•Two

27 2 0
                                    

Happy reading guys:)

Jangan lupa vote dan komennya. Kritik dan saran aku terima.

By : Penulis amatiran yang bermimpi jadi astronot.

***

Aku masih tiduran di kasur kapuk dengan seragam yang melekat di tubuhku. Males ganti. Tanganku bergerak mengambil ponsel yang tergeletak diatas nakas, lalu menyalakannya.

Aku jarang bawa ponsel ke sekolah, bukan karena minder ponselku ciki-ciki, tapi emang nggak niat aja. Bawa ponsel ke sekolah pun itu kalau disuruh guru buat tugas.

Lagipun sekolahku melarang pada muridnya untuk membawa ponsel ke sekolah, memang dasar para siswanya yang bengal tak mendengarkan arahan sekolah. Mereka tetap bawa ponsel.

Kunyalakan data selular, lalu kemudian notif yang masuk kebanyakan dari grup.

|We Are Wattpaders (156)
|Jangan lupa voment ya guys:)
|Bang Husen (1)
|Ni?
|Bang Erdi (2)
|Bilangin ke Ibu, udh msuk rekening.
|X Broadcasting 2 (35)
|Pppp

Aku terfokus pada pesan Bang Erdi kakak keduaku, kemudian aku buka roomchatku dan Bang Erdi.

Bang Erdi
|Ni abang ngirim uang 500rb
|Bilangin ke Ibu, udh masuk rekening.

AkuSiapa?
Iya bang, ntar aku bilangin Ibu|

"Nes, Ibu masih lama nggak ya pulangnya?" tanyaku pada Nesya yang juga berbaring disampingkan.

Nesya mengerutkan dahinya kemudian menjawab "Nggak tau, bentar lagi mungkin. Kenapa emangnya?"

"Bang Erdi ngirim duit, nih dia ngechat aku." jawabku sambil memperlihatkan percakapanku dengan Bang Erdi.

"Oh, bentar lagi kali tungguin ajalah." ucapnya sambil memainkan ponselnya lagi.

Aku pun hanya mengedikkan bahu sebagai balasan, kemudian membuka pesan dari Bang Husen, kakak pertamaku. Dia sudah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki.

Bang Husen
|Ni?

AkuSiapa?
Iya bang, knp?|

Kuletakkan kembali ponselku diatas nakas, lalu beranjak dari kasur kemudian berganti baju, Nesya sudah keluar kamar entah dari kapan, akupun nggak sadar.

Aku mengenakan kaos kebesaran berwarna coklat yang sudah lusuh karena terlalu sering dipakai, kemudian memakai celana training panjang warna hitam.

Sebelum keluar kamar, aku mengambil ponselku yang tergelatak. Aku pergi ke arah dapur, siapa tau ada makanan. Aku lapar belum makan, ternyata ada Ibu di sana, entah kapan pulangnya.

"Kak, makan dulu sana. Belum makan kan dari tadi?" tanya Ibu penuh perhatian.

Ibu memang seperti itu, kalau tadi pagi Ibu emosi terus bentak-bentak sekarang jadi lunak. Mungkin dia nggak tega marahin anaknya yang nggak tau apa-apa.

"Lauk pauk dari siapa Bu? Dari Nenek ya?" tanyaku sembari mengambil piring lalu menyedokkan nasi keatasnya.

"Heem ini dari Nenek, oh iya kata Nesya abangmu itu ngirim uang ya?"

DAYDREAM (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang