4. Yesterday and Today

506 46 2
                                    

Nat masuk ke ruang rapat. Ia melihat beberapa orang sudah menyiapkan bahan presentasi. Nat juga sudah mempersiapkan bahan presentasinya. Tak lama Davis datang dengan Anggi. Nat memelototkan matanya ketika melihat Anggi.

Oh kenapa kejutan itu gak pernah berhenti datang sih?

Nat tak menyangka Anggi akan menjadi sekretaris Davis. Nat sangat membenci Anggi karena suatu kesalahpahaman yang tak pernah terjelaskan sampai saat ini. Bahkan karenanya ia juga sampai membenci Davis juga.

"Baik kita akan memulai rapatnya." Ucap Nat ketika semua sudah berkumpul dan siap.

Nat menjelaskan bagaimana saja konsep yang ia tawarkan sesuai dengan keinginan Davis. Ia merasa dongkol ketika Davis selalu membantahnya. Ia bahkan sampai ingin mengatakan mundur dari proyek itu tapi tak mungkin karena bonusnya lumayan.

"Jadi menurut Pak Davis sendiri bagaimana sebaiknya konsep ini?" Nat menekan setiap kata-katanya dan menatap tajam Davis.

Anggi yang melihat keadaan mulai tak stabil dan kondusif segera meminta istirahat dan disetujui semua yang ada di sana karena mereka juga melihat ada aura panas dari pihak Nat ataupun Davis. Mereka tak mengerti kenapa.

"Lo apa-apaan sih, Vis? Konsep Nat sesuai kali sama apa yang lo mau." Anggi menyesap rokoknya ketika berada di rooftop bangunan itu.

"Gue gak suka." Jawab Davis simpel. Davis juga menyesap rokoknya.

"Gila lo. Jangan karena benci jadi gak profesional ya. Gue tadi juga lihat Nat kayaknya marah banget sama lo."

"Loh dia harusnya profesional dong sama permintaan gue."

"Tapi permintaan lo gak masuk akal. Gue aja ngakuin apalagi tim Nat. Jangan persulit Nat dong."

"Kok lo belain dia?"

"Gue gak belain dia. Gue cuma mengerti posisi dia. Please be professional dong, Vis."

"Jangan campurkan perasaan lo ke rapat ini." Pinta Anggi.

...

Nat berpapasan dengan Davis ketika ia hendak menuju mesin minuman. Rupanya Davis juga ingin minum. Untungnya mesin yang ada di kantor Nat ada dua, jadi mereka tak perlu berebut. Nat sekilas menatap tajam pada Davis.

"Kalo lo gak suka sama konsep gue dari awal harusnya lo berhentiin gue dan cari tim lain." Ketus Nat.

Ia masih dongkol karena rapat tadi. Apalagi sekarang mereka sedang istirahat dan akan melanjutkan rapat lagi.

Davis tersenyum sinis, "Lo juga kalau gak bisa handle proyek gue mending mengundurkan diri. Gue perlu yang berkompeten dan profesional."

Kali ini Nat dan Davis saling tatap dengan tajam. Anggi yang sedari tadi melihat akhirnya menengahi. Anggi benar-benar berdiri di tengah Nat dan Davis. Mengalihkan tatapan tajam mereka tadi.

"Guys, please be professional. Jangan libatkan perasaan pribadi dong. Malu sama yang lain ah." Anggi kembali mengingatkan.

"Siapa yang melibatkan masalah pribadi. Tuh dia kali." Judes Nat.

"Lo kali bukan gue." Jawab Davis tak kalah sengit.

"Kalian berantem kayak anak kecil ya." Kata Anggi.

"Dih dia kali kayak anak kecil. Lebih tepatnya anak ayam." Sarkasme Nat.

"Ayam mana ada tinggi."

"Pas awal ketemu sok asing kayak gak pernah ketemu. Sekarang aja berantem kayak pasutri lagi ngambek-ngambekan." Sindir Anggi.

Anggi menghembuskan napas berat. Sepertinya kehidupannya sampai proyek ini selesai akan sangat berat. Namun entah apa yang diperbuat Anggi sampai Nat dan Davis berhenti beradu mulut dan perang dingin.

[2] Asing | ✔️ [UNDER REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang