14.Mine!

697 67 25
                                    

"Jeno-ssi, lama tak berjumpa!" Ucap Ryujin sembari berlari kearah Jeno.

Mereka baru saja menikmati libur panjang.

"Ahaha, benar. Sudah lama sekali, wow! Kau tambah tinggi, Ryujin! Aku kira tinggimu sudah maksimal. Hahaha,"

Ryujin hanya merolingkan matanya malas.

Perkataan Jeno sungguh menyakitkan.

"Ck, terserah. Apakah aku satu kelas denganmu, Jen?"

"Iya, kita sekelas dengan Haechan dan Renjun juga. Hanya itu saja, kenapa kau tanya seperti itu? Apakah kau mengharap jika kau akan satu kelas dengan Jaemin hm?" Ryujin memandang malas kearah Jeno.

Bel telah berbunyi, tandanya semua siswa harus masuk ke ruang kelas masing-masing. Jeno dan Renjun satu bangku, sedangkan Haechan dan Ryujin satu bangku. Jika Renjun dan Haechan disatukan, mungkin akan terjadi perang Dunia ketiga.

Hari ini belum dimulai pelajaran, hanya santai-santai saja.

"Ryujin, aku boleh meminjam bolpoin milikmu?" tanya Haechan ragu.

"Boleh, ini. Tapi, jangan sampai habis dan hilang ya!"

Haechan mengangguk paham. Iya, dia sering disebut sebagai 'penghilang'

**

Jam pulang sekolah terdengar, semua siswa berhamburan untuk keluar dari kelas mereka masing-masing.

Semua sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri.

Sampai akhirnya ada yang menarik tangan Ryujin. Siapa lagi kalau bukan Jeno? Mereka seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.

Mereka selalu berdua kemana saja, kecuali toilet. Di sisi lain, ada yang sedang menatap mereka cemburu. Sebut saja NJM.

NJM terlalu naif untuk menyatakan cintanya pada Ryujin. Dia pernah mengatakan pada Jeno bahwa ia menyukai Ryujin, tapi Jeno juga menyukai Ryujin. Dan berakhirlah Jeno mendahului Jaemin. Karena menurutnya, Jaemin terlalu lelet.

"Awas, Jeno. Ryujin itu milikku, bukan milikmu."

Jaemin menutup kepalanya menggunakan kupluk hoodie miliknya. Sebenarnya ia juga rindu dengan Jeno. Tapi sekarang Jeno sudah mulai jauh dengan Jaemin, ia merasa dikekang dan tidak leluasa.

"Ryujin~" Goda Jeno. Ia berniat memotret Ryujin yang sedang makan es krim. Tapi hasil fotonya blur. Miris.

"Ahahahah, lihatlah kau tidak bisa memotret!"

Ryujin tampak bahagia saat melihat hasilnya. Tangan Jeno yang kekar saja tidak bisa melakukan hal yang sepele ini. Astaga.

"Coba aku yang memotretmu."

Jeno menyerahkan kamera miliknya pada Ryujin.

Ckrek!

Ryujin telah berhasil mendapatkan satu foto Jeno.

"Jeno-ssi, lihat!" Jeno menghampiri Ryujin.

"Wah, bagus sekali. Kalau begitu, kamera ini untukmu saja."

Ryujin menggeleng cepat.

"Tidak, ini kan milikmu—"

Jeno menggeleng juga. Aii kenapa semua orang sangat hobi untuk menggeleng?

"Itu milikmu sekarang. Terima saja, anggap saja itu hadiah dariku karena tinggi badanmu bertambah."

Sakit. Itu yang dirasakan oleh Ryujin.

"Terimakasih."

**

Hari-hari sudah berlalu dengan cepat, hubungan antara Jeno dan Ryujin juga semakin dekat. Namun hubungannya dengan Jaemin malah semakin renggang. Mereka seperti orang asing. Tak pernah bertegur sapa sekali pun.

Jeno mempunyai alasan yang kuat untuk menjauh dari Jaemin.
1. Pertemanan bukanlah suatu paksaan
2. Kelicikan orang tua Jaemin
3. Ryujin

Jaemin? Jangan ditanya, dia seperti orang introvert sekarang. Dia akhir-akhir ini sering absen untuk rapat OSIS.

Hatinya begitu sakit saat melihat Ryujin dan Jeno. Ia merasa kalah.

Bruk!

"Ish, kalau jalan liat-liat dong!" Yeji memunguti bukunya yang berserakan di tanah.

Tampaknya Yeji sedang kesal. Tapi karena apa?

"Yeji, kau menyukai Jeno 'kan?" tanya Jaemin pada Yeji.

"Sudahlah! Hentikan! Aku muak mendengar namanya! Bye!"

Hancur sudah rencana Jaemin, tapi ia tidak akan menyerah.

**

Udah berapa lama aku nganggurin ini?

Astaga, baru inget kalau aku belum up. Wkwkwkwk.

Baru fokus ke akun sebelah. Hehe :v

Kalo ada typo atau kesalahan mohon dimaafkan yap. Aku belum sempet koreksi balik.

•муѕтєяισυѕ• JaemryuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang