Part ini sudah direvisi!!!
Don't forget to vote and comment. Please respect this story.
Anyway, mau tahu dong, kalian tahu atau dapat cerita ini dari mana sih??? Apa yang buat kalian tertarik untuk akhirnya membaca ini?.
*Enjoy the story guys*
.
.
.
.
.Semalaman penuh, Aeri tak berhenti memikirkan kehadiran sosok yang paling tidak diduganya sebelumnya. Sosok yang selama ini ia cari dan ia rindukan. Sosok yang juga punya tempat tersendiri didalam hati dan pikirannya.
Sejak saat ia tak lagi bertemu dengan sosok itu, ia mulai belajar bahwa jika orang tersebut tidak ditakdirkan untuk kita, mau sekuat apapun kita berusaha ia tidak akan pernah bisa kita gapai dengan mudah.
Genggaman tangannya pun pada sosok itu secara perlahan ia lepaskan. Membiarkannya pergi, bahagia dengan pilihannya merupakan jalan terbaik yang ia pilih. Yah, meskipun sampai detik ini pun ia masih terus kepikiran dengan sosok tersebut padahal sudah banyak yang ia lakukan untuk bisa melupakan sosok tersebut.
Karena semalaman penuh ia terus kepikiran tentang sosok itu, ia jadinya tertidur saat pukul tiga subuh. Waktu dimana tidak lama lagi ibunya akan segera bangun untuk bermeditasi dan berolahraga. Alhasil saat ini Ny.Min masih kesusahan membangunkan anak bungsunya tersebut.
Tok tok tok
"Aeri bangun, kamu mau tidur sampai jam berapa,huh??. Kau bukan lagi anak kecil yang bisa seenaknya tidur, kau sekarang sudah memasuki usia dewasa," Teriak Ny.Min dari balik pintu kamar putrinya yang masih belum memperlihatkan tanda-tanda jika akan dibuka.
Terhitung ini sudah ketiga kalinya ia bolak balik ke kamar sang putri hanya untuk membangunkannya karena hari ini ada sesuatu special yang sangat dinantikan oleh putri bungsunya tersebut. Namun sayangnya, tampaknya masih tidak ada jawaban yang ia dapat dari sang anak. Ia hanya mampu menggelengkan kepalanya. Kebiasaan tidurnya sangat mirip dengan putra sulungnya.
Ia sudah lelah menunggu sahutan dari Aeri dan memutuskan untuk meninggalkan kamar putrinya menuju ke ruang tamu. Mendudukkan diri karena cukup lelah berdiri didepan pintu kamar putrinya ditambah dengan teriakan menggelegarnya.
"Bagaimana ma, anak itu masih belum bangun juga?,"
"Belum. Bahkan sepertinya tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan terbangun. Kau dan adikmu itu sama saja kalau berurusan soal tidur,"
Yoongi, kakak laki-laki Aeri, pagi ini tiba di Seoul. Kepulangannya kali ini tidak ia beritahukan kepada adik kecilnya karena ia tahu, pasti anak itu akan menungguinya dan rela tidak tidur seharian. Hal tersebut tentu saja akan membahayakan diri adiknya.
Rencananya pagi tadi, ia ingin mengagetkan adik kecilnya saat sarapan, tapi yang ada malah ia tidak mendapati adiknya duduk dimeja makan bersama mama dan papanya. Malah masih asik berbaring dikamar tidur sampai pukul sembilan tiga puluh.
Melihat sang mama yang duduk disofa ruang tamu sambil menghela nafas, ia sudah tahu jawabannya jika adik manisnya itu belum juga bangun. Alhasil ia menggantikan sang mama untuk membangunkan adik kecilnya itu.
Sesampainya didepan kamar sang adik, tiba-tiba muncul perasaan bahagia saat mengetahui ia akan bertemu langsung dengan adiknya setelah sekian lama mereka terpisah oleh jarak. Rasa rindunya terhadap adiknya akhir terbayarkan saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISN'T VAIN.[KTH] ✔
Fiksi Penggemar[COMPLETED] [Revision on progress] "Maafkan aku Aeri karena selama ini aku membuatmu berjuang sendiri untuk menungguku peka terhadap perasaanmu padaku. Ini saatnya, biarkan aku turut merasakan perjuangan yang dulu pernah kau alami,"Taehyung. Start...