10

7.8K 1K 17
                                    

Mark terkejut saat seseorang menarik paksa koper yang sedari tadi ada di tangannya. Maksudku, Mark memegang koper itu sampai semuanya masuk bus, baru ia akan memasukan kopernya.

"Kelamaan." Jaehyun, siapa lagi kalau bukan pria itu yang melakukannya?

Jaehyun sudah selesai memasukan koper. Sedangkan Mark masih berdiam diri di tempat dengan ransel sekolah yang terus ia bawa.

"Apa lagi? Ayok masuk." Jaehyun juga tak ikut masuk.

"Duluan saja—nah, OY!" Mark melambaikan tangannya, dengan senyum sedikit lebar. Jujur, Jaehyun baru melihat Mark seperti ini, hanya hari ini, baru hari ini.

Pria itu menghampiri. Tersenyum dan memeluk Mark erat, sangat erat, malah melewat erat.

"Widih, udah gede ya." Ucap pria itu.

"Apa yang lo mau dari Yogya?"

"Titip buat Yogya, jaga Mark saya baik-baik. Cuma itu aja, nggak lebih."

"Gue bisa jaga diri. Ada yang lain? Kayak, cewek-cewek yang cantik misalnya?"

"Buat apa saya nyari yang cantik, kalau di hadapan saya aja udah ada yang lebih cantik dari mereka."

Manis sekali. Jaehyun jadi panas mendengarnya, ingin menghajar wajah pria itu tapi tak tega juga.

"Yang benar, ini terakhir kali gue tanya sama lo."

"Hm, saya pengin kamu bacakan ini di Parangtritis nanti. Gak usah kenceng-kenceng, cukup saya, kamu, Tuhan, sama air laut yang tahu. Bisakan?"

"Cuma itu? Gampang itumah. Ada lagi gak? Kayak barang atau apa?"

"Gak perlu, saya cuma mau kamu pulang dengan selamat. Itu saja. Oh, jangan lupa minum obatnya. Saya akan menelepon setiap malam, memastikan ka—"

"Sudah ada saya yang bisa memastikan Mark meminum obatnya tepat waktu. Anda tidak perlu khawatir. Sudahkan? Ayok, masuk." Jaehyun benar-benar muak, ia menarik tangan Mark masuk.

Itu tentu saja menjadi tontonan murid di Bus satu. Jaemin melirik Mark.

"Gue gak mau deket jendela!" Mark memberontak, mengingat dekat jendela begitu dingin.

"Kalau lo dingin, bisa pake hoodie sama jaket yang lo bawa, kan?"

Sial, Jaehyun tahu saja apa yang Mark pikirkan. Padahal, di samping itu, ia juga jadi bisa berbicara dengan Jaemin. Karena kebetulan, Jaemin berada tepat di samping kursinya.

Mark melambaikan tangan pada pria itu. Dia adalah dokter yang merawat Mark, mereka cukup dekat karena mereka memang berteman sejak kecil. Bomin namanya, aneh? Tidak. Biasa saja kok.

Bomin sedang menjalani masa koasnya. Dan Mark sedang menempuh sekolah yang tak selesai-selesai. Enak ya jadi Bomin, loncat kelas terus.

"Mark." Suara Jaemin mengalihkan atensi Mark.

"Hm, minum obat tepat waktu." Jaemin menatap Jaehyun yang ajaibnya tahu apa yang dipikirkannya.

"Lo belum minum obat siang ini. Dari Bunda," ucap Jaehyun sembari memarkan pesannya bersama Bunda Mark.

Mark berdecih. "Obatnya ada di koper," sengaja Mark menyimpannya di sana. Agar ia tak perlu susah susah menelan obat pahit yang menyiksa dirinya—terlebih rasa kantuk yang selalu menyerangnya selepas meminum obat.

"Ambil dulu. Atau mau gue kasih tau ke Bomin?"

Mark menggeleng, jangan sampai Bomin tahu atau ia akan mendapatkan spam chat nanti di Yogya.

pacaran [jaemark]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang