2. History

993 56 0
                                    

Davis Hadid Hadiardjo atau Davis menatap salah satu karyawan perusahaan penerbit itu dengan kaget. Niat awal ia hanya ingin menjalin kerja sama dengan penerbit terbaik di Jakarta malah harus bertemu kembali dengan bagian dari masa lalunya.

Davis kaget bukan main saat Nat masuk ke dalam ruangan. Mengapa dunia ini seakan menjadi sempit? Ia tahu Nat tinggal di Jakarta tapi bukan berarti mereka bisa bertemu di sini kan? Sungguh kebetulan yang aneh.

Davis tidak mendengarkan penjelasan Pak Hardi pada Nat tapi malah menatap Nat yang sibuk menggigiti bibirnya. Salah satu kebiasaan Nat yang tidak hilang sama sekali. Ia akan begitu saat gugup. Gila, bahkan sampai saat ini Davis masih mengingatnya. Padahal sudah lewat bertahun-tahun.

"Natasha Faradhila." Ucapnya dan menyodorkan tangannya sopan pada Davis ketika memperkenalkan diri.

Iya tahu.

"Davis Hadid." Jawab Davis.

Rasa canggung itu tidak dapat ditutupi dan mereka berdua menyadarinya. Bahkan Nat sama sekali tidak memperhatikan ataupun mendengarkan apa yang dikatakan oleh salah satu tim kreatif DHH.

"Saya harap kerja sama ini berjalan dengan lancar." Tutup Davis selaku pimpinan.

"Saya juga harap begitu Pak Davis. Kalau ada apa-apa Pak Davis bisa hubungi Nat."  Jawab Pak Hardi.

Pak Hardi memberikan kartu nama Nat pada Davis. Davis segera saja menyimpannya pada salah satu kantung jasnya. Setelah berterima kasih, tim dari perusahaan Davis segera pergi. Gelagat aneh Davis dapat diketahui oleh Nat. Berpisah bukan berarti melupakan dan Nat tidak akan pernah bisa melupakan segala kebiasaan Davis. Pun Davis juga tidak akan pernah melupakan segala kebiasaan Nat.

Jika menelik kepada sejarah mengapa Davis dan Nat bisa saling mengenal maka akan membawa mereka kembali pada sepuluh tahun yang lalu pada saat mereka masih belasan tahun atau bahkan awal dua puluhan. Masih tergolong anak-anak baru lulus SMA.

Davis dan Nat adalah mantan kekasih. Mereka berpisah karena keegoisan masing-masing. Davis dengan pendidikannya dan Nat dengan ketidakinginannya untuk LDR. Nat takut LDR malah akan menjadi boomerang bagi hubungannya yang malah keegoisan mereka sendirilah yang menjadi boomerang hubungan itu.

Mungkin di sini Natlah yang terlihat sangat egois. Namun percayalah Nat seperti ini karena pengalaman kedua orang tuanya. Jangan salahkan Nat jika pada akhirnya ia jadi parno dengan LDR.

Kala itu usia Nat baru sembilan belas tahun. Berbeda dua tahun dari Davis. Davis adalah salah satu mahasiswa paling cerdas di kampusnya pada waktu itu. Ia memanfaatkan kecerdasaannya agar bisa kuliah ke luar negeri. Lagipula itu juga keinginan kedua orang tuanya. Gabungan dari privilege dan kecerdasan memang luar biasa.

Nat tentu juga golongan mahasiswa cerdas di kampusnya namun ia bukan berasal dari keluarga kaya raya seperti Davis yang dapat menyekolahkan anaknya di mana saja. Nat harus berjuang kalau ingin menyusul Davis ke luar negeri dan saat itu ia tak percaya diri dengan kemampuannya.

Davis dan Nat pertama kali bertemu di perpustakaan. Tidak sengaja membuat kelompok belajar bersama dan merasa cocok satu sama lain. Semua orang iri dengan pasangan kampus itu. Ibaratnya kalau Davis dan Nat diikutkan olimpiade bersama mungkin mereka akan menyabet habis pialanya. Ya walaupun kala itu ada Arka sebagai saingan Davis.

Kampus itu punya beberapa anak yang dipuja. Entah karena rupanya, kecerdasannya ataupun talentanya. Dan mereka menyebut orang-orang yang dipuja itu adalah Day6. Entah apa dasar mereka menamainya sebagai Day6. Sampai akhirnya Day6 menjadi nama band mereka. Day6 adalah grup untuk para lelaki sedangkan MissA adalah sebutan untuk grup perempuan. Sungguh tidak adil.

[2] Asing | ✔️ [UNDER REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang