5. Smoking in School

19 3 0
                                    

Desi pergi ke kantin sambil menunggu Hani datang. Ia membeli cireng buk Nur yang terkenal di kantinnya. Desi duduk di meja kantin sambil memakan cirengnyan. Desi mengeluarkan hp-nya untuk menghubungi Hani.

Hanibuahahaha

Kapan lo dateng?

Bentar lagi, masih
di jalan nih.

Gue udah seneng lo dateng pagi, tapi tetep aja lama nunggunya.

Ya sabar dong, udah deket nih.

Yaudah gue tunggu di kantin. Lo nanti kesini aja.

Oke.

Desi meletakkan hp-nya di atas meja dan kembali memakan cirengnya. Suasana di kantin lumayan ramai walaupun masih pagi. Saat tengah asik menikmati cirengnya, tiba-tiba ada dua orang laki-laki yang duduk di sampingnya.

“Kalian siapa?” tanya Desi.

“Kenalin, gue Ayan,” ujar Ayan sambil mengulurkan tangannya kepada Desi.

“Gue Iyan,” Iyan pun demikian.
Desi mengangguk bingung dan menerima uluran tangan dari dua laki-laki kembar tersebut.

“Lo Desi kan?” tanya Ayan.

“Iya,” jawab Desi.

“Satu kelas sama Hani kan?” kini Iyan yang bertanya.

“Iya.”

“Sahabatnya Hani kan? Selalu bareng sama Hani kan? Temen dari SMP kan? Tau apapun...”

“Stop! Stop! Kalian ngapain sih?” ujar Desi bingung dengan sikap kedua laki-laki kembar tersebut. Ayan dan iyan hanya menunjukkan cengirannya.

“Heheh, gak papa kok. Kita cuma mau minta no teleponnya Hani, boleh?” ujar Ayan.

“Jadi lo nyamperin gue cuma buat minta no teleponnya Hani? Astagaaa,” ucap Desi kesal.

“Hehe, iya, boleh ya? Pliiiss,” kata Iyan.

“Hani gak mau ngasihin no teleponnya sama orang yang tidak di kenal.”

“Ayolah, kasihani kami para cowok yang ingin mengejar cinta Hani,” ujar Ayan sambil menunjukkan wajah sedih yang dibuat-buat.

“Gue nasehatin dulu ya. Hani itu gak mau punya hubungan sama cowok. Kalian pasti tau, udah berapa banyak cowok yang deketin Hani, tapi gak ada hasilnya. Kalau kalian mau minta nomornya Hani, mending langsung ke orangnya. Biasanya Hani langsung blok nomor orang yang nggak dikenalnya.”

“Ooh, gitu ya?”

“Hm,” ujar Desi sambil melahap cirengnya.

“Tapi kita gak berani buat nemuin Hani. Jadi kita nyamperin lo aja, ayo dong gak papa kasih aja nomornya Hani. Kita ikhlas kok kalau akhirnya nomor kita di blok sama Hani,” pinta Iyan.

“Hhh, terserah kalian deh.”
Desi membuka hp-nya, “Nih, cepet,” ujar Desi sambil memberikan hp-nya kepada Iyan. Iyan menerima dengan senyuman lebar. Ia cepat-cepat menyalin nomor Hani di hp-nya.

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang