Prolog: A Glass of Beer

27 3 0
                                    


Tengah malam tepat pukul 00.00 Hani keluar dari rumah lewat pintu belakng rumahnya. Ia mengenakan pakaian serba hitam dengan rambut yang terurai panjang. Hani berjalan menuju sebuah rumah kayu yang minim pencahayaan. Ia masuk ke rumah tersebut dan mendapati teman-temannya, empat orang cowok berumur sekitar 20 tahun yang sedang merokok dan berpesta bir. Hani bergabung dengan cowok-cowok tersebut dan mereka menyambut Hani dengan teriakan meriah.

“Hoouuuuuwww.... Hani kita datangg.”

“Ayo masuk sini.”

Hani hanya tersenyum mendengar sorak sorai para cowok itu. Hani duduk di antara mereka dan mulai menyalakan rokoknya. Asap rokok keluar dari mulut dan hidung Hani. Hani sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Seorang cowok menyodorkan gelas berisi alkohol kepada Hani.

“Ini kita buatin khusus untuk lo,” kata cowok itu.

“Thanks,” Hani menerima minuman itu dan mulai meneguknya.

“Aahh...” kata Hani begitu menyesap minuman itu.

“Gimana sekolah lo Han?” tanya Bimo, salah satu cowok yang ada di sana.

“Yaa, so far so good...” kata Hani sambil memandangi minumannya.

“Gue denger, lo itu termasuk siswa berprestasi di sekolah lo,” kata Bimo.

“Yaa...gitu deh.”

“Di sekolah berprestasi, di masyarakat ramah senyum, di rumah nurut sama orang tua... Giliran pas malem-malem keluar kelakuannya kaya gini. Mudah banget lo nyembunyiin kelakuan asli lo, salut gue,” kata Arka, salah satu temannya. Hani hanya tertawa ringan sambil menghisap rokoknya.

Hani memang sangat mudah menyembunyikan sifat aslinya, orang tua Hani pun sampai terkecoh dengan tipu muslihat Hani. Hani sangat menikmati semua hal yang ia lakukan saat ini. Sudah hampir tiga tahun Hani melakukan hal-hal seperti ini. Sekarang Hani sudah kelas XII di SMA Maju Jaya di Jakarta. Hani termasuk dalam golongan anak yang berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan. Teman-teman malam Hani juga berasal dari keluarga yang berkecukupan.

Hani dan teman-temannya melakukan hal ini, karena mereka adalah para anak yang memiliki nasip yang sama. Mereka memiliki keluarga utuh, berkecukupan dalam harta, tapi kekurangan dalam kasih sayang orang tua. Mereka hanya menuruti apa kata orang tua, mereka tidak boleh membantah apapun yang di perintahkan oleh orang tua mereka. Hani dan teman-temannya merasa tertekan dengan semua hal itu. Mereka melampiaskan kemarahan, kekesalan, kekecewaan dengan rokok dan minum-minum. Teman-teman Hani salut dengan Hani, dia masih bisa tertawa dan senyum di masyarakat walaupun hatinya sedang terluka. Hani bisa menjadi siswa berperestasi di sekolahnya karena orang tuanya selalu memaksa Hani untuk belajar, Hani sampai tidak memiliki waktu untuk bermain dengan teman-teman seusianya.

Dan di sinilah Hani, bermain di waktu malam dengan teman yang lebih tua darinya. Melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya dia lakukan. Hani nyaman dengan semua temannya karena di sanalah Hani bisa berkeluh kesah tentang kisah hidupnya tanpa ada rasa canggung, karena semua temannya merasakan hal yang sama.

Hingga akhirnya ada seseorang yang mengubah hidupnya dan membebaskannya dari semua penderitaan yang ia rasakan.

________________________________

Gimanakah kisah Hani selanjutnya?....
Tetap stay yaa..
Vote and comentt

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang