Lama belajar. Mark akhirnya menutup buku. Sudah petang dan ia masih bergelut dengan buku-buku tebal di perpustakaan. Ujian semakin mendekat dan ia tak bisa bermain-main.
Haechan dan Jeno pamit pulang duluan. Renjun dan Jaemin yang masih sibuk beradu argumen. Dan Jaehyun yang sudah turun jabatan dan digantikan oleh kelas sebelas pun baru tiba.
"Kenapa lama?" Mark bertanya.
"Dipanggil guru dulu tadi," ucapnya.
Jaehyun tak kunjung membuka buku lalu mempelajarinya. Ia malah menopang dagu dengan mata yang entah menatap siapa. Diperhatikan, Jaehyun tampak melihat seorang gadis.
Karena kesal, Mark menutupi arah pandang Jaehyun ke gadis itu. Ditatapnya Jaehyun dengan tajam.
"Ngeliat siapa?"
Jaemin dan Renjun saling tatap, tersenyum karena gemas akan Mark yang tak lagi seperti dulu.
"Nggak ngeliat siapa-siapa. Udah belajarnya? Pulang yuk, udah sore."
Mark menghembuskan napasnya, membereskan bukunya lalu pulang. Disusul oleh Renjun dan Jaemin.
Ujian memang tinggal menghitung hari. Keduanya disibukan oleh belajar dan nyaris tak sempat menghabiskan waktu bersama. Selain itu, tujuan kuliah keduanya yang berbeda membuat sedikit kekhawatiran muncul.
Mark yang berniat akan melanjutkan sekolah di Universitas Indonesia, dan Jaehyun yang berniat akan melanjutkan ke Universitas Negeri Jakarta. Masih sama-sama di Jakarta, hanya beda gedung kuliah saja.
Menghadapi ujian. Keduanya bahkan tak saling mengirim pesan. Hari pertama ujian memang masih lancar. Empat hari dijalankan begitu mudah oleh keduanya. Keluhan kecil keluar dari belah bibir Jaemin.
Jika ditilik, Renjun dan Jaemin memang semakin akrab. Makin hari makin terlihat kedekatannya. Haechan yang senang mengompori sering menyuruh keduanya jadian. Katanya terlihat cocok.
"Jadi, abis ini ada acara apa lagi?" tanya Haechan.
Selaku mantan ketua OSIS, Jaehyun lah yang menanggapinya. "Katanya sih, ada acara perpisahan. Tapi nunggu anak kelas sebelas sama kelas sepuluh selesai ujian," ucapnya.
Haechan mengangguk paham, "Terus pangeran sama puteri sekolah bakal diumumin?" tanyanya lagi.
Jaehyun mengangguk, "Itupun sesuai voting siswa siswi di sini Chan. Gue harap sih, gue sama Mark yang nempatin posisi itu. Hehe," lanjutnya.
Mark mendelik, "Lebih baik gue ngga jadi apa-apa deh. Seriusan. Udah capek kena hujat," ucap Mark.
"Kalau gitu, buat gue sama Jeno aja gimana?" Haechan memeluk tangan Jeno mesra. Yang langsung ditepis oleh sang empu.
Haechan mendengus, "Kenapa sih? Jadi nggak romantis kayak dulu lagi." Haechan mendelik kesal.
Jeno memang agak berubah, tapi siapa sangka pria itu sedang menyiapkan kejutan kecil untuk pesta perpisahan nanti. Ya, bersikap dingin sementara waktu pada Haechan tak masalah bukan?
Jaehyun dan Mark tertawa melihatnya. Meski itu tak terlihat romantis, setidaknya Haechan terlihat manis. Atau Haechan memang manis, seperti Mark.
"Kalau gitu, gue sama Mark pulang duluan ya!"
Mereka semua mengiyakan. Mark dan Jaehyun berjalan, bergandengan. Tak harus bersembunyi-sembunyi seperti dulu. Mark tak peduli lagi soal itu.
"Mau jalan-jalan dulu nggak?" tanya Jaehyun setelah keduanya duduk di kursi mobil. Jaehyun di kursi pengemudi, dan Mark di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
pacaran [jaemark]✔️
أدب الهواة"Gue pacaran sama manusia apa jelmaan es batu? Dingin amat." [bxb, lokal, school life] ©wonieversse, 2020