12. sandiwara (dua)

4.5K 214 28
                                    

Tolong dibaca ya wkwk, aku dipart part sebelumnya tulis adik Gavril umur 5 tahun tapi harusnya 6 tahun wkwk maaf yaa author salah karena author manusia cantik😂

"Mas cinta kamu." Ucap mas Ervin sambil memeluk bahuku dan menumpukan kepalanya di bahu kananku.

Aku menatapnya lalu tersenyum tipis padanya "Elma juga cinta sama mas." Kataku dan memegang tangannya yg masih memeluk erat bahuku.

Tapi aku masih bingung jika dia mencintaiku lalu pengakuan dia kemarin dengan Gladys itu apa? Kenapa semua semakin membingungkan bagiku sih. Relbi pun mendekati kami lalu duduk di pangkuanku dan memelukku juga.

Kami pun masuk kedalam rumah aku membantu Relbi mandi sedangkan mas Ervin berada di kamar untuk membersihkan diri juga. Setelah membantu Relbi aku menuju dapur untuk memasak makanan dan kurasa menu yg cocok disaat sedang hujan ini adalah yg berkuah. Ya tepat saat mas Ervin dan Relbi selesai berenang tak lama pun hujan turun dengan lebatnya.

Aku memutuskan untuk membuat bakso beserta kuahnya bukan untuk makan berat hanya sekedar jika mau saja disaat dingin seperti ini, sedangkan menu untuk makan malam aku memutuskan membuat ikan bakar, capcay kesukaan mas Ervin, tempe goreng pastinya kesukaan mas Ervin dan Relbi dan yg terakhir udang asam manis karena di kulkas masih tersisa udang.

Memang menu masakan cukup ribet tapi bagiku tidak karena aku sudah terbiasa, membuat bakso pun bagiku cukup mudah jika daging sapi sudah menjadi daging gilingan. Jam juga baru menunjukan pukul 16.00 sore sesekali aku melihat kearah taman belakang dan terlihat hujan turun dengan sangat derasnya karena pintu kaca membuatnya semakin terlihat jelas.

"Masak apa?" Tanya seseorang dan itu adalah mas Ervin yg sedang duduk di kursi sambil mengupas kulit apel namun sayangnya mas Ervin memang tidak bisa jangankan mengupas apel mencari kaos kaki saja tidak pernah ketemu.

Aku mengecilkan api kompor yg sedang merebus bakso juga sedang membuat udang asam manis lalu mendekat kearah mas Ervin.

"Biar Elma kupaskan mas." Kataku lalu setelahnya mas Ervin memberikan apel itu padaku

Aku mengambil beberapa buah apel, pir, anggur, stroberi dan juga pisang lalu aku potong potong dan kuletakan didalam piring panjang namun tidak sampai buah buahan itu menyatu.

"Saya ga suka kamu kelelahan." Ucap mas Ervin tepat dibelakangku ketika aku sedang sibuk memotong stroberi juga mengawasi masakanku yg mungkin sebentar lagi akan matang.

"Ga apa apa mas, Elma ga kelelahan." Kataku

"Biar saya bantu." Ucapnya aku pun tersenyum lalu mengangguk, biarlah dia melakukan hal yg dia mau.

Mas Ervin pun ikut membantu memindahkan udang asam manis yg sudah matang ke dalam mangkok meskipun sedikit berantakan lebih tepatnya memang berantakan.

"Aish panas." Pekiknya membuatku melihat kearahnya dan aku sontak terkekeh pelan karena tangan mas Ervin tak sengaja menyentuh wajan panas padahal apinya sudah mati mungkin bekasnya saja.

"Coba Elma lihat mas." Kataku sambil melihat kearah punggung tangannya yg memang sedikit memerah

"S-saya ga apa apa."

"Iya tapi biar Elma liat dulu."

Akhirnya mas Ervin pun menurut lalu memberikan tangannya padaku dan kulihat punggung tangannya memang sedikit memerah namun tidak apa apa dengan segera aku meniupnya perlahan lalu menuntunnya untuk dibasuh menggunakan air mengalir.

"Udah, saya ga apa apa." Ucapnya dan segera menarik tangannya dari genggamanku

Apa sebenci itu mas Ervin padaku? Sampai sampai aku tidak boleh memegang tangannya. Ah sudahlah mungkin mas Ervin hanya masih kesal saja padaku.
.
.
Suasana makan malam terlihat lebih hening hanya Relbi saja yg sesekali berceloteh namun tidak dengan mas Ervin dia hanya diam sembari memakan makanannya atau terkadang menanggapi ucapan Relbi. Sedangkan aku? Aku sedari tadi memperhatikan mas Ervin jujur saja aku rindu mas Ervin yg jahil dan romantis.

Sorry, Elma!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang