Jiyeon meneguk ludah nya kasar. Dia harus tenang agar bisa menghandle masalah ini. Apa lagi jaehyun sama sekali tak bicara apapun pada nya sejak mereka menginjakkan kaki di apartement milik jaehyun. Pria itu sedang sibuk berbicara dengan pengacara dan menyelidiki kenapa bisa bisa nya ada kesalahan di sana.
Jiyeon pun mengumpulkan keberanian nya dan menelfon bagian it perusahaan. Bagaimana pun dia tidak mau tidak berbuat apapun meski dia benar benar baru di dalam bidang ini.
"Halo, saya kim jiyeon, sekretaris sajangnim, apa postingan itu bisa di takedown sekarang?" Tanya jiyeon
"Berita tanggapan?" Ucap jiyeon bingung saat mereka menanyakan berita tanggapan setelah menurunkan postingan itu.
Benar juga, kalau dia menurunkan nya tanpa mengkonfirmasi apapun, suasana akan memburuk. Para wartawan dan warga net pasti berpikir macam macam. Jadi jiyeon memutar otak nya, mengira ngira tanggapan apa yang paling di inginkan masyarakat luas tentang hal ini.
"Tolak tuduhan nya, bilang bahwa perusahaan sedang menyelidiki lebih lanjut kenapa bisa terjadi kesalahan dalam pajak, jangan di buat terlalu jelas juga, sewa jurnalis untuk memberikan berita dukungan" ucap jiyeon
"Iya, buat wartawan bersifat netral terlebih dahulu agar tidak membuat berita kontroversi" lanjut nya
"Terima kasih" ucap jiyeon lalu menutup telfon nya.
Selanjut nya dia beralih untuk mengatur jadwal jaehyun yang berantakan. Membutuhkan waktu yang cukup lama bagi jiyeon untuk mengatur lagi jadwal jadwal, setidak nya sampai satu minggu kedepan. Hingga jam menunjukkan sudah memasuki jam makan siang. Masih belum ada tanda tanda dari jaehyun untuk keluar dari ruang kerja nya bersama pengacara tadi.
"kim jiyeon" terdengar suara jaehyun yang memanggil nya dingin
"ya, sajangnim" ucap jiyeon reflek menegakkan badan nya menatap jaehyun yang sudah berdiri tak jauh dari nya dengan tab di tangan nya.
"kau yang menyuruh mereka menerbitkan berita ini?" tanya jaehyun tajam sambil menunjukkan berita konfirmasi yang sudah tersebar di mana mana
"i-iya" jawab jiyeon gugup
"apa aku pernah menyuruh mu untuk melakukan itu?" tanya jaehyun tajam
"ti-tidak-"
"lalu kenapa kau mengeluarkan berita bodoh ini!!" bentak jaehyun membuat jiyeon tersentak kaget
"sa-saya pikir, saya tidak boleh diam saja" jawab jiyeon gugup
"apa kau tak mengerti bahwa saat ini satu satu nya hal yang bisa kau lakukan adalah diam saja!" amuk jaehyun
"pergilah! Kau di pecat! Dan pastikan aku takkan bertemu dengan mu lagi!" bentak jaehyun
"ma-maafkan saya, terimakasih untuk satu minggu nya" ucap jiyeon menahan tangis nya lalu segera membereskan barang barang nya.
Jiyeon membungkuk kan badan nya sekali lagi sebelum benar benar pergi. Sesaat setelah keluar dari apartement jaehyun, air matanya menetes begitu saja. Jiyeon sekuat tenaga menahan tangis nya, namun sepertinya tidak berhasil karena dia menjadi lebih menangis hingga tangis nya tumpah begittu saja di dalam lift. Untung nya tak ada siapapun di dalam sana membuat jiyeon bisa dengan leluasa menumpahkan tangisan nya.
🥀🥀🥀
Hari minggu..
Jiyeon turun dari kamar nya dan menemui doyoung sudah menunggu diri nya di bawah. Pria itu tersenyum begitu melihat nya menuruni tangga.
"udah?" tanya doyoung dengan senyuman nya
"iya, kita langsung?" tanya jiyeon berusaha melupakan rasa sakit nya yang dari kemarin belum menghilang
"iya, ayo, lupain aja masalah lo hari ini" ucap doyoung menghibur jiyeon
"gue udah gak papa, beneran" ucap jiyeon meyakinkan
"ya udah, gue bakal nganggep lo gak papa beneran, ayo pergi" ajak doyoung.
.....
saat sedang berjalan di trotoar untuk menyebrang ke tempat mereka menonton. Sebuah papan reklame besar sedang menayangkan berita tentang jinsung grup. Berita tersebut menyebutkan bahwa jung jaehyun, ceo jinsung grup akan di selidiki kejaksaan. Namun sayang nya pria itu sama sekali tak menunjukkan wajah nya ke publik.
"lihatlah, bukan kah sudah jelas bahwa dia menggelapkan uang pajak?"
"iya, berita klarifikasi apanya, aku bodoh sekali karena sempa percaya pada berita klarifikasi itu"
"iya, aku juga hampir tertipu"
sebuah percakapan di dekat mereka mampu membuat jiyeon terdiam. Doyoung yang menyadari akan hal itu langsung meraih tangan gadis itu dan menarik nya untuk menyebrang dan pergi dari sana karena lampu sudah berganti menjadi hijau.
"gak usah di pikirin, mereka gak tahu apapun" ucap doyoung sambil berjalan di depan jiyeon, meminpin jalan gadis itu
"gue gak mikirin apa apa" elak jiyeon
"dunia mereka sama kita kan jauh banget, mending gak perlu mikirin" lanjut nya membuat doyoung menghentikan langkah nya. Untungnya mereka sudah selesai menyebrang
"maksudnya?" tanya doyoung bingung
"pak jaehyun itu kan pemeran utama, gue yakin kok dia gak bakalan berakhir gitu aja, ini kan cuman masalah buat menambah konflik cerita yang dia punya aja" jelas jiyeon
"kenapa bukan lo aja yang jadi pemeran utama?" tanya doyoung
"karena dari awal kita emang cuman peran pembantu" jawab jiyeon
"lo tahu nggak sih? Setiap orang itu bisa jadi pemeran utama di ceritanya sendiri" ucap doyoung menatap jiyeon dengan serius
"tanpa lo sadari pun, selama ini lo selalu jadi pemeran utama di cerita lo sendiri, gue juga jadi pemeran utama di cerita gue" jelas doyoung membuat jiyeon terdiam
"karna itu, sebagai pemeran utama di cerita gue, ada yang perlu gue omongin" ucap doyoung lagi yang mendapat tatapan bertanya dari jjiyeon
"gue suka sama lo, udah dari 3 tahun yang lalu" ucap doyoung tegas
"a-apa?" tanya jiyeon kaget
"tapi lo suka sama pak jaehyun kan" ucap doyoung
"so-sori, gue gak tahu" ucap jiyeon tak enak
"sana pergi, gue bakal jadi peran pembantu di cerita lo" titah doyoung
"ta-tapi-"
"kalo lo gak pergi sekarang, lo bakal nyesel" potong doyoung
"so-sori, gue pergi dulu" ucap jiyeon lalu segera berlari meninggalkan doyoung.
Sedangkan itu, doyoung menatap punggu jiyeon yang menjauh. Meratapi nasib cinta bertepuk sebelah tangan nya. Kini dia tahu, bahwa ceritanya akan segera berakhir.
......
jiyeon menekan bel apartement jaehyun dengan tak sabaran. Seharusnya pria itu masih berada di sini karena baik rumah ataupun perusahaan sedang penuh dengan para wartawan.
"sajangnim! Ini saya!" seru jiyeon sambil menekan bel sekali lagi.
Tak lama kemudian, terdengar suara pintu di buka. Jaehyun muncul dengan muka suntuk nya. Jiyeon dapat melihat tatapan bingung dari pria itu.
"apa-"
"sajangnim, saya mau- tidak, saya harus jadi pemeran utama" potong jiyeon tegas
"apa?" tanya jaehyun bingung
"karena itu saya takkan pergi meski Anda mengusir saya" ucap nya lagi
"bicara apa-"
"saya orang yang cukup hangat, bahkan jika Anda sedingin es pun, saya akan mencairkan nya, jadi saya takkan pergi bahkan jika Anda mengusir saya sekali pun!"
tbc.