Agam tidak sengaja melihat Hani dan Mamanya saat menjemput Hani. Ia sudah curiga dengan Mama Hani. Agam memutuskan untuk mengikuti mobil Mama Hani. Kecurigaan Agam bertambah saat mobil Mama Hani membawa Hani jauh dari daerah rumahnya. Agam terus membuntuti Mama Hani sampai ia kehilangan jejak saat di persimpangan. Agam merutuki dirinya sendiri karena tidak fokus, ia takut terjadi apa-apa dengan Hani. Ia terus berputar-putar mencari jejak Hani. Sudah satu jam ia mencari keberadaan Hani, tapi tetap tak kunjung ketemu. Ia baru ingat, ada ponsel yang berguna untuk menghubungi Hani. Agam pun mencoba menelpon Hani, tapi tidak ada jawaban. Agam berusaha melacak hp Hani dan syukurlah keberadaan Hani bisa di lacak. Agam lagsung berkendara lagi mengikuti GPS yang ada di hp nya.
Tiba-tiba hp Agam berbunyi, ternyata Hani menelfonnya. Agam segera mengangkatnya. Agam mulai bersuara dan menanyakan dimana keberadaan Hani. Tapi tidak ada jawaban dari Hani. Agam terus berbicara, tapi Hani tetap tidak menjawab. Tiba-tiba Agam mendengar suara pintu dibuka dan diikuti oleh suara rantai yang di seret. Agam diam untuk fokus mendengarkan apa yang terjadi.
Tak lama kemudian Agam mendengar suara pukulan bertubi-tubi yang lumayan keras seperti memukul seseorang. Agam langsung cemas dengan keadaan Hani. Walaupun suaranya sangat kecil, tapi Agam bisa mendengar suara teriakan seseorang yang tertahan. Agam langsung memanggil-manggil Hani untuk mengetahui keadaannya. Tapi yang menjawab adalah seorang laki-laki Agam yang dari tadi sudah sangat curiga menjadi sangat marah. Ia ingin sekali memaki orang yang menjawab telepon Hani. Tapi tiba-tiba sambungan teleponnya terputus dan hp Hani tidak aktif. Dengan perasaan marah, Agam langsung menyalakan mobilnya dan bergegas menuju tempat Hani. Untungnya ia masih sedikit ingat rute maps di hpnya tadi. Pikiran Agam sudah kacau, ia sangat ingin bertemu dengan Hani sekarang, berharap Hani baik-baik saja.
*****
Hani perlahan membuka matanya, pertama yang ia rasakan adalah rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ia berusaha untuk turun dari ranjang sambil menahan rasa sakit yang teramat di tubuhnya. Ia duduk di lantai bersandar pada tembok, ia memandangi rantai yang diikatkan di kaki ranjang menjulur sampai tangan yah ada di belakang punggungnya. Ia juga sudah melihat hpnya yang rumuk terbagi menjadi beberapa bagian. Hani sangat lelah dan haus, tenggorokannya kering akibat mulutnya yang di bekap oleh kain. Hani berdoa semoga ada orang yang menolongnya. Tiba-tiba kedua preman tadi masuk ke kamar Hani.
"Udah sadar nih dia, kita lakuin sekarang aja gimana? Udah gak sabar nih!" kata si preman gondrong.
"Udah sikat aja sekarang," jawab preman botak. Mereka berdua kemudian mengangkat Hani kembali ke ranjang. Hani mulai meronta-ronta lagi. Ikatan tangan Hani dilepas kemudian diikatkan di atas kepala Hani dan di sambungkan ke tiang yang ada di pinggir ranjang. Posisi tubuh Hani saat ini adalah telentang dengan tangan diikat di atas kepala. Kedua preman tersebut sudah bersiap untuk memperkosa Hani. Hani kini hanya bisa menangis dan pasrah, ia pun sudah menyerah dengan hidupnya saat ini. Mungkin ia memang suah tidak diinginkan lagi di dunia ini.
Preman tersebut mulai meraba-raba tubuh Hani. Lalu dengan mudahnya preman tersebut merobek baju Hani. Hani hanya bisa menangis dengn suara tertahan. Preman-prema tersebut makin leluasa meraba tubuh atas Hani. Saat itu juga Hani ingin sekali pingsan dan tidak ingin melihat kejadian ini. Ia tidak sanggup lagi melihat dirinya seperti ini. Ia sudah merasa kotor, ia benci pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba pintu kamar di dobrak oleh seseorang. Hani dan kedua preman menoleh ke pintu kamar. Hani begitu senang dan juga malu begitu melihat siapa yang ada di depan pintu. Agam datang dengan wajah memerah, ia kelihatan sangat marah.
"Siapa lo?!! Ngapain lo kesini??" tanya preman gondrong sambil berjalan ke arah Agam.
"Gue kesini mau hajar lo bangs*ddd... " Agam melayangkan tinjuan tepat di ulu hati sang preman gondrong. Preman gondrong itu langsung jatuh kesakitan. Preman botak pun menghampiri Agam dengan membawa balok kayu yang ia gunakan untuk menyiksa Hani tadi. Belum sempat preman itu memukul Agam dengan balok kayu yang dipegangnya, Agam sudah duluan menendang perut preman tersebut. Kedua preman itu berdiri bersama dan mulai menghajar Agam. Agam sempat beberapa kali terkena pukulan dari para preman itu, tapi ia sudah di kuasai oleh amarah begitu melihat keadaan Hani. Agam menghajar kedua preman itu dengan pukulan bertubi-tubi. Satu preman sudah tergeletak pingsan, Agam beralih dan menghajar preman yang satunya sampai babak belur dan pingsan di samping temannya. Agam masih memandang kedua preman yang sudah pingsan dengan kondisi babak belur.