5 | Galuh

10 0 0
                                    

Rokok emang bikin candu, tapi gue gak tau kalau ada hal lain yang gak disangka-sangka menggeser nomor prioritas candu di hidup gue

"Mas"

Gue berusaha nahan senyum tiap dia manggil gue kayak gitu. Tiga huruf. Cuma tiga huruf tapi cukup bikin darah gue berdesir dan jantung gue jedar jedor

"Ya?"

Udah beberapa minggu sejak pertamakali gue dan Gita kejebak hujan. Biasanya gue benci hujan karena gara-gara hujan gue gak bisa pulang, tapi untuk kali ini gue berterimakasih berkat hujan gue dikasih ruang dan waktu buat ngobrol sama Gita

Gita dan caranya memandang dunia

"Lo suka observe people, bagi lo manusia unik dengan sifatnya masing-masing," Gita memberi jeda memfokuskan pikirannya pada layar di laptopnya yang menunjukkan aplikasi Adobe Photoshop yang juga mengundang perhatian mata gue

Berkat hujan juga gue tau Gita jurusan DKV. Seenggaknya kali ini dia memanfaatkan waktunya dengan nugas daripada ngerokok, sedikit melegakan ganjalan di dada gue

Munafik lo Gal, lo juga suka ngerokok kali

"Gue suka stargazing" ujarnya tanpa ditanya

"Kenapa?" Tanya gue

Gita mengedikkan bahu "Entah, mungkin gue lagi nyoba baca dan ngobrol sama semesta"

Kening gue berkerut, untung Gita memberi jeda, gue jadi bisa berkali-kali mengulang kalimat yang dia ucapin sampai gue paham

"Semesta bukan cuma latar. Semesta hidup, dan pemberi kehidupan. Bahkan supernova-bintang yang habis nyawanya-pun akan memberi kehidupan baru"

Belum pernah sebelumnya gue dibuat kagum sama omongan orang. Gue diam, gue diam saking gue terpana akan ucapan Gita. Baik secara eksplisit maupun implisit, kata-kata Gita barusan punya banyak arti, yang lagi-lagi tiap orang punya perspektif masing-masing untuk mengartikannya.

Gue jadi penasaran perspektif Gita

"Kok diem?"

Gue mengerjap saat Gita menjentikkan jarinya didepan wajah gue "Oh. Iya.. Gue abis mikir"

"Mikir apa?"

Gue liat Gita sedang menyimpan data di laptopnya yang sepertinya sudah selesai ia kerjakan itu

"Buat lo, semesta tuh apa?"

"Semesta hm..." Gita memberi jeda "Lo tau lagunya Coldplay yang judulnya O gak?"

"Tau,"

"Lagu itu bisa lo dapetin feelnya disaat lo denger dengan mood apapun. Lo sedih, lo akan terbawa hanyut sama kesedihan lagunya, lo lagi seneng, lo akan kebawa seneng sama lagunya" Gita memasukkan laptopnya kedalam ransel sebelum kembali menghadap gue "Begitupun semesta. Apa, siapa, berapa, bagaimana, itu semua perspektif. Bisa Tuhan, ilmu, benda, harta, kekasih, atau lainnya tergantung pribadi masing-masing. The only thing matter tentang semesta adalah gak ada yang namanya aku. Karena aku ini," Gita menunjuk dadanya saat menyebut aku "adalah bagian dari semesta."

Git...

Jadi ini yang lo sembunyiin di balik tembok lo?

Atau semua ini hanyalah lapisan reaksi dari aksi yang lo terima?

Apa masih ada lapisan aksi lebih dalam yang belum gue ketahuin?

"Your mind is beautiful, Git" ucap gue tanpa sadar

"Guenya?"

Gue poker face. Ternyata bisa kepedean juga anaknya

"Najis." You're beautiful as well

SENANDIKA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang