INSECURITY 4

83 13 2
                                    


YEAY akhirnya bisa update lagi.... Maaf ya nggak bisa sering update. Karna jujur aja aku nulisnya tergantung mood. Kalo moodnya lagi jelek, ya udah BUBARR!

Makanya buat kalian yang belum ninggalin jejak disini, harus cepet - cepet BERTOBAT biar aku tambah semangat nulisnya :v

Tekan bintangnya⭐⭐⭐

Comment yang BWANYAKKKK

Dan Share cerita ini ke temen - temen kalian

O ya FOLLOW juga Instagram ku @poedhis_98 biar bisa tau kegiatanku, siapa tau dapet spoiler!

 HEHE.....HAPPY READING

____________________________________

"Jangan pernah paksakan hati jika tidak sanggup menanggung resikonya."
- Rafael Gibranata Wijaya.

"Dek, tadi itu temen kamu?" Tanya Henry yang telah berhasil membawa Asya kembali ke ruang pesta.

Tadi Henry di suruh Tantenya, aka bundanya Asya untuk mencari bocah itu yang menghilang entah kemana. Kehadirannya bagaikan asal absen dikelas. Yang penting keliatan mukanya habis itu cabut tinggal pergi. Ketika semua orang tengah berpesta ria, Asya justru lebih memilih melarikan diri. DUH!

Setelah lama mencari Asya hampir diseluruh sudut rumah dan ruangan, ternyata orang yang dicari sedang berada di balkon. Dan siapa sangka, ketika ada di sana Henry dibuat terkejut bukan main ketika melihat adiknya sedang bersama dengan seorang cowok dengan jarak yang begitu dekat. Matanya bahkan mau copot melihatnya. Terlebih cowok itu menatap Asya lekat seakan mereka berdua dekat.

Padahal selama ini Asya belum pernah dekat dengan siapun. Apalagi pacaran. Never happen pokoknya.

Lama terdiam...

Akhirnya Henry mengguncang tubuh Asya pelan. "Dek?!".

"Ha? Apa kak?" Jawab Asya dengan tampang bodohnya.

Asya sedari tadi memang sedang tidak focus akibat kejadian di balkon. Pandangan matanya kosong. Jantungnya juga berdetak kencang, masih tidak bisa diajak kompromi. Alhasil dirinya hanya bengong, melamun ketika Henry mengajaknya bicara.

Henry pun tertawa melihat tingkah Asya. Adik sepupunya itu bagaikan orang linglung. Kentara sekali ketidak profesionalannya terhadap lelaki. DUH NGENES BANGET KAMU DEK?! Jeritnya dalam hati.

Melihat ekspresi Asya, sekarang Henry sedikit mendapat jawabannya. Sepertinya adik sepupunya itu tidak begitu dekat dengan cowok tadi bahkan bisa jadi kenalpun tidak. Asya hanya terkejut. Buktinya adeknya ini masih terlihat mupeng bak orang mabuk, tiada daya.

Henry tau, Asya pasti sedikit terguncang karna tidak biasa berinteraksi dengan orang asing terlebih lawan jenis, tapi kenapa ekspresinya sebegitu ngenes?

Hmmm...Kalau dipikir – pikir lagi cowok tadi emang ganteng si. SIAPA SI YANG NGGAK MAU SAMA COWOK GANTENG? Iya nggak?!

"Ekspresinya biasa aja kali dek! Baru diliatin aja udah mupeng."

"Ih apaan si bang?! Asya biasa aja," Kilah Asya, malu. Sebisa mungkin ia menghindar, jika tidak dirinya auto dijadikan bahan bullyan oleh kakak – kakaknya jika mereka tahu.

"Masa sih....." Goda Henry sambil mencolek dagu Asya, iseng.

"Bang Hen! Asya nggak bohong." Jawabnya sedikit ngotot, kesal karna digoda terus menerus.

INSECURITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang