• Side story: Dadi Wedhokan •

743 113 89
                                    

Warn! Ini mengandung g×g, alias mbak Sarah×Shania. Sekiranya nggak berkenan sangat diperbolehkan buat ngeskip  ini kok! But before you leave this chap and wait for another chapter to be released, i just wanted to let y'all know that...

You are beautiful, no matter what kind of skin tone you have. Or how much you weighed recently, what kind of curves you have, as long you being yourself you are beautiful dear❤»

"Nggak gerah kah kamu? Aku aja liatnya gerah, bisa-bisanya nyantai pakai lengan panjang siang-siang gini."

Shania cuma senyum tipis waktu ngedenger omongannya mbak Sarah itu, ya gimana lagi... Dia males dijadiin bahan omongan terus.

Yang katanya Shania ayam kampus lah, Shania murahan lah, Shania yang begini sama begitu. Ada aja beritanya, ngebuat cewek itu muak dan mutusin makai baju yang lebih tertutup sekarang.

Nggak kayak mbak Sarah yang dengan santai makai crop top sama celana jeans nya :)

"Kamu nggak selfharm kan?" Tanya mbak Sarah lagi tiba-tiba ngebuat Shania kaget, yakali dia selfharm orang nggak sengaja ketusuk jarum pentul aja bisa nangis kok :(

"Yakali ah mbak, ngapain kayak gitu? Lagian teori darimana coba aku ngelakuin itu? Sakit dikit aja ga kuat kok menyakiti diri sendiri"

"Ya habisnya kamu ketutup banget sih pakaiannya, mbak dulu kan gitu Na. Biar nggak keliatan bekas luka nya pakai lengan panjang kemana mana hehe"

Shania langsung ngeliatin lengan mbak Sarah habis mbak Sarah ngomong gitu. Ada garis-garis tipis disitu, tapi mbak Sarah sedikitpun nggak keliatan risih bekas lukanya keliatan. 

"Mbak... Aku boleh nanya?" Tanya Shania, tapi matanya nggak ngeliat mbak Sarah. Tangannya juga ngelus-ngelus lengan yang lebih tua, keliatan ragu.

"Nggak. Ya itu udah nanya, aneh aneh aja kamu ah na. Gih mau tanya apa?"

"Itu... Mbak nggak pernah kepikiran ya kayaknya  kalau orang-orang kampus ngeliatnya agak nggak enak tiap mbak ke kampus pakai baju lengan pendek gitu?"

Seketika mbak Sarah ngakak dengernya, ngebuat yang lebih muda cengo. Bingung, dimana letak kelucuan pertanyaan dia?

"Pernah. Tapi aku belajar, kalau aku nggak nyaman tapi aku maksain demi kata orang... Itu nggak bakal pernah selesai. Semua orang punya penilaiannya soal mbak. Bahkan ada cowok kemarin terang-terangan bilang anak broken home kayak mbak nggak pantes buat nikah. Lah, emangnya itu ngaruh? Sekarang kamu liat sendiri deh, ada mbak makai narkoba? Ada mbak gabung sama anak nakal yang keluar nya tiap jam 12 keatas? Rata-rata mereka malah dari yang nggak broken home tapi terlalu dikekang."

"Iya juga sih... Cuma..."

"Kamu nggak nyaman kah liat mbak pakai pakaian pendek gini? Atau gimana? Coba jelasin, kamu keliatan aneh na." Potong mbak Sarah waktu Shania ragu mau ngebalas mbak Sarah.

"Aku cuma sebel sama diri sendiri... Tadi mbak nanya aku emangnya nyaman pakai pakaian gini? Nggak mbak, sama sekali ga nyaman. Tapi rasanya kesel banget waktu dikatain, kesel banget waktu mereka terang terangan bilang yang nggak nggak soal aku. Kesel aja mbak bisa santai tapi aku nggak." Ucap Shania nunduk, nahan air matanya yang mau keluar.

"Liat mbak sini coba, mana cantiknya?" Kata mbak Sarah sambil megang dagunya Shania, ngebuat kepala cewek itu ngedongak natap dia.

"Soal pakaian... Itu hak kamu na, mau kamu pakai yang terbuka atau tertutup selagi kamu nyaman makainya itu yang penting. Apapun anggapan orang soal kamu, selagi kamu nggak gitu terus kenapa? Takut mereka aneh-aneh ke kamu? Gini ya, mereka gampang aja nyalahin korban pelecehan gara-gara pakaiannya. Mereka pakai perumpaan kucing yang dikasih pindang, seakan cewek yang pakai pakaian terbuka itu pindang. Seolah kamu sengaja ngegoda mereka. Padahal nggak kan? Sekarang mbak tanya kamu pakai pakaian yang terbuka buat apa?"

JawAteez [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now