CHAPTER 6

3.9K 360 8
                                    

"Sudah, istirahatlah. Wangji, banyak hal yang perlu dijelaskan. Tetapi saat ini fokuslah pada pemulihanmu dan anak itu"

"Mn" sebelum benar-benar pergi, Xichen bersuara dengan lirih "Wangji...seperti apa pun kau masihlah adikku"

Wangji kembali merenung, menatap sang purnama. Wei Ying, kamu di mana?

------------------------------------------------------------------------------------------------

Dinginnya udara disertai embun pagi yang menghiasi seakan turut menyambut datangnya mentari pagi. Seperti biasa, di Yushen Buzhi Chu kegiatan sudah dimulai sejak pagi hari namun tidak menimbulkan keributan yang tidak penting.

Pun hal itu berlaku untuk si bungsu giok Lan. Wangji lupa kapan ia tertidur, namun ia bangun seperti biasa tepat pukul 5 pagi. Menengok ke sisi lain ia melihat anak yang ia temukan masih setia menutup matanya. Perlahan ia bangkit dan menghampiri anak itu, memeriksa kondisinya. Syukurlah kondisi anak itu membaik, napasnya teratur, dan suhu tubuhnya mendekati normal, membuat Wangji menghela napas lega.

Wangji beranjak membersihkan diri, kondisinya masih buruk namun tidak membuatnya malas. Seperti yang diharapkan dari seorang Hanguang-jun. Setelah selesai dengan urusannya ia kembali terdiam, mata emas itu masihlah menunjukkan kerapuhan jiwa pemiliknya, kehancuran karena kepergian orang terkasihnya, sendu dan nanar penuh penyesalan tak terucap. Ia mengalihkan pandangan pada guqin yang diletakkan di sudut ruangan, benda yang tidak ia sentuh sejak beberapa waktu yang lalu. Perlahan didekatinya guqin Wangji, setelah itu ia mulai menyentuhkan jemari lentik dan tegasnya di atas dawai guqin, perlahan tapi pasti terdengar suara lantunan musik yang indah namun mengoyak jiwa pendengarnya. Membuat siapapun yang mendengar memahami berartinya lagu ini, hancur dan keputusasaan dari sosok yang memainkannya. Ya benar, lantunan nada yang khusus diciptakan untuk sang terkasih "Wangxian". Nada sendu yang memecah keheningan Jingshi, melodi asing namun indah dan menyayat.

"Wei Ying, kamu dimana? Apakah kamu akan kembali? Wei Ying..." tanpa suara setetes air asin jatuh di atas dawai guqin, seolah ingin menunjukkan pada dunia hancurnya sang pemilik.

Beberapa waktu berlalu, Wangji kembali memainkan nada menenangkan. Kali ini tujuannya adalah untuk membantu pemulihan Lan Yuan, nada lembut yang menenangkan jiwa. Tentu hal itu bukan sesuatu yang aneh bagi sekte Lan, menggunakan alat musik sebagai media kultivasi maka tak meragukan jika ada lagu yang mampu menyembuhkan dan menenangkan jiwa seseorang. Wangji memaikan lagu untuk A-yuan sebab ia pun tahu bahwa jiwa kecil dan rapuh itu terluka.

Tak lama setelah Wangji selesai memankan guqinnya terdengar ketukan di pintu Jingshi, itu adalah salah satu junior yang diminta langsung oleh Xichen untuk mengirimkan sarapan kepada Wangji, sebab kondisi Wangji belum pulih sehingga ia tidak mungkin makan bersama.

"Salam Hanguang-jun, Zewu-jun meminta saya memberikan sarapan ini untuk Anda. Beliau mengatakan akan menemui Anda siang nanti"

"Mn"

Tak terasa matahari telah meninggi, pembelajaran sudah dimulai sejak tadi. Perlahan seorang anak kecil mengerjapkan matanya dengan lirih berkata "Xian-gege....Xian-gege" setengah sadar. Mendengar suara lirih tersebut Wangji menghampiri anak itu, ia mendudukan diri di tepi pembaringan "A-yuan, kamu sudah bangun?"

"Mn, Gege siapa? Dimana?"

"Lan Wangji, Jingshi"

"Wangji-gege? Kenapa aku disini? A-yuan siapa?" Tanya bocah polos itu dengan kebingungan yang kentara. Wangji sedikit terkejut, anak ini benar-benar melupakan kenangannya.

"Namamu A-yuan, Lan Yuan" jawab Wangji sembari meberikan segelas air pada A-yuan

"Ahh...Yuan" anak itu menatap Wangji cukup lama, entah apa yang menjadi alasan ia tiba-tiba mendekat dan memeluk pemuda dihadapannya. Wangji? Tentu saja ia terkejut, namun tak lama ia balas memeluk A-yuan. Acara meluk-memeluk itu berlangsung beberapa menit. Lalu Wangji menemani A-yuan makan.

"Gege....gege...apa gege tinggal disini? Sendiri? Apa A-yuan tinggal disini?"

"Mn" Anak itu menelengkan kepalanya, bingung dengan jawaban yang lebih tua. Tapi ia kembali melanjutkan pertanyaannya.

"Gege, itu apa? Kenapa gege pakai?" menunjuk ikat kepala Wangji

"Ikat kepala, tanda sekte Lan"

"Mm?.......Gege, A-yuan ngantuk"

"Tidurlah" Wangji menggendong anak itu ke pembaringan dan menemaninya hingga tidur

--

Seperti yang dikatakan bahwa Xichen akan datang pada siang hari untuk melihat keadaan adiknya sekaligus membantu mengobati luka Wangji. Ia datang tak lama setelah Yuan tidur. Saat ini XIchen sudah selesai membantu mengobati Wangji.

"Wangji" panggil Xichen memecah keheningan Jingshi "Dia sudah sadar?" sembari mengarahkan pandangannya pada satu-satunya balita di ruangan itu

"Mn"

"Wangji, ada yang ingin aku bicarakan." Jeda sesaat "Siapa anak ini? Kenapa kamu membawanya?"

"............" menatap kakaknya, akhirnya si bungsu menjawab

"A-yuan. Xiaozhang, bisakah A-yuan disini?"

Xichen sudah menduga namun tetap saja ia cukup kaget dengan permintaan adiknya

"A-yuan? Membawanya tinggal disini? Kenapa?"

"A-yuan, menemukan di Luanzhang. Anak ini bersama...Wei Ying"

"Jangan bilang dia keturunan Wen yang diselamatkan Wei-Gongzi!?!"

"....."

"Wangji, kamu sadar apa yang kamu lakukan? Dia keturunan Wen, bagaimana jika buruk kedepannya?"

"Tanggung jawabku, A-yuan masih kecil"

Xichen tidak tahu bagaimana menjawab adiknya, baru kali ini ia melihat Wangji begitu menyayangi seorang anak. Tapi sebagai ketua sekte ia pun ragu, ia tak bisa mengambil keputusan begitu saja. Setelah hening beberapa saat

"Ikutlah menemui paman, bagaimana pun kakak tidak bisa memutuskannya sendiri"

"Mn"

Mereka beranjak menemui sang Paman. Wangji akan menerima apapun konsekuensi dari keputusannya.

TBC

-----------------------------------------------------------------------------------------

WILL YOU COMEBACK, WEIYING?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang