9. Mimpi

7 2 0
                                    

Aku terbangun di sebuah ruangan bernuansa putih, terdapat banyak boneka di sini. Aku melihat sekeliling, ah... Ini kamarku waktu kecil dulu. Tapi, kenapa aku bisa ada di sini. Tiba-tiba aku mendengar suara tangisan anak kecil. Aku langsung keluar dari kamar itu dan pergi mencari suara tersebut. Suara itu mengarah ke sebuah kamar mandi. Pintu kamar mandi tersebut terbuka setengah, aku mencoba mengintip ke dalam kamar mandi tersebut. Aku begitu kaget begitu melihat ada anak kecil yang disiksa oleh seorang perempuan, anak kecil itu memanggil perempuan itu dengan sebutan 'Mama'. Anak kecil itu terus memohon kepada Mamanya untuk berhenti menyiksanya. Aku masuk ke dalam kamar mandi dan mencoba menghentikannya. Aku mencoba meraih anak kecil itu tetapi tanganku malah menembus tubuh anak kecil itu, seolah tubuhnya ini transparan. Aku sudah terus berusaha meraih anak kecil itu tetapi tetap tidak bisa. Aku memberanikan diri untuk berteriak kepada ibu anak kecil ini supaya berhenti, tapi ibu anak kecil ini tetap melakukannya seolah suaraku tidak ada. Aku kembali berteriak dan ibu tersebut menoleh. Betapa terkejutnya aku bahwa ibu yang menyiksa anak kecil ini adalah Mamaku sendiri. Mama menatapku dengan tatapan yang tajam dan senyuman jahat. Aku hanya terpaku sambil menatap Mamaku. Perlahan aku mengalihkan pandanganku ke anak kecil tadi, anak kecil tadi juga menatapku dengan tatapan seolah meminta tolong. Aku pun menyadari bahwa anak kecil itu adalah dirinku sendiri pada waktu kecil. Aku kembali menatap Mama dan memohon untuk melepaskan anak kecil ini, tapi Mama malah kembali tersenyum. Mama menarik anak kecil itu sampai ia terjatuh, ia terus menyeret anak kecil itu walaupun anak kecil itu sedang terjatuh dalam posisi terngkurap. Aku terus mengejar Mama, Mama memasukkan anak kecil itu ke dalam sebuah gudang yang gelap, ia menguncinya di sana. Anak kecil itu terus menangis sambil menggedor-gedor pintu gudang.

Aku mencoba mengejar Mama tapi Mama telah menghilang. Aku bergegas pergi ke gudang untuk menyelamatkan anak kecil itu. Beberapa kali aku mencoba mendobrak pintu gudang itu tetapi tidak berhasil. Aku kembali mencoba lagi sekuat tenaga untuk mendobrak pintu gudang. Aku mundur beberapa langkah dan mulai berlari mendobrak pintu gudang. Akhirnya pintu gudang pun terbuka, aku melihat sekeliling untuk mencari anak kecil itu. Tiba-tiba aku mendengar suara tertawa dari belakang tubuhku. Perlahan aku membalikkan tubuh kebelakang untuk melihat siapa yang tertawa. Aku sangat terkejut begitu melihat Mamaku menggandeng anak kecil tadi sambil tertawa sinis dan menatapku dengan tajam. Anak kecil yang di samping Mamaku juga memberikan senyuman sinis kepadaku. Aku di sini sudah sangat bingung harus melakukan apa. Tiba-tiba tubuhku terdorong ke belakang dan pintu gudang tertutup. Hal terakhir yang kulihat adalah senyuman manis anak kecil yang merupakan dirinku sendiri, setelah itu semuanya gelap.

Aku tak bisa melihat apa-apa, aku berusaha berjalan dan mencari saklar lampu. Akhirnya aku menemukan saklarnya, lampu pun menyala. Saat lampu menyala, cahayanya sangat terang sampai aku harus menutupi mataku karena silau. Lama-kelamaan cahayanya mulai meredup dan normal, aku pun bisa membuka mata. Saat aku melihat sekeliling ruangan, aku menjadi sangat bingung. Seingatku, ruangan yang aku masuki adalah gudang, tapi sekarang yang ada dihadapanku adalah ruangan kamar lengkap dengan ranjang. Aku termenung untuk mencerna semua yang ada di fikiranku saat ini. Tiba-tiba aku mendengar suara beberapa orang mendekat ke ruangan dimana aku berada. Lama-lama suara itu semakin terdengar, aku mundur beberapa langkah untuk mengantisipasi keadaan. Tak lama kemudian pintu pun di buka, dua orang pria masuk membawa seorag perempuan. Perempuan itu diikat dengan rantai dan mulutnya di bekap menggunakan kain. Aku tidak bisa melihat wajah perempuan itu karena ditutupi oleh rambut. Dua orang pria itu membaringkan tubuh si perempuan di atas ranjang, kemudian mereka mengikat kedua tangan dan kaki si perempuan di sisi-sisi rajang. Perempuan itu tampak meronta-ronta. Kedua pria tersebut kemudian merobek paksa baju yang dikenakan perempuan itu dan terjadilah adegan pelecehan di depan mataku. Aku masih diam saja tak bergerak, aku bingung harus melakukan apa. Aku tahu betul bahwa aku harus menyelamatkan perempuan itu, tapi fikiran dan tubuhku bekerja berlawanan. Otakku menyuruh untuk menyelamatkan perempuan itu, tetapi tubuhku tidak mau bergerak.

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang