10. Reynal anak baik

20 10 8
                                    

~Happy Reading~

"Assalamualaikum mama Icha pulang!" Teriak Icha ketika masuk kedalam rumah.

"Waalaikumsalam." Sahut Shinta dari dapur.

"Adee kenapa jam segini baru pulang?" Tanya Shinta ketika sudah selesai mencuci piring di dapurnya.

"Maafin Icha ma, mama khawatir ya? Sampai telfon pihak sekolah terus?" Ujar Icha sambil memeluk mamah nya dari samping.

Raut wajah Shinta kelihatan bingung, anak bungsunya ini sedang berbicara apa?

"Icha janji deh kalo mau belajar bareng sama setan, terus makan sama Byan Icha langsung ngabarin mamah." Sambung nya lagi masih dengan posisi memeluk mamanya dengan penyesalan.

Shinta mengurai pelukan Icha lalu mengelus pucuk rambut panjang anaknya itu.

"Mamah memang khawatir saat liat jam ade belum pulang. Tapi mamah berfikir Ade pasti bareng sama Byan." Titah nya sambil mengelus rambut Icha dengan sayang.

"Tapi mamah nggak hubungin pihak sekolah." Sambung Shinta dan langsung membuat mata Icha membola.

"Masa sih ma?" Tanya Icha masih tidak percaya.

Shinta mengangguk mantap.
"Iya beneran."

Wahh ini pasti ulah nya si setan Reynal, emang ya nggak ada bosen bosannya jailin Icha. Eh tapi buat apa sih Reynal bohong seperti itu?
Icha juga sampai di rumah dengan aman dan tidak di apa apain sama Reynal. Apa untungnya coba?

"Oh berarti temen Icha salah ngasih kabar." Icha langsung nyengir kala itu, walau di hati nya terus menyumpah serapahi Reynal.

"Makanya kalau dapat kabar kaya gitu langsung hubungi mamah."

"Siap ma!" Sahut Icha semangat.

"Ma Icha ke kamar dulu mau mandi."

"Iya gih sana, bau tau." Sahut Shinta sambil menutup hidungnya.

Icha tertawa lalu langsung bergegas naik ke atas, di mana letak kamar tersayang nya ada di lantai dua.

Ia menghempaskan tasnya ke tempat tidur dengan asal, duduk di kasur dengan tangan yang mengepal kuat.

Pikiran sekarang hanya Reynal, bodoh sekali pikirnya bisa sampai di bohongi sama Reynal lagi.

Ini udah beberapa kali loh Reynal membohongi Icha.

"Tolol banget gua." Ucapnya sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

"Bisa bisanya di bohongi sama si setan lagi."

Icha berdiri dari duduknya lalu mengepalkan tangannya ke udara.

"Awas lu Rey!"

***

Setelah mengantar Icha pulang, Reynal langsung pulang ke rumahnya. Pandangan pertama yang Reynal lihat adalah kedua orangtuanya yang sedang duduk santai di ruang tamu, dengan cemilan, kopi, dan teh yang ada di meja.

Reynal berjalan tanpa menyapa kedua orangtuanya yang sedang menonton Tv, mungkin dulu Reynal selalu manja jika bertemu papah nya,tapi tidak untuk sekarang.

"Dari mana kamu? Jam segini baru pulang?" Baru saja Reynal ingin menaiki anak tangga, suara bariton papah nya menghentikan langkah kakinya.

"Habis pulang sekolah langsung ngelayap?"

Reynal menoleh kearah Gavin papah kandung nya.
"Apa urusannya sama papah?" Tanya balik Reynal sambil membalikkan badannya menghadap papah nya.

"Kamu papah sekolah kan bukan untuk kelayapan, tapi buat belajar." Ujar Gavin sambil menyeruput kopi hitamnya dengan santai.

Reynal tersenyum sinis.
"Rey menang lomba, Rey juara kelas, Rey peringkat pertama di sekolah. Papah kemana?"

"Nggak ada yang namanya ngucapin selamat buat anaknya." Sambung nya dengan senyum miring.

"Papah bukan tidak mau mengucapkan selamat buat kamu. Papah punya pekerjaan sendiri. Ngertiin papah Rey!" Tegas Gavin sambil berdiri dari duduknya.

"Udah pah sabar," Ucap Yuli mamah dari Reynal, berusaha menenangkan suaminya.

"Kamu juga Rey, ngertiin papah dong pekerjaan papah kan banyak, papah kerja keras begini juga buat kamu." Ujar Yuli mengebu ngebu seakan akan disini yang bersalah adalah Reynal.

Ibu macam apa itu? Dimana ibu yang lain akan membela anaknya, menasehati anaknya dengan sayang tapi mamah nya ini sungguh berbeda.

Reynal menyugar rambutnya kebelakang.
"Rey cape, Rey mau keatas dulu." Sahut Reynal, lalu berbalik badan dan melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga.

"Anak itu kalau di omongin selalu bisa jawab." Kata Gavin menggeleng kan kepalanya pusing.

Yuli menepuk pundak Gavin.
"Dia anak pintar pah, masalah kaya gini dia pasti bisa jawab.

***

Suasana kelas 12 IPA 2, sekarang sedang sepi, entah semua murid pagi pagi sedang kerasukan setan apa.

Tapi saat Rafli datang, seketika suara cempreng Fais yang kaya toa menggelegar di dalam kelas.

Bukan berarti Rafli datang membawa keributan, tapi Fais yang langsung menyambut Rafli dengan pertanyaan pertanyaan.

Fais langsung bangun dari duduknya, dan menghampiri Rafli yang sedang berjalan kearah meja nya.
"Ji, Lo nggak bareng sama si Rey?"

Rafli hanya menggeleng, lalu melanjutkan langkahnya menuju mejanya, setelah iti dia duduk di kursi barisan ketiga sambil meletakkan tas nya di meja.

Fais langsung duduk di atas meja yang Rafli tempati.
"Gue kira Lo habis sama Reynal kemarin,"

Ridho yang sedang menulis di sebelah Rafli langsung menoyor kepala Fais dengan botol Aqua nya.
"Itu kan kemarin bego!" Gemas Ridho.

"Nggak biasanya si Reynal jam segini belum dateng," Celetuk Riqo.

"Nggak mungkin banget kalo si Rey kesiangan," Kata Fais menambahi ucapan Riqo tadi.

"Om Gavin ada di rumah."

Fais, Ridho, dan Riqo kompak menoleh kearah Rafli yang sedang membolak balikkan buku matematika nya.

Fais yang tadi bertanya tanya langsung memutar bola matanya. Ridho yang tadi berhenti menulis kini jadi melanjutkan acara nulisnya.
Riqo yang dari tadi serius, setelah mendengar jawaban dari Rafli tadi langsung berubah malas.

"Pantesan aja, palingan juga suruh nemenin Nada." Celetuk Fais malas.

"Tapi gue heran sama si Rey, kalo gue jadi dia, kalo nggak mau di jodohin tinggal bilang aja yang tegas sama bokap nya." Cerocos Ridho kebawah emosi. Sabar dho, sabar!

Riqo menoleh kearah Ridho,
"Reynal terlalu penurut sama orang tuanya do, walau dia selalu di manfaatin tetep aja hatinya masih baik sama orang tuanya."

"Sama kita aja batu, giliran sama bokap nya pelastik."

Ridho dan Riqo kompak tertawa mendengar ucapan julid Fais ke Reynal.

Sedangkan Rafli, dia hanya diam sambil diam diam mendengarkan pembicaraan teman temannya tanpa ada niat untuk ikut bergabung dalam pembicaraan itu.

Sedetik kemudian bel berbunyi, tetapi Reynal belum juga terlihat batang hidungnya.

Tidak biasanya Reynal telat seperti ini, wah ada yang beres nih!

To be continued...

Dua BatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang