"Tentang Wangji? Hm, baiklah tapi saya rasa tempat ini tidak cocok untuk berbagi cerita. Bagaimana jika Gongzi ikut dengan saya? Saya akan menjamu anda dengan teh"
"Itu...."
--------------------------------------
"Itu.....baiklah Zewu-jun"
Lan Xichen menuntun Wei Ying ke sebuah pohon dimana terdapat meja batu yang terlihat indah dengan ukiran halus nan rumit layaknya sekte Lan itu sendiri.
Sejujurnya Wei ying tidak asing dengan tempat ini, bagaimana pun dia pernah menuntut ilmu disini. Tempat ini adalah tempat yang sering digunakan keluarga inti Lan untuk bersua entah untuk berbagi cerita ataupun berdiskusi secara santai namun pribadi. Tapi belum sekalipun seorang Wei Wuxian menginjakkan kakinya di tempat ini.
Mereka duduk berhadapan. Tak lama kemudian ada seorang murid yang memberikan peralatan teh pada Xichen yang memang telah dimintai tolong oleh sang ketua sekte dalam perjalanan kemari. Dengan keanggunan dan ketelatenan seperti yang diharapkan dari seorang Zewu-jun, perlahan tangan seputih giok itu meracik teh. Melihatnya tentu sudah jelas bahwa hal itu sudah biasa dilakukan.
"Silakan Wei-gongzi"
"Terima kasih Zewu-jun"
"Baiklah gongzi, apa yang ingin anda ketahui?"
"Selama aku...pergi. Lan Zhan....ehm Lan Zhan bagaimana? Dan A-yuan juga. Walau sudah lama dan aku—kami sudah bersama tapi aku ingin tahu" Tanya Wei Ying dengan keraguan, kegelisahan. Sungguh jika orang lain mendengar mereka akan terkejut karena hal itu sangat tidak Wei Wuxian sekali. Pun dengan Lan Xichen, tapi ia mengerti karena ini tentang Wangji bahkan Lan Yuan. Saat orang lain mendengar pertanyaan yang dilontarkan si Yiling Laozu pun akan mengalami kebingungan untuk menjawabnya, karena bagaimanapun pertanyaan itu bisa dikatakan kurang jelas. Tapi sekali lagi Lan Xichen tahu, ia mengerti apa yang ingin didengar rekan perburuan malam adiknya itu.
Ia tersenyum lembut tapi juga sendu
"Anda tentu ingat yang saya ceritakan di Kuil Guanyin. Setelah hukuman cambuk kondisi Wangji sangat tidak baik tapi ketika mendengar ketiadaanmu ia hancur. Telah lama sejak Wangji menunjukkan pandangan itu. Ia tidak berkata apa pun tapi segera meraih bichen, dengan terseok serta tenaga spiritual yang masih lemah ia tetap bersikeras pergi ke bukit Yiling. Tidak peduli apa yang kami lakukan dan seberapa keras kami menghalanginya, ia tetap tak gentar....mencarimu. Tidak tahu apa yang ia lalui pun sulitnya perjalanan namun saat ia kembali, aku....kami tahu ia telah hancur lagi dan lagi."
Lan Zhan...kamu...
"Namun tidak hanya itu, dalam dekapan Wangji seorang balita tengah sakit keras. Anak itu A-yuan, A-yuan kecil dibawa Wangji dengan kondisi yang sangat lemah, demamnya sangat tinggi. Bahkan kecil kemungkinan ia akan terbangun. Ia membawa anak itu, bersikeras melindunginya. Semenjak ia sampai disini, Wangji tidak meninggalkannya hingga kembalinya kesadaran A-yuan. Wangji terus berada disisinya, ia bahkan acuh pada dirinya sendiri yang tidak lebih baik. Memberikan energi spritualnya untuk menenangkan A-yuan, merawatnya di Jingshi namun sayang ingatan A-yuan hilang karena sakitnya. Ia meminta ijinku agar A-yuan bisa tinggal disini. Melihat A-yuan, Wangji seperti mendapat harapan...sedikit. Pada akhirnya keputusan tidak bisa diambil begitu saja. Ia harus menghadap paman, meminta restunya setelah A-yuan sadar.
Wei-gongzi menurutmu apa yang Wangji lakukan?" Tanya Xichen menatap sepasang kelereng abu di hadapannya.
"......aku.......tidak tahu"
"Wangji itu tidak pernah banyak meminta, namun bisa menjadi keras kepala. Paman juga berwatak keras. Di waktu itu hukuman Wangji belum berakhir namun ia justru menambah daftar pelanggaran yang dilakukan. Ia menghadap paman tanpa ragu untuk menyampaikan keinginannya. Sudah jelas paman marah. Gongzi tahu apa yang Wangji katakan pada Paman? A-Yuan menjadi tanggung jawab Wangji, ia bukan Wen. Wangji akan mengambilnya, ia hanya akan dikenal sebagai putraku. Saat itu pertama kalinya adikku berbicara keras dan membalikan ucapan paman. Seorang Hanguang-jun merengkuh dan menjadikan dirinya tameng untuk seorang anak bahkan di usia muda ia dengan berani bertanggung jawab atas seorang putra.
Tanpa ku katakan anda pasti tahu. Wangji sekali lagi tanpa mengingat kondisinya, ia berlutut selama 3 hari demi restu paman untuk menjadikan A-Yuan keluarga dalam Lan dengan luka yang masih menganga. Sejak itu ia...Lan Yuan menjadi bagian dari kami, tidak, lebih tepatnya bagian dari Wangji
Bagi Wangji Lan Yuan bukan hanya anak biasa. Dan nama kehormatan Lan Sizhui sudah membuktikannya"
Entah kapan tepatnya namun air mata sudah mengalir dari mata Wei Ying. Lan Zhan....Lan Wangji...
"Jika masa remaja Wangji diisi dengan mengejarmu, maka masa mudanya ia habiskan untuk membesarkan A-yuan dengan tangannya sendiri dan mencarimu. Setelah hukumannya berakhir, ia memantau perkembangan A-yuan, mengajari dan mendidiknya. Wangji tidak berkata tapi tidakkah sudah jelas betapa besar arti Lan Yuan untuk Wangji, Wei-gongzi"
"Kenapa?" lirih Wei Ying
"...Untukmu, mengenangmu hanya untuk anda. Wangji selama anda....pergi tidak pernah lelah terus mencari. Entah sudah berapa banyak hukuman dan luka yang ia tanggung, tapi satu hal yang pasti hukuman itu tidak sesakit hukuman karena kehilangan anda."
"Wei-gongzi, Wangji sejak kecil telah merasakan kehilangan. Ia berduka kehilangan ibu, sedih oleh kepergian ayah, dan hancur karena kepergianmu...dulu. Maka tetaplah bersama Wangji. Saya rasa saya tidak berhak ikut campur tapi saya ingin gongzi tahu bahwa apa pun yang telah terjadi maka biarlah, tidak perlu menyesal lagi. Berbahagialah, kalian pantas.....setelah semuanya, adik ipar"
"Terima kasih....maaf....Zewu-jun. Aku...benar-benar berterima kasih kakak ipar" jawabnya lega namun juga sedih. Ia mengerti sekarang mimpi buruk Lan Zhan
"Sudah...sudah adik Wei. Mari kita sambut kepulangan Wangji" senyum lembut Xichen mengembang diiringi tepukan ringan di tangan Wei Ying bermaksud menenangkan.
"Ya" Jawab Wei Ying bersemangat seraya menghapus air matanya.
Itu lebih baik, ia tidak mau membuat Lan Zhan-nya sedih karena melihat air matanya. Dalam hati ia bertekad Lan Zhan, Lan Wangji, La Er-gege.....kau benar-benar...
----
Wei Ying dan Lan Xichen telah sampai di depan gerbang masuk Yun Shen. Tak lama tampaklah siluet putih yang melangkah dengan anggun dan elegan yang semakin mendekat. Seketika itu senyum manis Wei Wuxian merekah. Saat sosok siluet itu tiba di hadapannya, ia langsung menyerbunya dengan pelukan erat.
"Wei Ying" kesiap Wangji dengan wajah yang tetap datar namun segera membalas pelukan sang istri
"Aku merindukanmu Lan Zhan" ucapnya sambil memeluk Wangji semakin erat
"Mn, aku juga" Perlahan Wangji menaikkan tatapannya. Ia bertemu pandang dengan sang kakak
"Selamat datang Wangji"
"Wangji kembali, Xiongzhang" jawabnya hormat dengan Wei Ying masih dipelukkannya.
"Istirahatlah Wangji, kamu bisa menemuiku nanti atau esok hari" sembari beranjak, memberikan ruang bagi pasangan itu
"Mn, terima kasih xiongzhang"
"Lan Zhan ayo ke kamar..hehe"
"Mn" dan mengangkat Wei Ying dalam gendongannya.
"Lan Zhan...Lan er-gege....Wo ai ni*" bisik Wei Ying dan bisa dilihat telinga suami tampannya sangat merah
"Wo ye ai ni**" balas Wangji seraya mengeratkan gendongannya dan mempercepat langkahnya menuju Jingshi
Apa yang terjadi setelahnya biarlah menjadi rahasia pasangan manis ini.
END
---------------------------------------------------------------------------------
Sizhui = mengenang/merindukan
*Wo ai ni = aku mencintaimu
**Wo ye ai ni = aku juga mencintaimu
Hai hai...ini chapter terakhir but tenang reader sekalian. Masih ada beberapa chapter buat kalian.
seperti biasa aku bakal up tiap minggu. So, tunggu lanjutannya ya...
Jangan lupa vote and comment ya
See ya.....
KAMU SEDANG MEMBACA
WILL YOU COMEBACK, WEIYING?
Fantasy"Wei ying, kembalilah...aku akan menunggu... bahkan jika jantung ini berhenti berdetak, hingga jemari ini tak mampu memetik senar qujin...aku akan menunggu" Lan zhan "Lan zhan, mengapa kamu lakukan? Jika aku tahu lebih awal maka aku tidak akan....."...