INSECURITY 1

308 21 9
                                    

"Hidupku bagaikan gelapnya malam yang tak nampak terangnya " - Anastasya Ilianova.


Pernah merasakan minder? Pernah merasa tidak percaya diri? Pernah merasa useless? Itu yang terkadang di rasakan Anastasya Ilianova. Asya panggilannya.

"Sya lo ngapain si di kamar aja? Nggak ada gunanya juga! Ayolah sekali - kali keluar dari kandang burung itu! Emang gak bosen ya?" Tanya seseorang di sebrang telephone sana.

"Aku lagi nggak mood Indah. Lagian lebih enak dikamar dari pada keluar rumah. Banyak orang tau, males." Ucap Asya lembut, tanpa minat.

"Eh Maemunah! Yang namanya keluar rumah ya pasti ketemu orang lah! Masa mau ketemu setan. Jangan ngigo deh lo!" Kata Indah kesal. Ia heran dengan Asya yang memiliki hobi berdiam diri di kamar kemudian merenung. Entah renungan apa, ia tidak tahu.

"Iya Indah zeyeng, tau. Makanya aku males keluar rumah. Rame soalnya." Terang Asya.

Lagi, alasan itu lagi yang selalu keluar dari bibir Asya. Memang apa salahnya keluar rumah lalu bergaul dengan teman sebaya. Indah rasa hal itu wajar. Apalagi mereka ini masih jiwa muda, pasti semangat jalan - jalan berkobar membara. Lah ini?! Sampai dipaksa - paksa saja nggak mau. Apalagi kalo dibiarin? Indah rasa Asya udah jadi manusia gua!

"Ya udah lah terserah lo aja. Sampe bibir gue berbusa lo juga nggak bakal mau dengerin gue." Ucap Indah sambil menghela napas lelah.

"Lah itu tau. Dari pada buang - buang waktu sama tenaga, mending kamu seneng - seneng. Sana gih!" Suruh Asya.

"Ya udah. Tapi inget kalo ada apa - apa jangan lupa laporan ya!" tegas Indah. Ia sudah tidak mampu memaksa Asya untuk keluar dari kandangnya itu.

"Iya istri! Udah sana! Have fun." Jawab Asya semangat.

"Ya udah. Bye." Tutup Indah.

Asya tersenyum melihat ponselnya yang sudah mati, menandakan telephone sudah ditutup dari pihak sebrang. Kemudian ia berjalan menuju kearah cermin dipojok kamarnya, menatap lekat dirinya sendiri, mengamati dalam diam dengan pandangan sendu.

Well! Sebenarnya tidak ada yang salah dari tampilannya, hanya terkadang ia merasa hampa, tidak bermakna. Setiap melihat pantulan dirinya sendiri yang selalu terbesit dalam hati adalah ketidakpuaasan. Kebanyakan orang bilang "tidak bersyukur". Tapi apa iya hanya karna itu?

Asya selalu merasa minder dengan dirinya sendiri. Apa saja yang ia lakukan, pasti selalu terbesit rasa malu dibenaknya. Padahal melakukan kesalahan saja tidak. Tapi rasa itu pasti muncul, kapanpun, dimanapun. Yang bisa Asya lakukan hanya berusaha menghendel agar rasa itu tidak menjadi berlebihan.

"Huuh." Terdengar helaan nafas dari bibir mungilnya. Kemudian Asya berjalan menuju stop kontak, menyalakan lampu kamar agar mendapat sedikit penerangan.

Tadi sebelum mendapat telephone dari Indah sahabatnya, Asya baru saja menggambar di atas kasur dengan keadaan gelap. Hanya ada penerangan dari jendela kamar yang sengaja ia buka agar dapat merasakan hembusan angin dari luar.

Kamar Asya selalu gelap, sepi, kelam. Ia akan menyalakan lampu kamarnya apabila sedang mengerjakan tugas saja. Sisanya ia memilih kamarnya berada dalam keadaan gelap. Mungkin pertanda suasana hati sang pemiliknya, atau mungkin tidak. Entahlah, ia hanya merasa lebih tenang dan nyaman apabila dalam keadaan gelap.

"Asya! Kebawah sebentar nak." Terdengar suara bunda dari lantai dasar. " Iya Bun! Sebentar lagi Asya turun." Jawab Asya sedikit berteriak.

Kemudian ia merapikan peralatan gambarnya yang berserakan diatas kasur tadi menjadi satu. Lalu meletakkannya di meja samping tempat tidurnya.

INSECURITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang