CHAPTER 9

3.4K 363 0
                                    

"Tidak benar. A-yuan punya"

"Benarkah? Tapi A-yuan tidak pernah bertemu mereka" A-yuan terlihat semakin sedih, ia menundukkan kepalanya. Kondisi ini pasti sangat sulit untuk balita seperti A-yuan, ia bahkan belum tahu banyak hal namun mendengar hal itu tentu membuat dia sangat sedih. Setelah berhenti sejenak, ia mengangkat kepalanya menatap Wangji "Kata kakak-kakak pelukan ibu hangat, ibu mereka menyambut saat pulang. Lalu Ayah membuat aman, rasanya tenang. Gege....gege ayah Yuan? Boleh Yuan panggil A-die? Kalau bersama Gege rasanya tenang"

-----------------------------------------------------------------

Wangji terkejut mendengar perkataan polos A-yuan. Ia mengelus kepala A-yuan dan berkata "Mn, A-die"

"Benarkah? Yuan punya a-die" saking senangnya A-yuan berlari ke pelukan Wangji, pun Wangji tak menolak, malah mendudukan dalam pangkuannya. Wangji membenarkan posisi A-yuan agar nyaman di pangkuannya. A-yuan melanjutkan "Lalu a-die, A-Niang dimana?" seketika napas Wangji tercekat.

Flashback

"Hua...hiks...hiks...a-die..." tangis seorang anak laki-laki kecil menarik perhatian orang-orang yang saat itu berada di pasar. Anak itu terlihat menggenggam pakaian seorang laki-laki muda. Namun laki-laki muda nan rupawan itu hanya terdiam.

"Hei...hei...lihat itu, pria itu masih sangat muda tapi ia memiliki seorang anak"

"Lihatlah ia hanya diam, mungkin saja itu anak pertamanya."

"Kasihan sekali anak itu. Mana ibunya?" bisik-bisik orang yang berkumpul di sekitar mereka sangat jelas didengar oleh Wangji. Tetapi ia bahkan tidak tahu siapa anak ini, ia tidak tahu harus melakukan apa. Tak lama kemudian terdengar suara seseorang yang tidak asing.

"Lan Zhan!" pemuda itu menghampirinya. Lalu berkata "Sudah...sudah, bubar ayo bubar" pada orang-orang yang mengerumuni mereka. Pemuda itu mengalihkan pandangan pada anak yang menangis itu "Aiyo A-yuan, sudah jangan menangis" ia meraih anak itu dalam gendongannya. Ia menatap pada pemuda yang kebingungan dengan wajah yang senantiasa sedatar dinding peraturan Gusu, ia tahu sejak tadi pemuda itu memperhatikannya.

"Wei Ying"

"Lan Zhan, lama tidak bertemu"

"Wei Ying, siapa?" ia menatap pada bocah dalam gendongan Wei Ying

"Oh...Ini A-yuan. Aku melahirkannya"

"......"

"Aiyo...hahahaha...setelah sekian lama kau masih saja kaku Lan Zhan. Aku hanya bercanda"

End flashback

A-yuan yang bingung pertanyaannya tidak dijawab menolehkan kepalanya pada Wangji. Menghela napas pelan Wangji kembali menatap A-yuan, lamat-lamat berkata

"Nanti akan kembali" sesungguhnya jawaban itu bukan hanya ditujukan untuk balita dalam pangkuannya, tetapi juga untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"...Baiklah, kalau begitu A-yuan akan menunggu A-Niang. Yuan janji akan jadi anak baik biar A-Niang segera kembali" jawabnya polos diiringi tawa kecil. Setelah itu A-yuan tetap berceloteh dengan riang di pangkuan Wangji.

Tidak terasa malam semakin pekat, A-yuan merasa mengantuk. Ia mulai menguap, Wangji tahu hal itu lalu ia mengusap pucuk kepala A-yuan. Perlahan tapi pasti A-yuan tertidur dalam pelukan Wangji.

Setelah menidurkan A-yuan, Wangji melakukan rutinitasnya seperti biasa. Mencari Wei Ying, mengharapkan adanya jawaban.

Wei Ying....Wei Ying....kamu dimana?

Wei Ying....akankah kamu kembali?

Kembalilah...aku mohon

Wei Ying....

Senandung sendu nada inquiry senantiasa menghiasi malam hening di Jingshi seakan menjadi tangisan yang menyakitkan, kesedihan yang begitu dalam, keraguan, dan keputusasaan. Petikan senar guqin terdengar jernih menembus pekatnya malam. Desiran angin yang membelai kerumuman bambu di sekitar Jingshi menciptakan melodi pelengkap rintihan itu.

----

Seharian ini A-yuan sudah menghabiskan waktu bersama ayahnya, namun tawa ceria A-yuan harus digantikan dengan isak tangis sebab ia harus berpisah dengan sang ayah. Ini waktunya dia kembali ke tempat belajarnya. Sejak tadi sebenarnya ada seseorang yang ditugaskan untuk menjemput A-yuan, namun ia sama sekali tidak mau lepas dari gendongan Wangji. Setiap pengasuh itu mencoba meraihnya maka tangis A-yuan semakin keras hingga mau tak mau Wangji kembali mendekapnya.

"A-die...A-die, Yuan tidak mau pergi. Yuan bersama A-die saja" semakin menenggelamkan dirinya ke dada Wangji. Wangji memberi tanda pada pengasuh itu untuk meninggalkan ia dan A-yuan.

"A-yuan..." panggil Wangji dengan suara tenangnya dengan belaian di kepala A-yuan. "Jangan menangis. Nanti bertemu lagi"

"Tidak mau...Yuan mau dengan A-die saja"

"A-yuan berjanji jadi anak baik" "A-die antar, jadi anak baik...bertemu A-niang"

"Hiks....A-die janji?" jawabnya sesenggukan namun tidak terlihat menolak perintah ayahnya

"Mn"

Dan hari itu diakhiri dengan Wangji yang mengantar A-yuan kembali ke tempat belajarnya. Syukurlah anak itu menurut untuk kembali setelah Wangji akan menjemputnya akhir pekan nanti.

TBC

WILL YOU COMEBACK, WEIYING?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang