[25] Dingin

1.2K 171 6
                                    

RUMAH kediaman Lee terasa dingin. Masih di malam yang sama setelah anak-anak adam itu pulang dari pasar malam. Mereka duduk di sofa panjang namun dengan jarak yang lumayan jauh. Diam dan hening. Keadaan mereka saat ini.

Ten masih terisak pelan, padahal dirinya selesai menangis sudah beberapa menit yang lalu. Tapi masih saja terisak.

Sedangkan si lelaki tampan, ia bermain game di ponsel miliknya tanpa menyalakan speaker.

"T-Taey.." Ucap si manis dengan lirih.

Hanya deheman singkat dari sahabatnya. Tanpa menoleh kepadanya, dan masih memainkan game di ponselnya.

"A-aku minta maaf.." Lelaki manis itu melirik takut Taeyong.

"Kamu nggak salah. Harusnya aku nggak ngekang kamu kaya tadi, aku disini yang salah." Jawab Taeyong disertai dengan senyuman kecil.

"Aku yang salah, Taey. Aku harusnya dengerin kamu-"

Taeyong terkekeh, "Kamu nggak seharusnya dengerin aku terus. Aku udah ngekang kamu loh, kamu harusnya bentak aku dong."

Ten refleks berdiri di depan Taeyong,

"DENGERIN AKU NGOMONG DULU! AKU YANG SALAH! KAMU NGEKANG AKU KARENA ITU BUAT KEBAIKAN AKU TAEY! AKU HARUSNYA NGERTI! TAPI AKU DENGAN BODOHNYA BERSIKAP SEENAK AKU SENDIRI DAN NGGAK MIKIR PERASAAN KAMU!" Napas lelaki manis itu terengah, ia menatap sang sahabat denganmata berkaca-kaca.

Lelaki tampan itu beranjak, berdiri menjulang di hadapannya. Lalu tangannya terangkat untuk mengusap surai halus milik sahabatnya.

"Tidur gih, udah malem. Besok mama papa kamu pulang. Jangan sampe kelelahan karena nangis terus. Apalagi nangisin yang nggak berguna."

Si manis menangis semakin keras, "Hiks, aku nangis karena hal berguna! Hiks.. M-maaf.." Ia menunduk, bahunya bergetar.

Taeyong tidak memperdulikan Ten yang masih berdiri, ia merebahkan dirinya di sofa itu lalu menutup matanya.

Emosi Ten semakin menggebu, ia berjalan ke kamarnya dan membanting pintu. Mengobrak-abrik apa yang ada di hadapannya termasuk vas bunga sekalipun.

Alay? Lebay? Tidak juga. Ia sangat benci dengan dirinya sendiri. Setidaknya Taeyong tidak membencinya, tapi sekarang ia terlihat dingin dan acuh. Ten sangat takut jika lelaki tampan itu membencinya dan juga meninggalkannya sendiri.

Lelaki tampan itu mendengar apa yang di lakukan Ten di balik pintu kamarnya. Ia lalu terduduk dan menghela napas lelah. Selalu seperti ini.

Dirinya lalu berjalan menuju kamar si manis, melihat apa yang terjadi di sana.

cklek

Pertama kali yang ia lihat adalah pecahan kaca di mana-mana. Bingkai dengan foto mereka berdua tertawa, tergeletak di lantai dengan kaca yang pecah.

Ia melihat Ten meringkuk di sudut kamar dengan rambut yang acak-acakan. Memeluk lutunya sendiri lalu membenamkan wajahnya disana. Menangis dengan tersedu.

Lelaki tampan itu menghampiri Ten, lalu berjongkok di depannya. Mengelus lembut surainya.

Si manis mendongak, menatap langsung di mata tajam Taeyong. Ia dengan cepat memeluk si tampan dan membenamkan wajahnya di dada bidangnya.

"Jangan benci aku, hiks.."

Taeyong tertegun, semarah apapun dirinya dengan lelaki manis itu, ia tidak akan membencinya.

"Aku nggak benci kamu." Ucap Taeyong, ia mengelus punggung sempit milik sang sahabat.

Penyataan Taeyong membuat Ten semakin menangis keras. Ia sangat bahagia jika Taeyong tidak membencinya.

Dengan sekali gerakan, lelaki tampan itu menggendong Ten seperti biasa. Lalu menepuk-nepuk bokongnya pelan, bibirnya mengecup singkat pucuk kepalanya.

Ten terus saja menggumamkan kata, jangan benci aku sampai ia tidak sadar jika tertidur di gendongan Taeyong.

Tidak berselang lama, Taeyong merebahkan si manis di atas ranjangnya. Sementara dirinya membereskan kekacauan yang di buat oleh lelaki manis itu.

Tiga puluh menit kemudian dirinya telah selesai, ia pun keluar dari kamar Ten dan menuju ruang keluarga. Merebahkan dirinya di sofa, lalu tertidur.

[END PDF] Boy Friend || TaeTen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang