Chapter 1 : Old Moment

1.8K 179 127
                                    

[Sudah direvisi]!!!

Don't forget to vote and comment. Please respect this story. Thankyou.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari ini sudah hampir seminggu tahun ajaran baru telah dimulai. Mungkin karena baru seminggu tahun ajaran baru dimulai, terlihat masih ada sebagian orangtua yang menemani buah hati mereka didepan kelas—tepatnya berdiri sambil melirik kedalam kelas. Meski begitu nyatanya masih banyak murid yang terlihat masih enggan untuk masuk ke dalam kelas bergabung dengan teman-teman lainnya dan memilih untuk menangis dan berakhir orangtua mereka terpaksa turun tangan membujuk anaknya untuk bergabung dengan anak-anak lain yang telah berada didalam kelas.

Tepat pukul tujuh tepat bel sekolah telah berbunyi dengan begitu nyaring memenuhi seluruh sekolah.  Hal tersebut menandakan jika semua siswa-siswi dipersilahkan untuk masuk kembali ke dalam kelas untuk memulai pelajaran. Setiap guru yang mengajar disekolah itupun terlihat tengah berjalan menyebar ke masing-masing kelas tempatnya membagi ilmu.

Pak guru yang telah hadir didalam kelas melempar senyum khasnya ke arah jendela sebelum memulai kelasnya dimana masih ada beberapa orangtua yang terlihat enggan untuk beranjak dari tempatnya. Tak berselang beberapa detik kemudian, pandangan dan senyumnya ia lemparkan ke semua murid yang duduk dengan manis dibangku masing-masing dengan kedua tangan yang dilipatnya dengan rapi.

Seluruh pasang mata menatap serius ke Pak guru yang tengah mengulang kembali pelajaran yang sempat kemarin disinggung bersama-sama. Hal tersebut tentu saja membuat sang guru yang mengajar merasa senang melihat antusiasme dan fokus dari para murid. Namun nyatanya fokus dari beberapa murid terlihat hilang dengan cepat dan berakhir memilih untuk bermain.

Kebanyakan murid yang kehilangan fokusnya dengan cepat berasal dari hampir seluruh murid berjenis kelamin laki-laki. Memilih mengobrol dengan teman sebangku, menggambar acak diatas buku atau hal lain yang dapat membuat mereka senang.

Sangat terlihat jelas perbedaan itu dengan kaum hawa dimana kebanyakan dari mereka lebih memfokuskan diri mendengar penjelasan sang guru yang sedang mengajar matematika. Terutama dengan seorang anak perempuan yang duduk dibangku paling depan. Tampak acuh dengan kebisingan yang terjadi dibelakangnya.

Tangannya terus bergerak lincah menulis bagian demi bagian dari penjelasan sang guru. Dimana nantinya coretan pada buku itu dapat ia gunakan sebagai pegangan untuk masa depannya kelak.

Umumnya pelajaran disekolah dasar ini hanya akan berlangsung selama lima jam dan akan berakhir pada pukul dua belas siang tepat. Tidak seperti siswa tingkat menengah pertama dan menengah atas.

Dia Min Aeri, gadis lugu, cantik, imut dan juga pandai tentunya hanya saja sikap cuek, jutek, tsunderedan blak-blakkan melekat erat pada dirinya dan itu semua turunan dari kakakknya Min Yoongi. Tak jarang ia dihindari oleh banyak siswa lain karena takut dengan tatapan matanya yang tajam nan menusuk hingga menembus jantung. Membuat semuanya berdengik ngeri dan memilih menjauhinya dari pada menjadi korbannya.

Setelah puas mengulang pelajaran yang diajarnya kemarin, Pak guru melangkah menuju ke papan tulis berwarna putih untuk kembali menuliskan materi yang akan dipelajari oleh siswa-siwi kelas IA. Ia memberikan dulu instruksi agar semua siswa turut ikut menulis karena nantinya ia akan memberikan tugas yang akan dikerjakan dirumah. Para siswa yang tadinya sibuk dengan dunianya sendiri akhirnya mau tidak mau kembali menulis sesaat setelah mendapat wejengan singkat dari Pak guru.

Tidak butuh waktu yang lama untuk Pak guru menuliskan materinya dipapan tulis. Menepuk sebentar tangannya untuk menghilangkan debu yang berasal dari penghapus papan tulis lalu mulai melangkah menyusuri kelas. Mengecek setiap siswa apakah sedang menulis materi yang diberikannya atau malah tampak acuh seakan semuanya terdengar mudah.

ISN'T VAIN.[KTH] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang