Lagian kalo pacar juga ngga papa yah, runa kan udah gede." Ucap Bunda.

"Bagi ayah, anak ayah yang satu ini masih kecil," Ucap Ayah.

Aruna menghela nafasnya pelan dia pasrah jika ayahnya sudah seperti itu, sebenarnya maksud ayahnya bukan melarang seratus persen untuk Aruna berpacaran, tapi minimal sang ayah harus sudah tau terlebih dahulu sifat calon pacar anaknya sebelum dia menjadi pacar Aruna.

"Ayah itu selalu saja seperti itu" Ucap Bunda.

"Udah lah bun aku tau kok, ayah kaya gitu karena sayang sama aku, lagian aku justru seneng sikap ayah kaya gitu, itu artinya ayah peduli dan sayang sama aku" Jelas Aruna pada sang bunda, bunda pun diam mendengar perkataan Aruna tersebut.

"Oh iya bun, bang ai sama kak ai lagi dimana?" Tanya Aruna kembali.

"Tadi si kayaknya mereka berdua lari pagi." Jawab Aruna.

"Ooh," Ucap Aruna seperti membulatkan mulutnya berhuruf ‘o’, aruna telah menyelsaikan sarapannya bertepatan suara bel rumahnya berbunyi,
TING TONG

"Itu kayaknya temen ku deh bun, runa pamit ya yah, bun." Pamit Aruna pada Ayah dan Bundanya

"Iya udah, hati-hati ya." Ucap Bunda setelah itu Aruna menyalami Ayah dan Bundanya.

AntarKita [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang