Chessa dan mamanya baru pulang dari dokter. Hari ini Chessa memutuskan untuk tidak sekolah. Natya juga sudah menitipkan surat sakit Chessa kepada Biyan. Pusing, lemas, demam, flu, itulah yang sedang Chessa rasakan saat ini. Sungguh sakit itu sangat menyiksa.
“Mamah udah masakin sayur, sekarang makan dulu ya abis itu minum obat.” Perintah Natya.
Chessa pun hanya bisa menuruti perintahnya mamanya. Sebenarnya Chessa tidak berselera makan tapi dia harus memaksakannya agar tubuh dia kembali pulih dan bisa kembali lagi sekolah.
Setelah makan dan minum obat, Chessa kembali tidur lagi di kamarnya. Membosankan memang. Bahkan untuk melihat layar ponsel saja Chessa tidak kuat karena sakit kepala yang terus menjalar.
Chessa terlelap dalam tidurnya. Dia tidak menyadari Arkan terus-terusan menelfonnya. Bahkan sudah ada 3 panggilan tak terjawab dari Arkan. Karena Chessa tidak menjawab telfonnya jadi Arkan memutuskan untuk langsung datang ke rumah Chessa.
Arkan menekan bel rumah Chessa berulang kali. Sekarang di rumahnya Chessa sudah dipasang bel jadi orang orang yang datang tidak perlu repot repot mengeluarkan suara mereka untuk memanggil pemilik rumah.
Natya sedang menonton tv di ruang tengah. Natya mendengar suara bel rumahnya berbunyi yang artinya ada orang yang ingin bertamu ke rumahnya. Lantas Natya pun keluar rumah untuk melihat siapa yang bertamu siang siang begini.
“Eh ternyata Arkan. Ada apa Arkan datang kesini?”
“Tante Chessa nya ada? Tadi Arkan udah beberapa kali nelfon Chessa tapi ga di angkat.”
“Oh.. nyari Chessa. Chessa lagi sakit, sekarang aja dia lagi tidur. Mau tante bangunin?”
“Ngga usah tante kasian kan Chessa nya juga lagi sakit.”
“Yaudah ada yang mau tante sampaikan buat Chessa?”
“Iya tante, Arkan mau ngasiin buku ini buat Chessa. Di dalemnya ada kumpulan soal-soal UN jadi Chessa bisa belajar di buku ini. Sekalian Arkan juga mau pamit hari ini pulang ke Depok tante.” Ucap Arkan sambil memberikan buku itu kepada Natya.
“Ko mendadak banget. Trus kamu ke Depok sendiri atau diantar?”
“Sendiri. Soalnya di kampus ada acara mendadak jadi Arkan harus pulang. Ohiya semoga Chessa juga cepet sembuh.”
“Yaudah nanti tante sampaikan ke Chessa. Arkan juga di jalannya hati-hati ya.”
“Iya tante. Kalo gitu Arkan pamit ya tante. Assalamualaikum.”
“Walaikumsalam.”
Setelah berpamitan kepada Natya, sore harinya Arkan pulang ke Depok. Selama di perjalanan Arkan merasa bersalah pada Chessa karena tidak sempat berpamitan padanya.
***
Chessa baru bangun pada sore hari. Kondisinya saat ini sudah lumayan membaik. Saat akan keluar kamar Chessa melihat sebuah buku yang terlihat asing di meja belajarnya. Lalu Chessa membawa buku itu dan menanyakannya pada Natya.
“Mah ini buku punya siapa?” Tanya Chessa masih dalam keadaan setengah sadar.
“Itu buku dari Arkan buat kamu. Tadi juga Arkan pamit mau pulang lagi ke Depok.”
“Pulang ke Depok? Ko bisa ngedadak gitu? Masa dia ga bilang dulu sama aku.” Chessa masih tidak percaya apa yang di omongkan Natya.
“Oh iya kata Arkan tadi juga dia udah berapa kali nelfon kamu tapi ga diangkat.”
Chessa langsung ke kamarnya untuk memastikan ucapan mamanya kalau Arkan sudah menelfonnya beberapa kali.
Dan benar saja di ponselnya sudah ada 3 panggilan tak terjawab dari Arkan.“Dia nelfon ko bisa ga kedengeran gitu sih..” (ya iyalah orang Chessa nya ngebo -author)
Karena merasa bersalah sudah tidak mengangkat telfon dari Arkan, Chessa pun menelfon balik Arkan untuk meminta maaf dan minta penjelasan dari Arkan.
“Hallo.”
“Hallo kak.”
“Eh Chessa udah bangun.”
“Hehe udah kak, maaf tadi aku ga sempet angkat telfon dari kakak.” Ucap Chessa merasa bersalah.
“Gapapa ko. Tadi juga tante bilang kalo kamu lagi tidur. Oh iya gimana keadaan kamu sekarang? Tadi tante bilang kamu lagi sakit.”
“Udah mendingan ko. Btw kakak udah pulang ke Depok? Ko ngedadak banget”
“Iya Ches baru aja aku nyampe. Maaf ga sempet pamit dulu sama kamu. Aku mendadak pulang ke Depok soalnya besok di kampus ada acara.”
“Gapapa ko kak. Oh iya makasih ya kak buat bukunya.”
“Sama sama, jangan lupa isi soal-soalnya juga, itu bahan buat kamu UN nanti.”
“Siap kak.”
“Cepet sembuh juga ya Ches, kalo gitu aku tutup dulu telfonnya, bye.”
“Oke bye.”
Sedih dan hampa yang tergambar dari raut wajah Chessa. Sekarang dia sudah jauh dari Arkan dan tidak bisa bertemu dengannya lagi. Walaupun hanya sebatas Tutor tetapi Chessa merasa kehilangan Arkan.
Setelah menelfon Arkan lalu Chessa menelfon Biyan untuk menanyakan tugas selama dia tidak sekolah.
“Hallo.”
“Hallo Yan. Ntar pap catetan lo dong tentang materi hari ini. Btw besok ga ada tugas kan?”
“Kaga ada. Iya ntar gue pap.”
“Yan gue lagi bete.”
“Lah bete kenapa?” Tanya Biyan heran.
“Kak Arkan udah balik lagi ke Depok.”
“Ya terus?” Ucap Biyan seolah tidak peduli.
“Ish lo mah gue sedih, ga bisa ketemu kak Arkan lagi.”
“Yaudah cup cup jangan sedih ya ntar gue beliin permen sebungkus.” Ledek Biyan.
“Au ah bete.”
“Oh iya besok pagi gue nebeng dong berangkat bareng. Lo tau kan gue baru sembuh.”
“Yaudah besok pagi gue jemput, tapi jangan ngaret kalo ngaret gue tinggalin.”
“Iya iya. Yaudah cepetan pap catetan tadi.”
“Iya bawel.” Lalu Chessa pun mematikan telfonnya.
Berbeda dengan Chessa yang merasa sedih karena Arkan balik ke Depok. Justru Biyan merasa senang karena Arkan bisa balik lagi ke Depok, yang artinya berarti Arkan tidak bisa bertemu lagi dengan Chessa.
👑👑👑
Tbc.
Kasian Chessa harus pisah dari Arkan.
Nantikan part selanjutnya~
Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah.
Terima kasih.
Sekian terima Jimin.Han 🐥
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tutor
Teen Fiction[On Going] Semenjak nilai Chessa menjadi rendah orang tuanya mencarikan Chessa seorang Tutor untuk membantu anaknya belajar. Sampai akhirnya Chessa bertemu seorang Tutor yang bernama Arkan. Lama-lama Chessa mulai jatuh cinta pada Arkan. Tetapi diba...