7

7.9K 1.2K 204
                                    

"Mark, lo dipanggil ke ruang guru." Salah satu teman Mark, memberitahu hal tersebut. Yang membuat seluruh kelas menatap Mark. Dengan santai, Mark berjalan menuju ruang guru.

"Mark itu tidak memiliki rasa takut atau gimana sih? Heran gue sama dia." Jaemin menggelengkan kepalanya pelan.

"Lo tau Mark gimana. Keliatan gak punya beban, padahal dia punya beban." Jeno menyahut, ia kembali fokus menyalin tugasnya.

"Ah selesai." Haechan merenggangkan otot-ototnya. "Loh, Mark ke mana? Ke kantin gak ngajak," ucap Haechan.

Jaemin memukul lembut kepala Haechan. "Dia dipanggil guru goblok, ke mana aja sih," ucap Jaemin kesal.

Haechan tersenyum. "Mampus," ucap Haechan.

"Tapi, kenapa Taeyong gak ikut dipanggil ke kantor juga? Kan, dia yang salah." Haechan menopang dagunya.

"Ck, dia pake topeng mulus amat sih." Jeno menaruh pensilnya, kemudian ikut bergabung pada obrolan Jaemin dan Haechan.

"Munafik." Jaemin menggeram, kesal.

Tak lama, Mark kembali. Datang-datang dengan wajah datar tanpa ekspresi, dan langsung menenggelamkan wajahnya.

"Lo kenapa? Dihukum? Diskors?" Jaemin mencoba menerka, siapa tahu benar.

"Atau dikeluarin?" Haechan mendapati satu tamparan lembut pada bibirnya. Tentu saja yang dilayangkan oleh Jeno.

Mark tidak menyahut. Malas sebenarnya menjawab pertanyaan yang menurutnya tak perlu dijawab. Tapi, Mark terkena skors satu minggu. Masih beruntung dari pada dikeluarkan dari sekolah. Sungguh, Taeyong itu pengadu. Dan, Mark tidak menyukainya.

"Jawab lah," desak Jaemin.

"Skors." Mark meninggalkan kelas setelah mengucapkan satu kata tadi.

"Mark diskors? Taeyong harus dikeluarin dari sekolah!" Haechan berkata dengan antusias. Satu kelas menatapnya dengan tatapan heran.

"Kecilon volume sebelum ngomong." Jaemin menyusul Mark. Dia tahu, Mark akan membolos satu pelajaran. Menghabiskan waktu di rooftop sekolah.

Dan, Jaemin ingin menemani Mark. Sekadar menenangkan diri Mark. Mungkin?

Tetapi,

Langkah Jaemin terhenti. Melihat Mark di koridor sekolah, mata Mark jelas terpaku pada dua insan yang sedang bercumbu di ruang OSIS. Mungkin mereka lupa menutup gorden ruangan.

Jaemin dapat melihat tangan Mark terkepal erat. Kemudian, Jaemin menghampiri Mark, menggenggam tangan Mark yang terkepal cukup erat. Mark menoleh, kerutan di dahi yang bertumpuk memudar. Melihat Jaemin kemudian menghembuskan nafas.

Ruang OSIS jarang sekali terlewati oleh murid, apa lagi guru. Satu CCTV mengarah pada koridor, tetapi tidak pada dalam ruangan OSIS. Jaemin mengeluarkan ponsel, segera memotonya.

Jaemin kemudian mengangkat ponselnya. "Bukti," ucap Jaemin.

Mark tersenyum kecil, Jaemin nyaris tak dapat melihat sebuah senyuman. Tapi kemudian Jaemin tersenyum lebar. Tahu temannya ini tersenyum. Entah menahan luka atau bahagia. Karena akhirnya, ia dapat membalaskan dendamnya pada Taeyong. Lain sisi, ia juga perlu berbicara serius dengan kekasihnya, Jaehyun.

P A C A R A N

"Tadi guru marah karena lo berdua gak dateng kelas." Haechan menunjuk Mark kemudian Jaemin.

Jaemin terkekeh kecil. Sedangkan Mark tidak berekspresi apapun, masih sama pada ekspresinya. Datar.

"Bisa-bisa lo berdua dihukum." Haechan melanjutkan kalimatnya. Jaemin seolah tidak peduli dengan hukuman, apa lagi Mark yang terlihat santai.

"Besok lo gak ke sekolah kan?" Jaemin melirik ke arah Mark yang dibalas anggukan kecil.

"Bagus deh," lanjut Jaemin.

Jeno mengernyit. "Temen diskors lo bilang bagus," ucapnya.

"Ya bagus lah. Mark bisa bobo tampan di rumah semau dia," sahut Jaemin.

Mark mengacuhkan perdebatan tidak penting dari ketiga temannya. Matanya kembali menatap Jaehyun dan Taeyong, terlihat begitu mesra. Tetapi, Mark tidak dapat melihat kebahagiaan di wajah Jaehyun. Mark paham, Jaehyun kecewa pada dirinya.

Mark beranjak, meninggalkan meja begitu saja. Mark melepas jas, sebenarnya jas adalah salah satu yang wajib dipakai. Tapi, seperti biasa, Mark begitu bodo amat.

"Mark. Pakai jas lo."

Langkah Mark terhenti, satu kantin menatapnya. Astaga, kenapa Jaehyun harus memanggilnya?

Mark tidak mengindahkan perkataan Jaehyun dan kembali berjalan. Dengan seragam yang dikeluarkan juga dasi yang hilang entah kemana. Beginilah sosok Mark, berbanding terbalik dengan Jaehyun yang patuh akan peraturan sekolah.

"Ketua bilang pakai jas bodoh!" Oh, kini Taeyong.

Mark tersenyum miring tanpa menoleh. "Gue ngelanggar aturan ya?"

Satu kantin hening, menyimak kejadian yang sedang terjadi.

"Tau ngelanggar, nanya lagi." Taeyong menyahuti dengan nada suara kesal.

"Terus, ciuman di sekolah bukan satu hal yang ngelanggar aturan ya, Taeyong?" Mark menatap Taeyong, tersenyum miring.

Terpampang jelas wajah terkejut Taeyong dan Jaehyun. Mark melanjutkan langkahnya, baru saja akan keluar kantin. Taeyong berteriak.

"Maksud lo?"

Mark menatap Taeyong. "Tadi pagi, pukul enam lewat empat puluh lima waktu Indonesia bagian Barat. Di ruangan OSIS, Ketua OSIS sekolah kami dengan wakilnya terciduk sedang berciumam dengan mesra," Mark tersenyum miring. Ia sudah memiliki bukti, dan, bisa saja ia sebar di seluruh pelosok sekolah.

"Bukti?" Taeyong menggebrak meja.

"Oh, sayang, lupa menjepretnya." Mark tentu berdusta.

"Lo gak bisa nuduh sembarangan!"

"Tapi itu kenyataannya. Oh, gak apa-apa. Lo boleh bahagia di dunia, tapi lo bakal tersiksa di akhirat nanti."

"Mark!"

Taeyong menghajar wajah Mark. Satu kantin tentu terkejut. Pukulan yang keras bukan main, hidung Mark sampai mengeluarkan darah dalam satu pukulan. Sungguh luar biasa.

Mark memegangi hidungnya. Jaemin segera menghampiri, merangkul tubuh Mark yang sebenarnya belum pulih secara total.

"Lo gak apa-apa?"

Mark tidak menjawab pertanyaan Jaemin. Ia melirik ke arah Jaehyun yang hanya berdiri di tempat, wajahnya mencerminkan kecemasan.

"Gue gak apa-apa." Mark menjawab pertanyaan Jaemin.

"Ya! Taeyong bodoh!" Haechan memaki Taeyong. Mark tersenyum miring, Haechan ini, berkata tanpa dipikir kembali.

"Chan, udah." Jeno mengelus lengan Haechan, menenangkan si gembul yang sudah tersulut emosi.

"Udah gimana? Dia udah ngehajar Mark waktu itu tapi cuma Mark doang yang dapet hukumannya Jeno! Gak adil!" Oke, Haechan mengatakannya dengan nada keras. Dipastikan satu kantin mendengar.

Jaehyun membelakan matanya.

"Lo, Jaehyun," Mark mendekat ke arah Jaehyun. Membisikan satu kalimat yang sudah dipendamnya sejak lama.

"Let's break up."

Jaehyun mematung. Menatap Mark yang kian menjauh, satu kantin dapat tahu bahwa hubungan Jaehyun dan Mark, baru saja kandas.

P A C A R A N

45 vote bru diupdate (krn gercep bgt kalau naikin 5😭)

pacaran [jaemark]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang