40% cerita sisanya fakestagram. moga suka. ue ue.
P A C A R A N
Sudah satu minggu semenjak study tour. Tak banyak yang berubah kecuali berita soal Jaehyun dan Mark yang menyebar luas. Kini, Mark tak perlu malu-malu lagi untuk menebar keromantissan.
Terlepas dari kebahagiaan Jaehyun dan Mark. Mari kembali ke hari terakhir mereka berada di Yogya, tentu untuk membicarakan Taeyong dan Doyoung yang harus berpisah.
Malam itu keduanya berada di tengah kota Malioboro. Dengan angkutan okjek sebagai pengantar mereka. Di tengah kerumunan orang, meski tak seramai tadi sore. Keduanya bercanda tawa.
"Sejujurnya, kenalan sama lo adalah hal yang paling menakjubkan."
Taeyong tak pernah mengerti kenapa Doyoung bisa semanis itu. Dahulu, ia pikir ia akan terus menjadi pihak penerima bukan pihak pemberi. Namun ketika melihat makhluk semanis Doyoung, ia mengurungkan niat dan akan menjadi pihak pemberi. Pemberi segala kepuasan Doyoung.
"Gue gak pernah tahu kapan kita bisa ketemu lagi. Meski kita satu kota, tapi kita nggak tentu bisa ketemu lagi. Jakarta itu luas," ucap Doyoung.
Taeyong hanya tersenyum. Ia sudah mendapatkan nomor Doyoung. Tak sulit untuk membangun komunikasi lalu meyakinkan Doyoung bahwa ini sudah benar.
"Kan bisa kirim pesan, terus janjian ketemuan."
Doyoung menunduk. "Ini agak buruk Yong, gue gak boleh keluar rumah kecuali buat sekolah. Ibu sama Ayah gue nggak ngizinin kecuali itu teman deket gue," ucapnya.
Taeyong mengerti jika orang tua Doyoung itu khawatir. Ya maklum saja, anak mereka itu polos. Harus dijaga agar tak hancur masa depannya. Oleh karena itu, Taeyong mau menjadi salah satu orang yang orang tua Doyoung percayai.
"Kenapa nggak dikenalin aja? Lebih baik bukan kalau orang tua lo tahu gue," ucapnya.
Doyoung menatap Taeyong. "Orang tua gue nggak sebaik yang lo pikirin, bukan cuma satu dua orang temen gue yang orang tua gue marahin. Gue tahu mereka khawatir, tapi itu kayak udah ngekang gue. Gue jadi nggak punya temen, semua orang gak mau temenan sama gue gara-gara orang tua gue," ucapnya.
"Temen gak pernah menyerah cuma karena orang tua. Gue pikir, mereka bisa jelasin baik-baik ke orang tua lo supaya mereka percaya. Jadi, gue juga harus berjuang buat bisa dipercayai sama orang tua lo. Sebelum gue ngambil hati anaknya, gue harus yakinin orang tuanya dulu, kan?"
Doyoung mendecak. Angin malam terasa makin dingin. Melihat jam tangan yang melingkar, Doyoung ingin segera pulang. Di jalan menuju hotel, mereka saling diam. Mereka berdua memutuskan berjalan kaki. Lumayan, menghemat ongkos.
Doyoung masih kalut pada pemikirannya. Dan Taeyong yang terlalu buntu mencari topik di suasana canggung seperti ini. Setidaknya kini mereka semakin dekat dan menjadi sahabat. Atau, lebih?
Tiba di hotel, Taeyong memergoki Jaehyun dan Mark yang sedang bermesraan.
"Cie, balikan ya?" Tebaknya.
Doyoung yang tak paham hanya mengekori Taeyong saja. Sedangkan Jaehyun melempar senyuman mengiyakan perkataan Taeyong. Sepertinya tidak masalah jika Taeyong dan Doyoung tahu. Toh, sesuai diskusi, Mark dan Jaehyun sudah sepakat untuk mempublikasikan secepat mungkin.
"Lo juga cepet-cepet jadian sama dia. Gue doain supaya langgeng," ucap Mark.
Doyoung tersenyum canggung. Jaehyun dan Doyoung saling pandang. Teringat akan teman kecilnya Jaehyun memetikkan jari.
"Ya Tuhan, Doyoung Aprisa? Inget gue, nggak? Gila sih, bertahun-tahun gak ketemu terus sekarang ketemu lagi."
"Gue inget. Tapi ngeliat reaksi lo kayak tadi, gue pura-pura lupa," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
pacaran [jaemark]✔️
Fanfiction"Gue pacaran sama manusia apa jelmaan es batu? Dingin amat." [bxb, lokal, school life] ©wonieversse, 2020