Special Part - Nada dan Kala

539 40 0
                                    

Nat menyisir rambut Nada, setelahnya ia mendudukkan gadis kecil itu di kursi meja makan. Kegiatannya dilanjutkan dengan menyuapi Kala —anak keduanya— makan. Anak lelakinya itu tersenyum dan tertawa-tawa melihat bagaimana ibunya menyuapinya. Segala hal yang dilakukan Nat sangat menyenangkan dimata Kala.

Nat menoleh pada jam dinding yang terpasang di dapur. Masih belum ada tanda-tanda suaminya akan keluar.

"Mas ayo!" Panggil Nat.

Semenjak menikah dengan Davis enam tahun lalu, ia memutuskan untuk memanggil Davis dengan sebutan mas. Lagipula Davis memang lebih tua dari Nat.

"Mas... mas..." Beo Nada. Nada memang suka membeo ayah dan ibunya. Usia-usia keemasan.

Nat menoleh dan tersenyum kecil, "Ayah sayang." Nat memperbaiki.

"Ayah." Ulang Nada.

"Daddy sayang." Ujar Davis yang baru datang dan mendudukkan pantatnya pada kursi.

"Iya daddy." Koreksi Nat, tidak ingin berdebat lebih panjang.

"Iya daddy." Ulang Nada mengikuti ibunya.

Nada terkekeh dan Nat tertawa. "Benar-benar anak kamu mas."

"Tentu saja anaknya daddy Davis. Masa anak orang lain." Davis menciumi Nada yang sedang disuapi Nat juga.

Gadis kecil itu tertawa karena ayahnya. Davis lanjut menciumi Kala hingga anak lelakinya tertawa keras pula. Bahkan sampai Kala merajuk karena lelah tertawa.

"Mas sudah aah. Kasian Kala tuh." Kata Nat.

Nada Harum Hadiardjo dan Kalantha Hadid Hadiardjo adalah anugerah terindah dalam hidup Davis juga Nat. Mereka memang menikah diusia yang sudah tidak muda lagi. Usia Nat kala itu sudah menginjak 31 tahun dan Davis 33 tahun. Memikirkan usia Nat kala itu maka Nat dan Davis berusaha keras agar langsung memiliki anak dan doa mereka memang dijawab Tuhan dengan kehadiran Nada.

Awalnya Davis pikir kehadiran Nada sudah cukup apalagi Nat sudah tidak muda lagi dan ia takut kehamilan Nat beresiko. Ia tak ingin kehilangan istrinya ataupun melihat anaknya kehilangan figur ibu. Keduanya adalah yang terpenting dalam hidup Davis. Namun hingga dua atau tiga tahun lalu Nat terus memohon untuk menambah momongan. Ia tak ingin anaknya merasa kesepian seperti ia dulu.

Akhirnya Davis luluh dan mengiyakan keinginan Nat dengan berbagai syarat. Salah satunya adalah berhenti bekerja dan fokus pada kehamilan juga program anak kedua. Tentu saja Nat menyetujuinya walau dengan berat hati harus berpamitan dengan anak-anak kantor. Hingga dua tahun lalu Nada dikatakan positif hamil oleh dokter. Davis menjadi sangat protektif dan terus menemani Nat semasa kehamilannya ini.

"Ayo makan mas. Kita harus cepet-cepet ke bandara. Nanti Langit yang jemput sama anaknya kalau udah sampai."

"Loh emangnya Langit gak sibuk? Padahal kita bisa pakai taksi bandara." Davis menyerngit.

"Nala yang maksa mas. Dia bilang biar Langit aja yang jemput sekalian ajak anaknya jalan. Toh Langit gak sibuk apa-apa."

"Padahal acaranya Nala, eh malah dijemput Langit segala."

Davis dan Nat memang akan terbang ke Bandung untuk menghadiri acara tujuh bulanannya Nala. Setelah melewati banyak hari sulit akhirnya Nala menemukan cinta sejatinya. Siapa lagi kalau bukan dokter Langit. Setelah menikahpun Langit memilih pindah ke Bandung dengan Nala. Langit ingin membawa Nala pergi dari kota yang menurut mereka berdua penuh dengan kesedihan bagi keduanya.

"Mas, kadonya jangan lupa. Tas Kala juga ya." Ucap Nat.

Nat berjalan membereskan piring bekas mereka makan. Tak lupa ia juga membersihkan sisa-sisa makanan pada kedua anaknya.

[2] Asing | ✔️ [UNDER REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang