INSECURITY 11

41 6 0
                                    

"Kamu bisa membuat hariku mendung tak bermakna, tapi juga mengubahnya secerah mentari ketika kita bersama." – Rafael Gibranata Wijaya.

"El! Mukanya jangan jutek – jutek dong, nanti nggak ada yang naksir lagi gimana?" kata Dimas, meledek sekaligus membujuk sahabatnya supaya tidak berwajah masam lagi.

Setelah pulang sekolah, Rafael memang tidak langsung pulang ke rumahnya melainkan kumpul dulu di rumah Dimas si biang kerok, tempat mereka biasa berkumpul selain warjok belakang sekolah. Cowok itu sudah terlanjur memberi janji, sehingga tidak bisa mengelak lagi. Rafael pikir acara kumpul – kumpul ini akan berlangsung seru seperti biasanya. Namun sepertinya, semua perkiraanya salah besar. Dari acara ini dimulai hingga sekarang, ia tidak merasa senang sama sekali. Justru sebaliknya, cowok itu ingin segera pulang lalu mengistirahatkan tubuhnya di kamar dengan suasana sepi yang menenangkan.

Pikiran Rafael sedang kacau, dan suasana hatinya memburuk. Ditambah lagi ocehan – ocehan Dimas yang memekikan telinga. Complit sudah!

"Brisik Dim!" geram Rafael membalas ledekan tidak berfaedah Dimas.

"Yaelah bang, bukanya mukanya jadi bener eee malah jadi tambah jelek."

Tegar yang sedang bermain billyard dengan Danu terbengong – bengong mendengar ucapan Dimas, "Semenjak kapan Rafael jelek?" Tanya cowok itu heran.

"Semenjak ada gue dihidupnya! EAAAAAA!"

"NGACO LO! Mana ada Rafael jadi jelek gara – gara ada lo Dim? Justru yang tambah jelek itu situ karena pesonanya harus ketilep!" jawab Danu ikut dalam candaan itu.

"Eh! Enak aja kalo ngomong! Orang udah ganteng dari lahir tiada duanya gini kok dibanding – bandingin sama Rafael! Sorry nggak level!" Jawab Dimas dengan muka dibuat – buat. Tubuhnya juga ia peragakan bak cowok gagah ala – ala kesatria. Mana ada! Jatohnya malah kayak mamas – mamas annoying yang nggak laku!

"Ngapain dah Dim nggak jelas banget jadi orang," kata Tegar jijik dengan perbuatan Dimas.

"LO PADA NGESELIN BANGET JADI TEMEN! NGGAK ADA BENERNYA! SEKALI –KALI NYENENGIN TEMEN NAPA?! LO DAPET DOSA KAN JADINYA, GUE YANG DAPET PAHALA!"

"Apaan sih Dim? Ngaca kali! Ngehalu aja kerjaan lo, realita tidak seindah ekspektasi! Yang banyak dosanya itu situ. Sini mah anak soleh," ucap Danu.

"Astaghfirullah, beri hamba kekuatan agar dapat bertahan di dunia yang penuh kebencian ini!" Do'a Dimas alay.

"Kalo lo udah bener, dari dulu kagak bakalan jomblo kali! Ya kalo pun jomblo, ada lah gebetan satu yang kegaet gara – gara gombalan saiton punya lo!" ledek Tegar tidak mau kalah.

"Eh kutu kupret, denger ya kita itu perlu usaha dan kerja keras untuk mendapatkan hasil yang ADUHAI. Gue jomblo tuh bukan karna nggak laku tapi emang gue yang nggak mau." Jawab Dimas ngawur. "Lagian yang nantinya sold out duluan pasti gue bukan Rafael," lanjut cowok itu disertai senyum bodohnya.

Rafael yang mendengar celotehan riang ala Dimas hanya memutar bola matanya malas tidak menanggapi. Terlalu malas untuk membuang tenaganya hanya demi menjawab perkataan Dimas yang seratus persen HOAX.

Masih dengan tampang masam yang tercetak jelas di raut wajahnya, cowok itu lebih memilih untuk bangkit dari posisi rebahanya di sofa, lalu berjalan ke arah samsak yang tersedia tidak jauh dari meja billyard, dimana Danu dan Tegar berada.

"Mau ngapain El?" Tanya Tegar heran melihat tingkah Rafael.

"Pengin mukul sesuatu."

Dimas mematung di tempatnya, merasa merinding. "Ya Tuhan semoga bukan gue orangnya," batin cowok itu gelisah.

INSECURITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang