CHAPTER 13

3.8K 338 22
                                    

Musim demi musim berganti dan Wangji masih menanti dalam gamang. Inquiry kini menjadi rutinitas, bertanya pada roh, mencari dan terus mencari, keyakinan masihlah teguh. Lan Wangji oh Lan Wangji, sungguh siapa menduga dibalik wajah porselen itu menyimpan banyak derita, dibalik keanggunan dan ketenangan terdapat jiwa yang gelisah. Siang malam silih berganti namun hati tetapkan utuh tak pudar pun tak redup barang sekali, sebaliknya semakin membara bagai api abadi.

Bekas luka di tubuh mengering namun luka hati siapa yang tahu?

Kini telah lebih dari satu dekade terlewat, tepatnya 13 tahun telah berlalu. Malam ini seperti biasa Hanguang-jun melakukan perburuan malamnya seorang diri yang berjarak beberapa kilometer dari lokasi perburuan malam para junior. Seperti biasa pula netra emas itu memaku pada sinar bulan yang entah mengapa begitu terang saat ini. Mengenang pertemuan, pertengkaran, setiap momen hingga perpisahan karena kematian yang meninggalkan penyesalan begitu dalam untuknya.

Entah apa sebabnya, malam ini nampak berbeda. Tak tahu bagaimana harus dijelaskan hanya terasa berbeda, kerinduan itu sangat membuncah. Tak tertahankan.

Malam ketika ia datang atas permintaan bantuan dari para junior ia merasakannya, getaran itu, kerinduan itu pada seseorang. Seseorang di kediaman keluarga Mo yang membuatnya merasa familiar namun juga aneh di saat yang bersamaan. Tetapi sayang sebelum ia mengetahui alasannya, ia harus kembali merasakan kehampaan.

Pertarungan sengit dengan makhluk penuh energi kebencian itu membuatnya cukup kerepotan. Memang benar jika sesungguhnya ia memiliki tingkat kultivasi tinggi. Tapi ia tidak sendiri dan banyak manusia lain yang ada di sekitaran tempat itu. Maka dari itu potongan tangan dengan energi kebencian yang pekat berhasil melarikan diri. Ia dan para junior melanjutkan pencarian hingga ke Gunung Dafan.

Sungguh bukankah semua orang tahu bahwa Hanguang-jun adalah model dari dunia kultivasi saat ini, ia senantiasa berdiri pada kebenaran dan menegakkan keadilan. Sehingga ketika ia mengetahui banyaknya jaring yang terpasang di Gunung ketika pencarian ia tidak segan untuk menarik Bichen dan menghancurkan semuanya, bukan ia peduli pada kecurangan pemasang jaring namun ia tidak bisa membiarkan orang-orang berimbas bahaya karena jaring itu.

Ketua Sekte Jiang dan Putra mendiang ketua sekte Jin sebelumnya, Jin Rulan. Sesungguhnya Wangji tidak berniat maupun berminat untuk bersinggunggan dengan mereka. Namun bukan itu yang menarik perhatiannya, melainkan seorang pemuda yang ia lihat sebelumnya ada di kediaman Mo, seseorang yang tiba-tiba menghilang malam lalu.

Waktu berlalu setelah perpisahan dengan para junuor sekte Lan. Ia tersentak saat mendengarnya, lantunan seruling menyenandungkan melodi istimewa. Nada-nada indah yang terangkai untuk sang terkasih. Ya, malam itu ia mendengar dan melihat orang itu, pemuda Mo memainkan lagu yang ia ciptakan khusus untuk Cintanya, We Ying-nya. Melodi dimainkan untuk mengendalikan Jenderal hantu. Dan detik itu pula perasaan membuncah menguasai dadanya, begitu sesak namun penuh dengan kelegaan. Itu DIA, ia yakin itu pastilah DIA. Seseorang yang selama 13 tahun ini ia cari hingga ke ujung dunia. Wei Wuxian, WEI YING.

Ia bersumpah detik itu juga AKU TIDAK AKAN MELEPASMU, WEI YING. SELAMANYA

Sekali lagi singgungan dengan Jiang Wanyin, tidak terhindarkan tetapi tekad itu nyata. Ia tidak akan melepaskan Wei Ying pada siapapun dan untuk apapun.

"Jika dia memang bukan siapa-siapa, lantas mengapa seorang Hanguang-jun peduli padanya?!"

"Ia memang berbeda, tapi tujuannya tidak salah." Balasnya. Tanpa menyinggung identitas Wei Ying

"Ketua sekte Jiang, sesuai perkataan Hanguang-jun Tuan Muda Mo memang menggunakan kultivasi hitam namun tujuannya bukan untuk hal buruk" tambah Sizhui

WILL YOU COMEBACK, WEIYING?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang