16. rumitnya masalah

3.5K 198 27
                                    

Ervin's POV
Karena tak sabaran menunggu aku pun berniat untuk menyusul Hendrik juga Bagas menuju kantor polisi namun saat akan membuka pintu Fariz juga Rizky datang dengan raut wajah yg bisa dibilang panik.

"Kenapa?" Tanyaku

"Gila bang! Rumah Lo bener bener kaya kapal pecah, jendela banyak yg pecah, pintu utama rumah Lo udah di bobol, kolam renang Lo juga berubah jadi merah! Ngeri gue!" Rizky menjelaskan sambil terengah engah dan Fariz disampingnya hanya mengangguk angguk

Sialan! Apa maunya orang itu, aku pun dengan cepat membuka ponselku dan melihat hasil rekaman cctv di rumahku, aku tak sebodoh itu aku selalu memasang cctv yg nantinya akan terhubung ke ponselku.

Saat kuperiksa ada dua orang yg memasuki rumahku dengan pakaian serba tertutup aku juga tidak dapat melihat jelas siapa mereka. Namun dari porsi tubuhnya sepertinya mereka itu perempuan dan juga laki laki. Ya tak apa lah jika rumahku berantakan asalkan Elma juga Relbi selamat.

"Gue mau susul Hendrik sama Bagas, Lo berdua ikut gue!" Mereka berdua pun menghentikan langkahnya yg akan menuju dapur

"Ya ampun bang! Baru juga gue mau minum." Ucap Fariz namun aku tak menunggu lama segera aku menarik kerah kemeja Fariz juga Rizky menuju keluar untuk menemui Hendrik juga Bagas.

Setidaknya aku sudah punya cukup banyak bukti atas kasus teror ini dan jika kasusnya masih sulit untuk diselidiki maka aku akan turun tangan dan menyelidiki kasus ini sampai tau siapa pelaku itu dan apa motifnya. Setidaknya aku agak sedikit tenang meninggalkannya Elma juga Relbi di rumah mamih karena disini lebih aman lagipula papih pun memutuskan untuk tidak kembali ke Batam dulu.

Setelah itu kami bertiga pun segera menyusul Hendrik dan sebelumnya aku telah mengirimkan pesan agar Hendrik juga Bagas menunggu. Fariz lah yg mengemudikan mobil karena pikiranku sedang benar benar frustasi bahkan hari ini aku mengambil cuti plus membatalkan seluruh agendaku di salah satu kampus.

Kurang lebih 20 menit kami sampai di kantor polisi, dan benar saja Bagas juga Hendrik masih ada disana sedang bicara dengan dua polisi.

"Siang." Ucapku

"Siang pak." Balas kedua polisi itu

Aku pun menjelaskan semua plus bukti bukti yg aku punya, dan untungnya Rizky memberikan video keadaan rumahku yg berada di ponselnya.

"Ada baiknya pak Ervin dan juga keluarga lebih berhati hati dan kami juga siap untuk membantu." Ucap salah seorang polisi

Aku mengangguk setuju lalu setelahnya aku dan sepupu sepupuku memutuskan untuk pulang, entah kenapa perasaanku tidak enak meninggalkan Elma juga Relbi di rumah mamih. Bukan tidak percaya hanya saja tadi pun papih sempat pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan karena ada beberapa masalah entah apa itu papih tidak mau bicara.

Sesampainya di rumah aku segera mencari Elma, Relbi juga mamih dan untungnya saja mereka sedang berada di halaman belakang. Lebih tepatnya Elma yg sedang main bersama Relbi sedangkan mamih hanya melihat saja.

"Eh kalian udah datang? Gimana gimana kasusnya udah ditangani?" Tanya mamih yg langsung datang menghampiriku

"Udah mih ya cuman gitu kita harus nunggu." Jawab Bagas

Aku melihat kearah Elma yg melihat kearahku juga namun sesudahnya dia memutuskan pandangannya dan kembali bermain bersama Relbi yg sedang memberi makan ikan ikan milik papih. Aku tau dia pasti masih marah hanya saja untuk kali ini aku akan membiarkannya terlebih dahulu bukan karena aku tak peduli tapi aku ingin menyelesaikan kasus ini dulu.

Namun tak ayal aku pun menghampiri Relbi yg tengah asik melihat ikan sambil berjongkok dengan wajah berkerut membuatku gemas sendiri.

"Assalamu'alaikum anak nya papah."

Sorry, Elma!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang