25. Gengsi

9 4 0
                                    

"Hallo ma,"

"Waalaikumsalam." sahut seseorang dari sebrang sana.

Icha langsung terkekeh dengan sahutan dari mama nya dari balik telfon. "Iya iya Icha ulang, assalamualaikum mama ku tersayang,"

Terdengar Shinta berdecak kesal disana. "Mama kan udah sering ingetin kamu dek, kalo di telfon tuh salam dulu."

Icha langsung meringis lalu kembali membalas ucapan mama nya. "Mama juga nggak jawab salam dari aku."

"Eh iya, waalaikumsalam. Tuh kan mama jadi lupa kamu sih!"

"Dih dih, mulai deh sikap emak emaknya." Cibir Icha sambil memasukkan buku bukunya kedalam tas.

"Hust nggak boleh julid sama orang tua!"

"Iya."

"Pulang sekolah langsung pulang jangan ngelayap dulu!" Pesan Shinta dari sana.

Icha langsung menaikan sebelah alisnya. "Lah kenapa?"

"Papa kamu pulang hari ini,"

"Hah! Ma jangan bercanda!" Sahut Icha dengan mata berbinar. Yola yang dari tadi hanya menyimak obrolan dari anak dan ibu di telfon itu, sontak langsung bergedik ngeri saat melihat Icha yang se sumringah itu.

"Yaudah kalo nggak percaya." Sahut Shinta acuh.

"Percaya dong ma! Aku langsung pulang sekarang."

"Yaudah, hati hati di jalan. Jangan percaya sama orang yang nggak di kenal kalo ngajak ngobrol."

"Siapp bu bos!"

Sambung pun terputus setelah itu. Icha langsung membawa tasnya di pundaknya.

"Yol balik yu." Ajak Icha saat melihat Yola yang masih duduk di sampingnya.

"Ngobrol apaan sih emak sama anak rempong bener." Celetuk Yola sambil memutar bola matanya malas.

Untung sekarang mood Icha sedang baik, kalo lagi badmood pasti Yola sudah kena geplakan maut dari Icha.

"Kepo mulu lo maymunah! Udah ah yu balik."

Icha dan Yola kemudian segera keluar dari kelas yang sudah mulai sepi karena memang bel sekolah sudah berbunyi tiga menit yang lalu.

Langkah Icha terhenti kala melewati kelas IPA 2. Tiba tiba ia teringat dengan janjinya dengan Reynal.

"Yol bentaran gue ada urusan sama anak IPA dulu."

"Gue tunggu sini aja ya," sahut Yola yang langsung di angguki oleh Icha.

Kebetulan Reynal dkk masih ada di dalam belum pada pulang, Icha melihat Fais yang sedang cekikikan bareng Ridho. Sedangkan Reynal sedang mendengarkan Riqo yang entah sedang bercerita apa. Masalah arisan mungkin.

"Fais," panggil Icha cukup keras agar Fais bisa langsung mendengar nya.

Dan benar, Fais langsung melihat Icha yang berdiri di depan pintu kelas. Reynal dan yang lainnya pun ikut melirik Icha.

"Ngape Cha?" Tanya Fais dari sana.

"Sini Is," pinta Icha, dan Fais langsung menurut.

Reynal menatap curiga Fais, kelihatannya Fais lebih dekat dengan Icha, di banding dirinya.

"Ada apa ibu Icha terhormat?"

Icha mendekatkan wajahnya ke telinga Fais. "Kasih tau si ketua basket abal abal, kalo gue nggak bisa ke perpus sekarang." Bisik Icha.

Fais menaikkan sebelah alisnya. "Ketua basket abal abal maksud lo Reynal?" Tanya Fais memastikan.

"Iyalah. Emang di sekolah kita ketua basket selain dia siapa lagi?" Tanya balik Icha sambil ngegas.

Fais langsung mengelus dada mendengar ucapan ngegas Icha. Udah biasa Fais mah di ketusin sama Icha gitu.

"Kenapa lo nggak bilang sendiri aja?" Tanya Fais serius.

"Lo temen sekelasnya. Bilangin gue di suruh mama gue pulang cepet."

"Gue cabut dulu. Makasih." Sambung Icha lalu langsung pergi sambil menarik tangan Yola.

"Si Reynal kok bisa bisanya suka sama cewek modelan Icha gitu." Lirih Fais sambil menggeleng gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan pikiran Reynal.

Fais langsung masuk kembali kedalam kelasnya, tatapan mata Reynal langsung membuat nyalinya ciut. "Santai Nal ni gue jelasin."

"Kata Icha sekarang dia nggak bisa keperpus——"

"Kenapa?" Potong Reynal cepat.

Fais mendengus malas, gini nih definisi cemburu tapi gengsi!

"Aelah sabar Nal, si Pais belum selesai ngomong." Celetuk Ridho yang mengerti raut wajah Fais.

Reynal hanya melirik Ridho sekilas, lalu kembali fokus ke Fais.

"Kata dia, tadi mama nya bilang suruh balik cepet." Sambung Fais.

Satu alis Reynal terangkat, masih tidak percaya dengan ucapan Fais tadi.

"Yaelah Nal, gue beneran nggak boong." Cibir Fais mengerti raut wajah Reynal.

Reynal menghembuskan napasnya pasrah, lalu mengangguk sekilas percaya dengan ucapan Fais tadi.

Ridho yang langsung peka, dia tersenyum miring. "Gimana rasanya Nal?" Tanya Ridho sambil menaik turunkan alisnya.

Reynal menatap Ridho dengan tatapan tidak mengerti.

"Udalah Dho, mana paham dia soal ginian." Celetuk Riqo sambil menepuk pundak Ridho dengan tatapan nelangsa.

Ridho mengangguk angguk setuju dengan perkataan Riqo. "Bener lo Qo."

Serasa ada yang salah dengan ucapannya, Ridho segera menatap Riqo dengan tatapan tersadar. "Heh dugong! Lo juga mana paham soal ginian. Pacaran aja belum pernah."

Riqo langsung tersentak dengan ucapan Ridho tadi, iya sih dia juga tidak mengerti bagaimana seharusnya perasaan Reynal saat ini.

"Skakmat bener."

To be continued

Jangan lupa 🌟

Jangan lupa jaga kesehatan jugaaa

Dua BatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang