10 | Galuh

7 0 0
                                    

"Jadi Teh Mila udah kenal Gita duluan sebelum Galuh karena Gita belajar yoga di tempatnya Teh Mila?" Ucap Malken untuk kedua kalinya seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri yang masih sulit percaya. Detik berikutnya mata di balik kacamata itu melirik gue sambil mulutnya komat kamit 'Jodoh! Jodoh!

Kamila bukanlah tipe orang yang betah berdiam diri tanpa melakukan sesuatu, Kamila juga memang sudah mendalami yoga sejak kuliah, alhasil ia membuka studio Yoga di lantai satu rumah barunya dengan bantuan teman-temannya. Yang gue gak tau, dunia se-sempit itu saat Kamila mengenali wajah di KTM yang ia temukan di mobil gue semalam

"Ini Gita yang alamatnya di Antapani kan? Dia setiap sabtu yoga disini loh dek sama kakak. Dia suka main sama Shiro" tutur Kamila yang juga menyebut kucing angora peliharaannya yang berwarna putih

Kucing Kamila aja udah kenal duluan sama Gita

Dengan senyum paksaan yang teramat lebar gue menghela nafas sembari mengacungkan jari tengah kiri gue kepada Malken, lagi, masih diluar pandangan para perempuan tentunya. Kode etik ini hanya berlaku antara gue dan Malken

Untuk apa ribut-ribut kalau Tuhan menciptakan tangan untuk baku hantam?

Ayo gelut Mal

"Git, foto lo bagus deh. Share ya nanti" Gue denger suara Cia di belakang sana. Cia adalah perempuan aktif, satu level dibawah hiperaktifnya Malken. Tak jarang Cia yang lebih dulu memulai interaksi dengan Gita yang masih kaku layaknya kanebo baru beli di abang-abang

"Mau RAW nya apa yang udah gue colour grade?"

"Dua-duanya boleh?"

"Kenapa engga? Balik dari sini tapi, gue gak bawa laptop"

Setelahnya gue cuma denger mereka grasak-grusuk tukeran alamat email

Entah kenapa setelah ngobrol dengan Gita di warung tadi, kepala gue terlalu sibuk menarik benang-benang kusut tak kasat mata yang ada di dalam diri gue sampai rasanya gue zoned out dari tempat gue berada. Gue sampai gak sadar kalau Malken sudah memarkirkan fortunernya di sebuah minimarket untuk waktu yang cukup lama

"Gal, lo kenapa dah bengong mulu" panggilan Malken menyadarkan gue bahwa jok belakang sudah kosong tak berpenghuni

Pengen ke toilet tadi katanya sekalian beli jajan

"Tadi di warung gue ngobrol sama Gita"

"Gue denger" ucapan Malken membuat alis gue terangkat. Mana aja yang lo denger?

"Semuanya, lo ngomongin gue juga gue denger"

Gue terkekeh, besar kepala deh ni anak. Tapi setelah itu gue kembali pada poin utama gue "Obrolan tentang lo itu bikin gue mikir" gue menghela nafas "mungkin akan beda ceritanya kalau-"

"Kalau apa? Kalau gue adalah gambaran yang sama dari lo, bedanya gue survive dari masalah gue sedangkan elo kalah dari ego lo sampai-sampai lo buta"

"Mal-lo nggak-"

"Apa? Lo mau pake alasan-" Malken memejamkan matanya, tangannya menggenggam angin sebelum ia menghela nafas hingga kedua bahunya turun

Gue tau persis apa yang ingin Malken ucapkan, dan gue juga tau Malken sangat enggan untuk mengorek luka lama. Seperti yang dia bilang, gue dan Malken adalah gambaran yang sama

Because he was with me back then.

Bedanya Malken berhasil berdamai dengan diri sendiri, kalau gue gagal. Akibatnya gue tanpa sadar mendorong orang-orang yang peduli pada gue untuk menjauh dan pergi.

SENANDIKA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang