Beloved Enemy-18

15 1 1
                                    

"Benci dan cinta itu bagaikan sel darah putih di dalam tubuh. Ia akan bekerja dengan baik jika kapasitasnya normal dan akan mematikan jika kapasitasnya berlebihan."
-Beloved Enemy-
*****

"Keluhannya apa ya dek?" tanya dokter Hendro sang dokter spesialis saraf.

"Akhir-akhir ini saya sering merasakan gejala yang aneh dok. Tidak seperti biasanya" jawab Dito sok serius. Sedangkan Clara sudah was-was takut jika Dito berulah lagi.

"Gejala yang seperti apa dek?" dokter Hendro bertanya lagi pada Dito.

Dito mulai menjelaskan keluhannya yang sering menghantui "Jadi gini dok, akhir-akhir ini musuh saya kelihatan kaya bidadari dok. Biasanya juga kaya nenek lampir yang suaranya cempreng. Kan aneh, coba dok saya ingin di periksa sekarang aja. Lebih cepat lebih baik dok. Kalo bisa kasih resep sekalian dok berapapun harganya akan saya tebus"

Mendengar keluhan Dito membuat Dokter Hendro tercengang dan kemudian geleng-geleng.

Di samping Dito terdapat Clara yang tiba-tiba menepuk jidatnya. Tidak habis pikir batinnya. Dulu ia ngidam apa sih sampe punya anak sebobrok ini? Sudah ia duga bahwa Dito akan berulah lagi. Tahu kaya gini tadi lebih baik pergi ke butik saja untuk memantau karyawannya.

"Dito! Yang serius dong jelasinnya. Jangan malu-maluin Mami"

"Ini jawaban paling serius Mi" jawab Dito meyakinkan Clara.

Dokter hendro tampak senyum samar-samar. Ia paham sekarang dan ia juga pernah muda dong tentunya. Sudah hafal sama hal yang model beginian.

"Lohh kok dokter malah senyum-senyum gitu sih sama saya? Jadi curiga deh. Jangan-jangan..." ucapan Dito terpotong oleh Clara.

"Dito! Bersikap sopanlah sedikit!" potong Clara merasa malu dan tidak enak oleh dokter Hendro.

Sedangkan Dito cengengesan dan seketika nyalinya ciut ketika di pelototi oleh Clara.

"Yasudah ayo nak Dito saya periksa dulu matanya" ajak dokter Hedro menuju ruangan khusus. Ditopun membuntuti dari belakang.

Pemeriksaanpun selesai, dokter Hendro dan Dito pun keluar dari ruang pemeriksaan.

"Alhamdulillah mata nak Dito tidak bermasalah bahkan sehat pula" jelas Dokter Hendro

"Lahh seriusan dok?" jawab Dito tidak percaya.

"Jadi gini nak Dito" dokter Hendro menjelaskan, "otak kita ini terbuat dari sekitar 100 miliar sel saraf yang disebut neuron. Bagian terpenting dari sistem saraf pusat yang mengendalikan kemampuan untuk berfikir, berbicara, merasa, melihat, mendengar, bernapas dan membuat memori. Beberapa saraf pada otak langsung menuju mata, telinga, dan bagian lain pada otak. Dan saraf lainnya menyambung otak dengan bagian tubuh lainnya dengan melalui saraf tulang belakang.

Perlu kamu ketahui pada dasarnya bahwa otak kita itu terdiri dari Cerebrum dan Cerebellum. Yang mana Cerebrum itu terbagi lagi menjadi 4 bagian, disini saya hanya akan menjelaskan secara singkat bagian Temporal lobe saja. 3 bagian yang lainnya bisa kamu cari tahu sendiri. Temporal lobe yaitu yang bertanggung jawab memproses memori, menggabungkannya dengan sensasi rasa, suara, penglihatan, sentuhan, dan emosional." Jeda dokter Hendro yang membuat Dito antusias mendengarkannya dan sedikit penasaran.

"Terus selanjutnya gimna dok? Apa hubungannya dengan mata saya?" tanya Dito antusias.

"Saya ambil kesimpulan bahwa saraf otak kamu bekerja secara normal dan seolah-olah mengatakan bahwa gadis yang kamu sebut musuh itu ternyata ia bukan benar-benar musuhmu. Dan kamu mulai sisi positif dari dia. Salah satu saraf otak tersebut bekerja langsung menuju mata dan kamu mulai melihat bahwa gadis itu sangatlah cantik dan mempunyai daya tarik tersendiri. Dan yang lebih penting dari itu, kamu mulai mengakuinya kalau anak muda jaman sekarang menyebutnya Benci menjadi cinta." ucap dokter Hendro memberi penjelasan pada Dito. Seketika Clara tersenyum merasa terwakili oleh dokter Hendro.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beloved Enemy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang