11.Quiet down

435 56 16
                                    

"Ryujin-ssi, ada yang mau aku bicarakan padamu." Ucap Jeno.

"Bicarakan saja selagi itu penting, kalau tidak aku akan meninggalkanmu." Jeno menarik tangan Ryujin.

"Diam, jangan berteriak. Aku hanya ingin berbicara denganmu, tapi tidak disini."

•••

"Jadi, apa mau mu, Jeno-ssi?" Jeno menatap tajam kearah Ryujin.

"Kau mendapat masalah besar, Ryujin." Ryujin menaikkan satu alisnya.

"Maksudmu?"

"Kau ini terlalu bodoh, Ryujin." Jeno mengeluarkan selembar kertas, kertas itu berisi tentang 'Perjanjian'.

Ryujin membaca dengan detail. Dan ternyata itu merupakan surat perjanjian antara Jeno dan Jaemin.

"Jeno-ssi, tapi kenapa kau memberikan surat ini ke aku? Jadi disini siapa yang bodoh?" Benar juga, kenapa Jeno memberikan surat perjanjian itu, sementara surat itu harus benar-benar di rahasiakan.

"Iya aku bodoh. Ryujin-ssi, bolehkah aku meminta bantuanmu?"

"Bantuan apa lagi?" Jeno memberikan segepok uang.

"Aku akan membayarmu dengan ini, tapi tolong rahasiakan surat itu dari siapapun." Ryujin memberikan smirk nya.

"Uang? Maaf, aku sudah memiliki banyak uang, aku tidak butuh itu. Jika kau mau aku merahasiakan semua ini..."

"Apa yang kau mau?" Ryujin membisikkan sesuatu pada Jeno.

"Bagaimana?"

"Baiklah, aku akan melakukan itu."

•••

"Permisi, apakah kau Haechan?" tanya Ryujin pada seorang siswa yang bernama Lee donghyuck atau yang kerap disapa dengan Haechan.

"Iya benar, kau siapa ya?"

"Aku Shin Ryujin, panggil saja Ryujin. Jadi begini, aku ingin berbicara padamu." Ryujin dan Haechan menuju koridor yang sangat sepi.















"Jadi apa mau mu?"

Braaak

"Apa-apaan kau ini?!" tanya Haechan dengan luka pada kepala nya.

"Diamlah, dan nikmati saja aksi ku."

"Gadis aneh! Kau ini kenapa ha?!" dengan terpaksa, Haechan menampar pipi Ryujin.

Penglihatan Ryujin memburam, badannya oleng kearah Haechan, dengan segera Haechan langsung menangkap tubuh Ryujin.

"Eomma!! Aku harus bagaimana?" teriak Haechan, namun percuma saja, karena Eomma nya tidak berada didekatnya.

Haechan membawa Ryujin ke UKS. Ia juga mengobati lukanya sendiri, karena hari ini tidak ada yang bertugas menjaga di UKS, maka dia mengobati lukanya sendiri. 

"Aduh, Ryujin belum sekarat kan? Kan Haechan cuma nampar pelan." Haechan menampar pipinya sendiri.

"Ini tidak sakit, apa tadi tenaga ku lebih kuat? Aku akan mencoba menampar lagi dengan sekuat tenaga!" lagi-lagi Haechan menampar pipinya dengan kekuatan penuh.

"Aduh! Sakit! Huft, aku harus bagaimana eomma?? Haechan tidak mau bertanggung jawab, karena ini bukan salah Haechan eomma!!" begitu lah dialog Haechan. Mari kita tinggalkan Haechan yang sibuk dengan kebodohannya sendiri.

•••

Jeno Pov

"Jadi bagaimana?" tanya Jaemin.

"Percuma saja, dia sudah sadar, Jaem." Jaemin berdecak sebal.

"Ck, percuma saja kita mengincar Haechan. Bagaimana jika Hwang Yeji?" Aku menarik kerah baju Jaemin.

"Jangan sekali-kali menyakiti Yeji! Jika kau menyakitinya, aku akan menyerangmu balik, Jaem!" Jaemin mengangkat satu alisnya.

"Apa kau sedang dalam tahap falling in love with Yeji?" aku melempar tubuh Jaemin.

"Cukup, Jaem. Aku sudah muak denganmu! Cepat selesaikan sandiwara ini! Dan cepat bebaskan ayahku dari kurungan milik ayahmu itu!" Jaemin tersenyum dengan manis.

"Setelah misiku selesai, aku akan mencabut kontrakmu dariku dan membebaskan ayahmu."

"Awas saja jika kau tidak menepati janjimu lagi!" aku meninggalkan Jaemin dengan senyuman jahatnya.

Yeji, let's play the game  —Jaemin.

•муѕтєяισυѕ• JaemryuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang