•Twelve

3 0 0
                                    

Happy reading guys:)

Jangan lupa vote dan komennya. Kritik dan saran aku terima.

By : Penulis amatiran yang bermimpi jadi astronot.

Ps* Kalau ada typo tandain ya sahabat:)

***

Hari ini kami berlatih memainkan alat musik tradisional 'kecapi'. Dengan Kak Andra yang memandunya, kami mencoba perlahan-lahan.

Jariku mulai memetikkan senar satu persatu mengikuti instruksi Kak Andra, sehingga menciptakan sebuah nada walau belum sempurna.

"Nah, sekarang coba seorang-seorang tanpa bantuan aku ya." ujar Kak Andra.

Kami semua mengangguk, untungnya aku sudah sedikit tahu petikannya.

"Dimulai dari kamu Irma, ayok coba." Kak Andra memanggil Irma, anak kelas sebelah.

Tanpa banyak bicara Irma maju kemudian memainkan kecapi-nya. Aku memperhatikan dia bermain kecapi. Bagus. Irma memang selalu cepat tanggap.

Setelah selesai Irma kembali ke tempatnya dan dilanjutkan oleh Lia begitupun seterusnya, hingga yang terakhir itu giliranku.

Aku maju kemudian memainkan kecapi-nya, bermain kecapi tidak terlalu sulit, jadi aku agak mudah menghafalnya.

Selesai. Aku menatap Kak Andra yang memperhatikanku bermain kecapi dan tersenyum lebar sampai gigi terlihat.

"Lancar kan aku main kecapi? Hehe."

"Iya, bagus. Ada peningkatan, jadi kamu nggak lola amat." jawabnya.

Aku cemberut, "Bukan lola tau, tapi kurang tanggap."

Kak Andra tertawa kecil, "Iya, terserahlah. Sana duduk lagi."

Aku mendengus malas entah yang ke berapa kalinya, kemudian kembali ke tempat duduk.

"Baik, latihannya sampai sini aja ya teman-teman. Latihan selanjutnya kita masih berlatih main kecapi, kalo udah lancar kita akan menggabungkan seluruh alat musik untuk dimainkan. Ok?"

"Ok." kami serempak menjawab.

Aku tak sabar menunggu, bagiku musik tradisional itu unik. Aku menyukainya walau memang agak sulit memainkannya.

Di semester pertama kemarin kami hanya bisa memainkan beberapa alat musik tradisional. Lalu sekarang di semester dua ini, kami telah memainkan seluruh alat musik jadi tinggal menunggu penggabungan main.

"Ya sudah, sekarang kalian boleh pulang. Langsung pulang ya inget jangan keluyuran."

Aku segera mengambil tas ku lalu berjalan keluar ruangan beriringan, sambil menguncir rambutku yang sebahu ini menggunakan kunciran yang aku curi dari Vani.

Rambut sebahu aja bikin gerah, aku malah pernah mikir buat botakin aja nih rambut.

Aku menatap layar ponsel yang aku gunakan sebagai cermin. Poniku yang acak-acakan kurapihkan.

Mukaku kucel banget terus dekil lagi, ishh.

Aku mengantongi kembali ponselku, sebelum ponsel itu masuk ke saku rok-ku. Dua suara mengintrupsi gerakanku.

"Keani, mau pulang bareng nggak?"

"Laylay, balik bareng lagi yuk?"

Aku mendongak, menoleh ke arah sisi kanan lapangan yang mana ada Yoga sedang berdiri menggunakan setelan olahraga, habis latihan PASKIBRA.

Lalu menoleh ke arah sisi kiri lapangan, yang mana ada juga Kak Evan yang sepertinya juga selesai latihan basket.

Karena posisinya ini di tengah lapang, mereka yang sepertinya mendengar seruan itu seketika menghentikan langkah kemudian menoleh ke arahku.

DAYDREAM (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang