CHAPTER 15

3.6K 305 7
                                    

Hari-hari terus berlanjut, mimpi buruk Lan Wangji telah berlalu beberapa malam. Semuanya berjalan selayaknya tak ada hal yang terjadi. Semenjak malam itu, sekalipun Wei Ying beribu menyimpan tanya dalam hati namun ia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk mengungkit masalah itu dihadapan sang suami. Terbersit sekelumit luka ketika mengingat malam itu, diantara pertanyaan yang berputar dalam kepalanya ada yang begitu mengganjal apakah selama ini...apakah selama ia tak ada di dunia ini, bagaimana Lan Wangji melalui harinya? Pertanyaan yang mungkin telah terlambat ditanyakan namun tetap saja sekalipun ia mampu menebak jawabannya, ia hanya merasa....ia seharusnya tahu...tahu secara jelas. Ia ingin memahami bagaimana Lan Wangji, bagaimana....entah ia tak tahu bagaimana menyampaikannya. Hanya saja ia merasa perlu tahu semua tentang suaminya, berbagi beban....tentang mereka.

Perlakuan Lan Wangji memanglah tidak berubah. Ia masih menjadi suami yang bisa diandalkan, penuh kasih sayang dan kelembutan hanya untuknya (kecuali ehemdiranjangehem). Tapi tetap saja, ia masihlah lelaki yang sangat hebat. Namun jika ditelisik lebih dalam, netra emas itu.....adakalanya netra itu berkabut. Ada waktu dimana tatap mata mengandung sekelumit luka dan kesedihan dalam bisu.

Sekalipun Wei Ying percaya bahwa sang suami tak berbohong ketika menyatakan kebahagiaan akan kebersamaan mereka maupun tidak ada penyesalan dalam setiap waktu yang terlewati. Namun tetap saja, Wei Ying merasa ia belum memahami benar pancaran emas itu. Dan saat itu ia hanya merasa....

"Lan Zhan...aku ingin bertanya."

"Mn?" sahut Wangji tenang

"Apa kau bahagia?" Tanya Wei Ying tanpa berani menatap mata emas itu

"Mn. Bahagia. Tidak menyesal." Jawab Wangji dengan lembut seraya memeluk Wei Ying seakan mengetahui kegelisahan sang istri

Ya, waktu terus berlalu dengan pertanyaan yang sama memenuhi hati istri Hangung-jun.

--------------

Purnama menerangi gelapnya malam dingin ini. Para manusia memilih untuk memejamkan mata setelah melalui hari yang melelahkan. Hal ini pun berlaku untuk satu-satunya penghuni Jingshi, pemuda cantik sekaligus imut terlelap tanpa hangat peluk pemilik hatinya. Malam itu Wei Ying tengah sendiri sebab suaminya tengah melaksanakan tugas sekte sehingga terpaksa meninggalkan Wei Ying seorang diri selama 2 hari.

Semenjak mereka bersama di kehidupan kedua sang Yiling Laozu baru kali ini Wei Ying tidur seorang diri. Jujur saja ia merasa aneh dan sulit tidur pada awalnya namun tentu saja ia tidak bisa menghalangi Wangji untuk menjalankan kewajibannya.

Gelap semakin mencekam. Orang-orang pun semakin nyenyak dalam tidurnya, saatnya mimpi menghiasi malam setiap makhluk fana itu.


Wei Ying POV

Eh dimana aku? Bukankah tadi aku sedang tidur, apakah ini sudah pagi? Ini Jingshi, kenapa sedikit berbeda?

Wei Ying kebingungan tapi juga penasaran. Tiba-tiba ia mendengar pintu Jingshi terbuka menampilkan Lan Wangji yang berlumuran darah yang dipapah Lan Xichen, sontak Wei Ying panik dan berusaha menghampiri suaminya. Ia berpikir suaminya terluka dalam tugas yang ia jalankan.

"LAN ZHAN! LAN ZHAN!!" teriaknya berusaha menghampiri suaminya tapi ketika hendak meraih sosok itu ia terpaku. Ia sama sekali tidak bisa menyentuh sosok suaminya. Kenapa?

Seketika itu ia terdiam, mungkinkah ini...mimpi?!

"Wangji, berbaring perlahan. Aku akan mengobati lukamu"

"....."

Setelah mengobati Wangji, Lan Xichen beranjak dari Jingshi bermaksud memberi waktu pada adiknya.

WILL YOU COMEBACK, WEIYING?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang