7. Mama

13 3 0
                                    

Hari ini Hani mengikiti bimbingan untuk Olimpiade. Sudah ada beberapa lembar kertas berisikan soal dan buku materi di meja Hani dan Dino. Mereka berdua duduk berhadapan, keduanya sibuk mengerjakan sambil sesekali membaca buku dan mencari materi yang belum mereka pahami. Dino dengan santai mengerjakan soal dengan earphone terpasang di telinganya. Hani sedikit kesulitan saat mengerjakan soal fisika dihadapannya. Ia ingin bertanya kepada Dino tapi sedikit ragu. Hani berinisiatif untuk mencari rumus-rumusanya dari buku dan internet. Tapi Hani masih saja belum faham cara mengaplikasikan rumusnya kedalam soal. Akhirnya dengan terpaksa Hani memutuskan untuk bertanya kepada Dino.

"Din, gue mau tanya..." Hani bersuara pelan tetapi tidak ada reaksi dari Dino. Hani pun memutuskan untuk mengetuk meja dengan jari telunjuknya beberapa kali. Dino mengangkat kepalanya menatap bingung Hani lalu melepas satu earphone-nya.

"Gue mau tanya, ini gimana ya? Gue masih belum paham caranya gimana, gue udah cari rumusnya tapi tetep gak paham." Dino mengambil kertas soal Hani dan membacanya. Hani memperhatikan wajah Dino ketika membaca, wajahnya datar tapi tetap ada raut serius. Hani langsung mengalihkan pandangannya ketika Dini beralih melihatnya.

"Jadi gini, lo tinggal...." Dino menjelaskan semua kepada Hani, hingga Hani paham.

"Ini buku catatan gue, lo bawa dan lo pelajari. Di situ juga udah ada penjelasannya."

"Tapi lo gimana? Ini kan buku lo."

"Gue masih punya yang lain dan gue udah hafal sama semua rumus yang ada di situ."
Hani hanya ber-oh ria dan Dino kembali mengerjakan soalnya. Mereka berdua mengernakan soal sampai jam bimbingan selesai dan akan di lanjutkan nanti sepulang sekolah.

~~

Jam istirahat sudah di mulai sejak lima belas menit yang lalu. Desi dengan raut wajah yang kesal sedang berdiri di depan toilet sambil melipat tangannya di depan dada. Desi berjalan mondar-mandir di depan pintu toilet sambil menggerutu tidak jelas, ia tidak menghiraukan para siswa yang memperhatikannya dari tadi. Akhirnya Desi bernapas lega begitu melihat pintu toilet terbuka dan Hani keluar dari sana.

"Lo lama banget sih di dalem? Gue sampe jamuran tau nungguin lo," omel Desi.

"Ya maaf, perut gue sakit. Kayaknya gara-gara tadi malem deh."

"Tadi malem? Ngapain?"

"Gue makan rujak mangga muda tiga bungkus."

"Ya amsyong Han! Pantesan perut lo bermasalah. Mendingan sekarang kita ke kantin aja, biar perut lo gak sakit."

Desi menarik tangan Hani dan membawanya ke kantin. Sesampainya di kantin Desi di buat kesal lagi karena semua tempat duduk di kantin penuh, karena mereka telat datang.

"Duuhh gimana nih Han? Tempatnya uda penuh semua."

"Yaudah lah Des, kita beli makanan kecil aja di makan sambil jalan."

"Tapi gue pengen mie ayamnya mbak Mijan Han. Gue juga mau beliin lo bubur ayam biar perut lo adem."

"Udah ga usah, ayo pergi."

"Sebentar, itu kayanya ada bangku buat kita duduk. Ayo ikut gue."

Desi menarik tangan Hani menuju ke tengah kantin. Desi berhenti di sebuah meja yang sudah ada empat cowok di sana, siapa lagi kalau bukan Foru and the gengs yang beranggotakan cowok kembar yang otaknya geser dancowok ganteng cool dan pintar yang di kagumi banyak cewek. Desi berniat ingin numpang duduk di sana.

"Selamat siang teman-teman, gue sama Hani boleh ikut duduk di sini gak?" ujar Desi dengan semangat dan senyuman merekah di wajahnya.

"Heh, udah gak usah kita pergi aja," bisik Hani pada Desi.

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang