31. Disarm, -part 4

251 46 8
                                    

Mashiho bergegas pergi menuju sekolah untuk mencari Hana. Sekolah masih terlihat sepi, hanya ada beberapa kawanan polisi yang mengawasi. Meski banyak garis police line, dia tetap menerobos masuk untuk mencari Hana. Beruntung saat itu tidak ada polisi yang memergokinya. Mashiho masuk, naik mulai dari lantai 3 sampai bawah, menelusuri setiap ruangan untuk mencari anak itu, namun tidak ditemukan juga. Tinggal satu area di lantai bawah yang belum dia temukan. Dia berjalan pelan-pelan, hingga ia mendengar suara "tang tang tang" suara seperti seseorang yang sedang memukul-mukul sebuah besi. Dia terus berjalan hingga suara itu terdengar semakin jelas. Dia masuk ke satu ruangan kelas, kemudian melihat satu tumpukan besar meja-meja dan kursi-kursi. Mashiho segera menyingkirkan meja-meja itu dan menemukan Hana yang terjebak disitu dengan kuping yang ditutup sumpelan kapas. Sepertinya Asahi tidak ingin membuat anak itu ketakutan mendengar suara senjata jadi berusaha menutupinya

"chiquitina..." (gadis kecil) sapa Mashiho

"don't worry, soy...un, doctora" ujar Mashiho sambil berusaha mengingat pelajaran Bahasa Spanyol yang pernah Jihoon ajarkan padanya

"Donde esta mi papito...??" lirih Hana sambil menangis

"no te...preocupes, tu papito...está en la...clínica" (jangan khawatir, papamu ada di clinica)

"es verdad?" (benarkah)

"si, te...mostrare...sígueme" (aku akan menunjukkannya padamu. ikut aku)

Segera Mashiho menggendong Hana sambil menenangkannya dengan mengelus-elus kepalanya, seperti yang selalu ia lakukan pada Akiko jika buah hatinya sedang ketakutan. Saat hendak keluar, tidak sengaja ia melihat Doyoung di satu ruangan kelas sedang terlentang dengan kepala menghadap ke kanan. Ia segera memeriksanya. Beruntung Hana sangat koperatif dan tidak merengek. Segera ia periksa semua bagian tubuh Doyoung dan tidak ditemukan luka apapun, dia hanya sangat shock. Tatapan matanya kosong tapi masih tersadar, hanya saja nafasnya sedikit terengah-engah.

"Doy... Doyoung..." kata Mashiho sambil menggoyangkan pundaknya

"d—d-doctora" lirih Doyoung sambil menangis

"ya, ini Doctora. Jangan takut. The shooter was gone, this area is secure" jawab Mashiho menenangkan Doyoung

"s-s-aya takut doctora, penembak melucuti senjatanya di depan mataku. Dia mengarahkan pistolnya tepat dihadapanku, aku panik aku takut aku gemeteran lalu dia menembak teman yang lain di kepalanya. a-a-a-ku takut, doctora" Doyoung semakin larut dalam tangisannya

"theres a lot of police out there and we're safe. Don't worry. Okay?" Mashiho menenangkan Doyoung sambil mencoba membantunya berdiri

"no. no... I can't move" jawab Doyoung sambil berkaca-kaca
"I can't move my legs. I can't... I can't feel anything" katanya sambil kembali menangis

Mashiho sedikit panik, namun dia paham bahwa apa yang dialami Doyoung hanyalah karna dia shock akan sesuatu, dia tidak benar-benar tidak bisa menggerakkan kakinya. Mashiho mengerti dia hanya perlu membuat Doyoung tenang

"uhm...feel my hand" Mashiho kemudian meletakkan telapak tangannya diatas telapak tangan Doyoung yang terbujur lemah di lantai

"squeeze my hand..." jawab Mashiho lirih

Doyoung mengeluarkan nafas yang terengah-engah sambil menangis. Mashiho memencet-mencet telapak tangan dan pergelangan tangannya.

"do you feel that..??" tanya Mashiho kembali

Doyoung hanya menganggukkan kepalanya

"okay. You're okay. We're gonna wake up, when you're ready. Okay? So you can tell me, when you're ready. Okay..??" tanya Mashiho sambil menenangkan Doyoung

Off The DoctorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang