4. Apa peduli lo?

100 62 20
                                    

~Happy reading~

Mata Reynal membelak kaget melihat keadaan Icha sekarang. Wajah pucat, keringat yang bercucuran membasahi pelipisnya, bibir nya yang bergetar hebat, dan terakhir hidung nya mengeluarkan darah segar yang tak henti hentinya berhenti.
Itu sangat di luar dugaan Reynal.
Ia langsung berjongkok mensejajarkan tubuh nya dengan tubuh Icha yang sedang meringkuk.

"Lo kenapa?" Hanya pertanyaan itu yang mampu terlontar dari bibir Reynal.

Rasanya bibir Icha kelu untuk berbicara sehingga dia hanya bisa terdiam dengan ketakutan yang luar biasa.

"Astaga badan Lo dingin banget." pekik Reynal kaget, setelah menempelkan punggung tangan nya di dahi Icha.

Tanpa aba aba Reynal segera menggendong tubuh Icha keluar dari gudang, ia tahu situasi ini sangat membuat Icha terancam dengan nyawanya.

Di luar sudah ada Riqo, Fais, Ridho, dan Rafli yang sedang bingung menatap apa yang sahabatnya ini lakukan ralat Rafli tidak kaget dia hanya khawatir dengan keadaan Icha.

"Lu apain dia Nal?" Tanya Fais dengan tatapan tidak percaya.

"Nggak tau gue, tiba tiba dia gini." jawab Reynal dengan jujur.

"Bawa ke rumah sakit bego." kesal Rafli geram melihat Reynal hanya bengong di tempat dengan menggendong tubuh mungil Icha.

"Gue gak bawa mobil anjing." Sentak Reynal sambil menatap tajam mata Rafli.

"Gue udah pernah bilang sama Lo, jangan ngelakuin itu sama si Icha, dia phobia banget sama yang namanya tikus." cecar Rafli menyalahkan Reynal, dengan mengacak rambut nya frustasi.

"Emang gue tau gimana resiko kedepannya?"

"Heh anjir malah adu bacot, ini nyawa Woi, udah elah jangan kaya bocah lu berdua." Cletuk Fais berdiri di tengah tengah mereka.

"Minta Sekolah buat anterin si Icha ke rumah sakit." usul Riqo langsung di angguki oleh Reynal.
Reynal langsung berlari menuju penjaga sekolah yang bertugas menghantar kan siswa siswi yang sedang sakit.

"Mau kemana Lo?" Tanya Riqo memberhentikan langkah Rafli yang berniat ingin menyusul Reynal.

"Bareng mereka." jawab nya dengan singkat.

"Mereka bukan bocah lagi yang kemana mana harus bareng bareng, Lo bareng kita pake motor." tegas Riqo lalu mendahului Rafli.

Di sinilah Reynal berada di luar ruangan UGD. Sudah lima menit ia mondar mandir tapi tak satupun dokter dari ruangan tersebut keluar tak lama kemudian satu dokter keluar.

"Keluarga Icha Ayuningtyas?" Tanya dokter tersebut sambil berdiri di depan pintu.

"Saya temen nya dok, gimana keadaan temen saya?" Tanya Reynal khawatir.

"Teman anda baik baik saja, untunglah segera tepat waktu di bawa ke sini, tetapi tolong jangan buat phobia nya kambuh lagi." terang dokter tersebut sambil tersenyum tipis.

"Apa saya bisa masuk?" Tanya Reynal kali ini dia bertanya dengan nada datar. Ada rasa bersalah di dalam hatinya yang tak henti hentinya merasa khawatir.

"Oh ya tentu bisa, tetapi jangan ganggu pasien dia sedang istirahat."

"Terima kasih dok." sahut Reynal lalu langsung masuk kedalam ruangan Icha.

Yang pertama kali ia lihat adalah Icha yang sedang berbaring lemas di brankar rumah sakit.

Reynal baru pertama kali ini melihat gadis itu berbaring lemah, atas ulahnya, biasanya gadis itu selalu menantang nya, judes, nyolot, tapi yang sekarang ia lihat muka yang terlihat polos ketika tidur.
Perlahan ia mendekati brankar yang Icha sedang tiduri.

Dua BatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang