Chapter 22

3.8K 135 26
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

..
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.

Saat sesampainya di dorm mereka langsung menuju kamar mereka masing-masing. Sebelumnya mereka sudah berdiskusi di tempat latihan apa yang harus mereka lakukan untuk boyband ini. Mereka berusaha mengistirahatkan badan mereka yang lelah, mata yang kantuk, serta pikiran yang buyar.

Sementara member lain istirahat, Jimin menyempatkan sedikit waktunya untuk sekedar menulis buku diary pemberian Taehyung beberapa saat lalu, kini buku itu sudah penuh akan coretan curahan hati seorang Park Jimin.

Setelah selesai mencurahkan hatinya di buku diary, ia langkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia nyalakan shower, dan mulai membersihkan setiap sisi badannya dengan telaten. Saat sedang membersihkan badan ia teringat Jungkook menangis saat di tempat latihan, hatinya sungguh perih harus melihat orang-orang tersayang nya tersakiti. Segera saat itu setelah mandi dan berganti pakaian, ia keluar kamar menuju kamar Jungkook, ia yakin Jungkook kini sedang tidak baik-baik saja.

Benar saja, saat ia membuka pintu kamar Jeon Jungkook, ia melihat Jungkook masih menangis disana, badannya menghadap tembok, ia tidak tau ada yang masuk kamarnya tanpa izin. Jungkook menangis, walaupun ia tahan, tapi telinga Jimin masih bisa mendengar isak tangis nya.

“Jungkook?” panggil Jimin kepada Jungkook yang sedang menangis sambil memperlihatkan punggungnya yang bergetar.  Yang dipanggil namanya segera mengusap air mata yang sedari tadi mengalir tanpa henti. Ia malu jika ketahuan menangis diam-diam.

“Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?” ucap Jungkook masih membelakangi Jimin. Jimin segera mendekat, dan langsung memeluk tubuh Jungkook dari arah belakang (jikookers gimana perasaannya?).

“Ini aku Jimin hyung” ucap Jimin membisikkan namanya ke telinga Jungkook. Jungkook berusah melepaskan pelukan Jimin, tapi nihil. Yang memeluk, malah makin mengeratkan pelukannya.

“Apa Jimin hyung tidak diajarkan dari kecil jika masuk tanpa izin itu tidak sopan?” ucap Jungkook kesal.

“Hei, tentu aku diajarkan. Aku hanya khawatir pada keadaan mu saat ini. Aku takut kamu masih menangis, dan ternyata setelah aku cek, kau beneran menangis” ucap Jimin diselingi tawa. Jungkook hanya diam mendengarkan tanpa menjawab apapun.

“Kau jangan nangis lagi ya? Ada hyung disini, dan hyung lainnya yang siap menjaga mu. Kita semua sayang padamu Kook, kau tau itu kan? Jika kau sakit, kita juga merasakan sakit. Kau jangan terlalu memikirkan perkataan nya, mungkin dia begitu karna ada masalah atau sedang lelah” ucap Jimin berusaha menenangkan Jungkook.

“Kau tau kan tarian mu itu sangat bagus, dengan usia mu yang sekarang ini itu sudah mengatakan bahwa dirimu itu sangat hebat, bisa menguasai gerakan dengan mudah. Jika aku jadi kau, aku takkan se responsif itu. Kau maknae kami yang paling bertalenta Kook, kami sayang padamu” lanjut Jimin meneruskan kalimatnya. Tak ada suara disana terdengar. Semua nya hanya diam, Jungkook yang masih membelakangi Jimin, dan Jimin yang sedang memeluk Jungkook dari belakang. Tetapi, tiba-tiba tubuh Jungkook berbalik menghadap Jimin.

“Hyung, apakah aku salah menunjukkan kebolehanku dalam urusan menari? Maksudku aku hanya ingin menampilkan yang terbaik di atas panggung” ucap Jungkook memilin-milin bajunya, ia tak berani melihat Jimin karena mata bengkaknya.

“Heeyy itu bukan salahmu Kook. Manusiawi jika kamu menginginkan sesuatu yang sempurna, tapi manusia tidak akan pernah menjadi sempurna karena kita pasti memiliki kekurangan masing-masing. Aku pun berusaha untuk terlihat sempurna, tapi tetap tidak bisa, seberusaha apapun kamu, kau tidak akan menjadi sempurna, sempurna itu hanya milik tuhan, kita sebagai makhluk ciptaanya bisa apa?” Jungkook tiba-tiba membalas pelukan Jimin, Jimin kaget.

“Hyung” ucap Jungkook pelan tapi masih terdengar di telinga Jimin.

“Hm?” Jimin hanya berdeham tanda menyahut.

“Terima Kasih banyak” ucap Jungkook sambil mengeratkan pelukannya. Jimin hanya mengangguk dan menepuk-nepuk punggung Jungkook.

Mereka berpelukan cukup lama, hingga tanpa Jimin sadari Jungkook tertidur didada bidangnya. Jimin hanya pasrah, kini ia tidak bisa kembali ke kamarnya karena Jungkook masih memeluknya, ia takut nantinya akan membangunkan Jungkook.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tak lama kemudian pintu kamar Jungkook terbuka, disana terlihat semua member yang sedang berdiri di luar ambang pintu.

“JIMIN?” ucap Taehyung kaget melihat Jimin sudah ada didalam kamar Jungkook duluan.

“SSHHTT!” tanda Jimin kepada Taehyung agar tidak berisik, jari telunjuknya ia letakkan di depan mulut dan memberi isyarat jika Jungkook sudah tidur. Member hanya bisa mengangguk tanda mengerti. Mereka memasuki kamar Jungkook tanpa suara.

“Kenapa kalian semua kesini?” tanya Jimin sambil berbisik.

“Kita mengkhawatirkan Jungkook Jim. Kita tak tega jika Jungkook memikul nya sendiri” ucap Hoseok balas membisik. Jimin tersenyum mendengar kalimat yang diberikan Hoseok. Tak diragukan lagi, semuanya pasti sangat khawatir pada Jungkook, betapa beruntungnya Jungkook di sayangi oleh ke-enam hyung nya itu. Jimin menepuk-nepuk kasur yang ada disampingnya, tanda jika Jimin menginginkan mereka tidur disampingnya. Seluruh member mendekat dan menidurkan badan mereka di kasur Jungkook. Berakhirlah mereka tidur sambil berpelukan satu sama lain.

































































Halo readers
Kembali lagi dengan another chapter.
Semoga suka yaa.
Jangan lupa selalu jaga kesehatan<3
Jangan lupa juga buat vote sama comment yaa, moodbooster banget aku liat comments kalian hihi🤭
See you❤️

We Love You, ParkJimin 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang