Happy reading guys:)
Jangan lupa vote dan komennya. Kritik dan saran aku terima.
By : Penulis amatiran yang bermimpi jadi astronot.
***
Prang...
"Berangkat subuh pulang maghrib, anak kelaparan di rumah. Bapak enak bisa makan di tempat kerja, mikir dong!"
Suara Ibu yang bertengkar dengan Bapak, disertakan dengan lemparan piring membangunkanku. Aku menghela nafas kasar, keadaan seperti ini sering terjadi ketika perekonomian keluarga kami sedang sulit.
Suara Ibu yang menggelegar di pagi buta. Nggak malu apa sama tetangga yang dengar, aku ingin menegur tapi nyaliku selalu ciut saat dengar bentakan Ibu.
Bapak yang hendak kerja mesti menerima ocehan pedas dari Ibu. Aku kesal disaat seperti ini aku nggak bisa apa-apa.
Kulirik adikku Nesya yang baru saja masuk kamar dengan mata sembab, sepertinya habis nangis. Sekali lagi aku menghela nafas kasar, lalu beranjak dari ranjang untuk mandi dan bersiap ke sekolah.
"Mau kemana kamu?!" tanya Ibuku ketus.
"Mandi." jawabku seadanya.
"Mandi buat apa? Sekolah?! Mana duit buat sekolahnya hah?! Bapakmu yang goblok itu nggak ngasih duit." ujarnya berapi-api.
Aku berusaha nggak peduli, langsung saja aku masuk kamar mandi. Dadaku naik turun menahan marah, tanganku mengepal. Tak ingin membuang waktu aku segera mandi.
Lekas mandi aku pun langsung masuk kamar dan memakai seragamku. Saat ini aku duduk di kelas X di salah satu SMK Swasta.
Aku mengambil tasku lalu bersiap berangkat, adikku Nesya masih duduk sembari menangis sesenggukan.
"Udah dibilangin jangan berangkat sekolah. Kalian nggak usah lanjutin aja sekolah, Bapakmu aja udah nggak sanggup nyekolahin." Ibu terus saja ngomel dari tadi, nggak capek apa.
Aku yang memang gampang tersulut emosi kalau Ibu sudah bilang berhenti sekolah, menyelak dengan keras.
"Bu, jangan mulai deh bicara gitu, aku kan sekolah juga buat keluarga Bu. Supaya aku bisa dapat kerja yang layak, biar bisa menopang hidup, juga buat bantu bayar hutang keluarga kita." jawabku menggebu.
Aku menarik nafas lalu menghembuskannya, tak ingin berlama-lama dalam situasi ini, maka segeralah aku beranjak.
"Aku sama Nesya berangkat dulu. Ayok Nes cepetan, ongkos sama uang jajan ada di aku."
Oh ya, aku juga mempunyai dua adik lelaki, namanya Riko dan Andi. Riko berumur 5 tahun yang sekarang sedang duduk di bangku PAUD, dan Andi yang masih berumur 3 tahun, dia anak bungsu.
Aku segera menyalimi tangan Ibuku walaupun sedang kesal dan berjalan keluar rumah tanpa menanggapi perkataan Ibu.
***
Angkot yang kami tumpangi sudah sampai di depan sekolah. Sekedar informasi, sekolahku dan sekolah Nesya itu satu tempat namun beda gedung. Nesya yang memang masih kelas 8 SMP itu berjalan ke arah Utara tempat pelajar berseragam Putih Biru dilaksanakan. Sedangkan aku berjalan ke arah berlawanan dengan gedung SMP.
Inilah tempat aku belajar, memang bukan sekolah elit namun aku nyaman belajar disini.
Sesampainya di kelas aku segera menaruh tasku dengan asal di atas meja, lalu menghempaskan bokongku di atas kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAYDREAM (ON GOING)
Teen FictionIni hanya tentang kisah keseharianku. Hidupku di rumah maupun di sekolah. Masalah yang datang dari yang kecil sampai yang besar. Jadi jika kamu ingin tahu lebih tentang hidupku maka ikutilah, tapi jika kamu tak tertarik tentangku maka berhentilah. ...