6. Mangga Muda

13 3 0
                                    

Hani pulang sekolah seperti biasa. Ia mengganti bajunya terlebih dahulu sebelum keluar sekolah, karena ia akan langsung pergi les. Saat Hani berjalan melewati parkiran sekolah, ia melihat Agam di sana tengah berdiri bersandar di samping mobilnya. Ia berhenti sejenak, Agam menyadari kehadiran Hani. Agam menegakkan tubuhnya dan melambaikan satu tangannya sambil tersenyum. Hani menghela napasnya dan berjalan menghampiri Agam.

“Lo ngapain di sini?” tanya Hani.

“Jemput lo lah.”

“Nggak usah, gue bisa sendiri. Lagian gue mau les sekarang.”

“Yaudah gue anterin lo.”

“Gak usah, lo balik aja.”

“Udah gak pap...”

Mata Agam tertuju pada salah satu orang yang berada tak jauh dari mereka. Raut wajah Agam berubah menjadi datar dan tatapannya berubah menjadi tatapan tajam. Hani merasa heran, ia berbalik dan mengikuti arah mata Agam. Di sama ada empat cowok yang mengganggunya di kantin tadi. Hani berulang kali menoleh ke Agam dan keempat cowok itu. Tampaknya Agam hanya menatap Dino, karena di antara keempat cowok disana hanya Dino yang membalas tatapan Agam. Tatapan Dino hanya tatapan datar dan dingin. Hani semakin merasa aneh.

Hani memperhatikan keempat cowok itu dan tatapan Hani bertemu dengan Foru. Selama sepuluh detik mereka bertatapan, lalu keduanya mengalihkan pandangan masing-masing. Tiba-tiba Agam menarik tangan Hani dan membuka pintu mobil, lalu mendorong Hani untuk masuk ke dalam mobil. Hani tidak sempat melawan, alhasil dia dengan mudah sudah masuk ke dalam mobil Agam. Agam segera berlari masuk ke dalam mobilnya, lalu ia menjalankan mobilnya keluar dari parkiran sekolah Hani.

“Ada apa No? Lo kenal sama cowok tadi?” tanya Foru. Dino menghela napasnya, “Ayo balik.” Dino langsung berjalan menuju mobilnya. Ayan, Iyan dan Foru hanya menatap bingung Dino.

Hani telah sampai di depan gedung les-nya. Hani tidak berani menanyakan hal tadi kepada Agam. Karena dari tadi wajah Agam menegang seperti menahan amarah yang besar.

“Nanti pulang jam berapa?” tanya Agam tanpa menoleh ke arah Hani. Hani melirik sejenak ke arah Agam, “Jam tujuh,” jawab Hani singkat karena dia tak mau lagi berlama-lama di dalam mobil.

“Nanti gue jemput.”

“Iya, yaudah gue masuk dulu.”

“Sebentar...” Agam mengambil tas kecil di kusi belakang dan memberikannya kepada Hani.

“Ini bekel buat lo, gue tahu lo belum makan siang kan? Nanti pas istirahat dimakan.”

Hani mengangguk dan menerima bekal yang dibawakan Agam. Setelah itu ia pun keluar dari mobil Agam dan masuk ke gedung tempat ia les.

***

Hani telah sampai di rumahnya. Belum ada tanda-tanda orang tuanya kembali. Hani diam-diam bernapas lega. Ia langsung menuju kamarnya untuk mandi, karena Agam telah menunggunya. Tiga puluh menit kemudian Hani keluar dari kamar dengan pakaian santainya.

“Udah siap nih, mau kemana sih kita?” tanya Hani.

“Udah gak usah banyak tanya, ayo.”

Agam pun menarik tangan Hani. Hani pasrah dan mengikuti Agam. Agam dan Hani masuk ke dalam mobil. Agam melakukan mobinya dan membawa Hani ke suatu tempat yang belum pernah Hani datangi. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di sebuah rumah yang besarnya hampir mirip dengan rumah Hani, tapi lebih terlihat mewah.

“ini rumah siapa?” tanya Hani.

“Nanti aja tanyanya, sekarang ayo turun.”

Agam membawa Hani masuk ke rumah tersebut. Hani melihat sekeliling, interior rumah yang klasik tapi tetap elegan dengan tambahan ornamen modern menambah keindahan rumah ini. Hani sampi menggeleng tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang