Lee Chaerin dan Jung Yunho adalah pasangan yang sangat manis pada awalnya. Mereka juga cukup serasi karena hidup di kalangan atas. Lee Chaerin adalah seorang Designer terkemuka. Sedangkan sang suami adalah seorang Dokter sekaligus pemilik rumah sakit bertaraf internasional.
Semuanya berjalan cukup lancar. Hingga tiga tahun setelah pernikahan, mereka tidak kunjung di karuniahi buah hati oleh sang pencipta. Membuat rumah tangga yang semula halus, perlahan mulai menunjukkan keretakkannya.
Mereka frustasi. Karena kedua orangtua mereka terus saja menyudutkan. Bahkan terkadang Chaerin maupun Yunho saling tuduh-menuduh. Menuding satu sama lain jika terdapat kekurangan yang membuat mereka tak kunjung mendapatkan seorang anak.
Hingga akhirnya mereka sepakat untuk mengadopsi seorang bayi dari panti asuhan. Itu adalah usulan orangtua Yunho. Katanya, jika mereka mengadopsi seorang anak maka akan dapat memancing kemunculan anak dari rahim Chaerin.
Mereka sangat menyayangi bayi berumur empat bulan yang sudah ditinggal oleh kedua orangtuanya itu. Sampai dua tahun berlalu, akhirnya Chaerin berhasil mengandung seorang anak.
Lisa lahir diiringi dengan rasa haru kedua orangtuanya. Dan hari itu, hidup Jisoo berubah drastis. Chaerin dan Yunho seakan melupakan kasih sayang yang sempat diberikan oleh Jisoo. Mereka terlalu fokus dalam mengurus Lisa.
Awalnya memang hanya kediaman yang Jisoo terima dari orangtua angkatnya. Namun lama kelamaan, jika Jisoo melakukan kesalahan sekecil apapun, Chaerin pasti akan memperlakukannya dengan buruk.
Itu semua diakibatkan karena cemoohan pihak keluarga Chaerin. Banyak dari mereka yang tak suka dengan keberadaan Jisoo. Karena dipandangan mereka, Jisoo hanyalah anak yang tak punya asal-usul jelas dan membuat reputasi keluarga mereka buruk.
"Jangan terus menangis. Unnie ini adalah jelmaan Ironman. Jadi pasti akan kuat," saat ini Lisa sedang mengobati luka Jisoo yang disebabkan oleh Chaerin sambil menangis terisak. Dia selalu tak terima jika ibunya melakukan kekerasan pada sang kakak. Tapi dia bisa apa? Dia hanyalah anak berusia 16 tahun yang tidak bisa berbuat banyak.
"Iron namja, Unnie! Bukan Ironman!" Seru Lisa ditengah tangisnya. Membuat Jisoo tak tahan untuk mencubit hidung Lisa gemas.
"Sudah, jangan menangis lagi. Besok akan Unnie traktir ayam goreng dan susu cokelat, bagaimana?" Jisoo beralih menghapus air mata yang membasahi wajah adiknya. Tersenyum lebar ketika melihat mata Lisa mendadak berbinar.
"Di cafe milik Jiwon Oppa?"
Jisoo mengangguk cepat. Membuat Lisa dengan antusias memeluk erat tubuh kakaknya. Hal sederhana itulah yang selalu bisa menjadi obat sesungguhnya untuk luka Jisoo. Hanya Lisa, yang selalu bisa meredakan rasa sakit di hati dan fisiknya.
.......
Tengah malam dimana semua orang memilih untuk mengistirahatkan tubuh dari rasa lelah, tapi tidak dengan Jisoo. Dia masih berkutat dengan buku-buku tebal yang harus dikuasainya.
Jisoo adalah gadis yang pintar. Tapi ada kerja keras dibalik semua itu. Setiap hari, Jisoo harus rela tidur hanya dalam waktu tiga jam. Menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca dan berlatih soal.
Dia melakukan hal itu bukan tanpa alasan. Jika dia bodoh, Chaerin pasti akan lebih tak sudi untuk menampungnya lebih lama. Jadi, dia berusaha membuat nama baik Chaerin agar tak lebih mempermalukan Chaerin di hadapan keluarga wanita itu.
Lagipula jika dia bodoh, sudah pasti dia akan dibanding-bandingkan dengan Lisa yang pintar tanpa belajar sangat keras. Bukan Jisoo tak menyukai kelebihan adiknya, hanya saja jika dibandingkan dengan seseorang rasanya pasti sangat sakit. Sekalipun itu dengan orang tersayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Sister ✔
FanfictionDia selalu menjaganya. Rela mengorbankan segala hal untuk adik tercinta. Walaupun kenyataannya mereka tak memiliki hubungan darah, namun kasih mereka melebihi seorang saudara. Jung Lisa selamanya akan menjadi adik kesayangan Jung Jisoo. Begitupun se...