[27] Makan Bersama

1K 152 15
                                    

MEREKA memutuskan untuk mampir di rumah makan. Karena orang tua Ten lapar dan si manis merengek terus-menerus karena perutnya keroncongan, padahal dirinya sudah memakan masakan Ten tadi di rumah.

"Oh iya Taeyong, Ten di kampus nggak bikin kerusuhan kan?" Tanya Taeyeon

"Enggak kok, ma. Kalo sama Taeyong aman." Ucapnya di selingi senyuman kecil.

"Bagus kalo gitu, oh iya sampe lupa, mama kamu masih sibuk terus?" Tanya Donghae

"Iya pa, kadang kerja sampe nggak pulang."

Ten hanya menyimak para orang dewasa bercakap-cakap. Menurutnya sangat asik jika ia hanya mendengarkan tanpa mengomentari.

"Padahal mau papa ajak makan malam." Donghae menghela napas pendek.

Taeyong heran, ia meletakkan alat makannya pada piring.

"Loh, buat apa pa?"

"Mau bahas kapan kamu mau nikahin anak saya. Udah lama banget loh saya nunggu kamu ngelamar Ten, Taey." Ucap Donghae dan di angguki oleh Taeyeon.

"Pa, aku nggak bisa nikahin Ten." Lelaki tampan itu melanjutkan makannya, menghiraukan tatapan jahil kedua orang tua Ten.

Sementara si manis, matanya berbinar cerah, "Datengin butiknya Tante Yonna aja, ma pa!" Celetuk nya dengan semangat.

"Wah boleh juga tuh!" Sahut Taeyeon dengan semangat juga.

"Jangan ma, nanti mama aku marah." Ucap Taeyong dengan pelan.

Terkadang jika Yoona sudah marah, ia akan melampiaskan kemarahannya pada benda-benda di sekitarnya. Atau malah Taeyong yang menjadi sasaran. Keluarga Ten sama sekali tidak tahu menahu, bahkan Ten saja tidak tahu.

"Tante Yoona kalo udah marah nyeremin ya, Taey?" Tanya si manis

"E-enggak juga kok.."

Suasana hening, sampai tiba-tiba Ten berbicara.

"Nanti aku ke butik Tante Yoona ya, Taey? Mau ngobrol." Ia menoleh kepada Taeyong dengan pandangan berharap.

"J-jangan! M-maksud aku, nggak usah.. Mama aku galak, Ten. Kamu kan cengeng, jadi nggak usah ketemu ya. Nanti aku salamin aja." Ucap lelaki tampan itu dengan panik.

Ten cemberut, matanya berkaca-kaca, "Segitu galaknya ya mama kamu? Uh, nanti kalo udah jadi mertua aku gimana ya?"

Kedua orang tua Ten terkekeh melihat ucapan Ten, sementara Taeyong memijat pelan pelipisnya.

"Nggak usah ngomong yang nggak penting, Ten! Makan makanan kamu sampe abis. Ma, pa aku ke toilet dulu." Lelaki tampan itu beranjak menuju toilet.

"Kamu sih, Ten.. Taeyong nya jadi kesel kan." Ucap Taeyeon, ia mencolek dagu anaknya.

"Umh! Mama jangan gitu, Taey kemarin abis marah sama aku! Masa sekarang marah lagi?!" Air matanya tumpah, ia sangat sedih. Berkali-kali membuat sang sahabat kecewa pada sikapnya.

Taeyong kembali, ia mendudukkan pantatnya di tempat semula. Telinganya mendengar rengekan si manis dari samping.

"Hiks, Taey maafin Ten.. Ten udah buat kamu kecewa lagi ya? Hiks maafin Ten, huhu.." Si lelaki manis menatap Taeyong dengan air mata.

"Loh? Kamu kok nangis? Aku nggak marah, Ten."

Tangannya mengambil Ten dari kursinya ( Kaya ibu ngambil anaknya di kursi roda mainan ituloh ). Menempatkannya di pangkuan dengan berhadapan. Jari-jari besarnya menghapus air mata yang meleleh dari mata cantiknya.

Donghae dan Taeyeon tersenyum bahagia. Seakan mereka telah menemukan menantu yang pas untuk anak mungil kesayangannya.

"Maafin aku~" Ten masih merengek, tangannya menangkup kedua pipi Taeyong.

Si lelaki tampan mengangguk pelan, tangannya menggenggam jari mungil sahabatnya yang masih menangkup pipi nya.

"Iya, aku maafin kamu. Walaupun aku nggak marah sama kamu." Lalu mengecup singkat punggung tangan sang sahabat.

"Ekhem! Mending kita pulang aja yuk, mama udah capek. Mau tidur.." Taeyeon berdehem keras, membuyarkan kemesraan dua sahabat itu.

"Eh, iya ma astaga. Maaf, pulang aja yuk." Taeyong berdiri, ia memutuskan untuk menggendong si manis.

Donghae dan Taeyeon mengulas senyum kembali. Sangat cocok! Andai memang benar Taeyong menjadi menantunya kelak, ia akan sangat bahagia.

[END PDF] Boy Friend || TaeTen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang