Bab 8

16 3 0
                                    

"Non...makan dulu atuh, nanti sakit". Sudah 2 jam Bi Aspet merayu Rabella agar mau makan. Bi Aspet khawatir pasalnya hampir dua hari Rabella belum mengisi perutnya.

Kedua orang tua Rabella sedang keluar kota, entah lah pergi bersama atau sendiri-sendiri. Keluarganya memang tak seharmonis hubungan keluarga teman-temannya. Terkadang Rabella benci itu, Rabella sebenarnya tak sepenuhnya percaya jika kedua orang tuannya akan pergi bersama ketika meninggalkan rumah mereka.

Rabella percaya, keduanya hanya bermaksud untuk saling menghindar.

"Bi...hiks...kenapaa Bi..kenapa harus keluarga Bella?". Akhirnya sedari tadi diam Rabella mengeluarkan suaranya.

"Aaaaaarrghhhhh.............". Teriak Rabella kencang sambil memukul-mukul bantal di dekatnya.

"RABELLA BENCI DRAMAA INI BI". Lanjutnya sambil berteriak di balkon kamarnya.

Bi Aspet hanya bisa diam menatap majikannya sendu, Bi Aspet sangat tahu bagaimana hancurnya perasaan majikannya saat ini. Bi Aspet juga tahu hampir permasalahan keluarga mereka.

Tanpa di sadari Bi Aspet ikut menitikkan air matanya dibelakang majikannya tersebut.

Setelah berteriak Rabella hanya melamun di balkon kamarnya. Tanpa berniat menjawab, bahkan untuk merespon perkataan Bi Aspet pun dia enggan.

Tidak biasanya Rabella serapuh ini. Bi Aspet hanya bisa menghela nafas pasrah, sebelum memilih meninggalkan majikannya sendiri Bi Aspet memeluk Rabella sebentar.

Stttttt...ssst

"Bel...woy". Teriak seseorang di bawah balkon kamar Rabella.

Rabella tak merespon, dia tetap tak bergeming dari tempatnya sambil menatap kosong kedepan.

Seseorang itu menghela nafas pelan, akhirnya pasrah dan lebih memilih mengetuk pintu rumah gadis itu.

Setelah dibukakan pintu oleh Bi Aspet, dan mendapat penjelasan mengenai apa yang terjadi pada Rabella. Andreas bergegas dengan cepat menuju lantai atas tepatnya dikamar Rabella.

Cklek...

Pintu terbuka, Andreas menatap khawatir gadis didepannya. Gadis itu tampak kacau berbeda dari biasanya, rambut yang acak-acakkan. Tak sedikit pun seperti Rabella biasanya.

Andreas mendekat dan berusaha mengalihkan perhatian gadis itu "Hai...bengong aja, keluar yuk".

Gadis itu tak memberikan respon apapun, sehingga membuat Andreas mendesis pelan.

"Bel.. lo ngacangin gue? Seriusan Bel?" Ucap Andreas sambil memasang wajah memelasnya.

"Bel... lo mau gak ikut ketempat rahasia? Gue yakin lo suka banyak bunganya lo". Pancing Andreas lagi berharap kali ini berhasil.

Daan






Rabella menoleh menatap Andreas datar, di tatap begitu saja membuat Andreas senang karena dia berhasil membuat Rabella meresponnya.

Akhirnya dengan berbagai bujukan, Rabella mau diajak pergi ketempat rahasia itu.

~~~~
Kring..kring

Andreas berniat mengajaknya pergi menggunakan sepeda milik Rabella sendiri "Ayo naik".

Tanpa ba bi bu Rabella langsung naik berdiri dibelakang dan memegang pundak Andreas.

Blood of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang