Setelah mendapat penanganan dan obat dari Dokter, Jisoo membawa Lisa kembali pulang ke apartemen karena adiknya itu tak ingin di rawat di rumah sakit. Lagi pula, Lisa merasa dirinya baik-baik saja. Dan juga, jika dia tinggal di rumah sakit maka Jisoo akan semakin berhutang lebih banyak pada Jiwon.
"Istirahatlah." Jisoo berkata dengan datar sembari menyelimuti Lisa hingga sebatas dada. Lalu berjalan keluar dari kamar itu menuju dapur.
Dia mulai mengambil benda-benda tajam yang tergeletak di atas meja. Memasukkannya ke dalam laci dan menguncinya. Setelah selesai, Jisoo memilih duduk di sana sembari memijat pelipis yang mulai berdenyut.
Saat ini, dia bukan marah pada Lisa. Namun marah pada dirinya sendiri yang tak bisa menjaga sang adik dengan baik. Jika saja Jisoo datang terlambat tadi, entah apa yang akan terjadi pada Lisa. Pasti akan lebih buruk.
Sebenarnya, seringkali Jisoo menyuruh Lisa untuk kembali ke rumah megah miliki Jung Yunho. Namun Lisa selalu menolak dan ingin terus berada di dekat Jisoo. Gadis berponi itu menganggap Jisoo segalanya, lebih dari apa pun yang dia punya. Hingga berpisah dari keluarga kandungnya pun tak terlalu berat untuk Lisa.
.......
Chaerin merasa hari-harinya semakin buruk. Kesepian itu benar-benar menyerangnya tanpa ampun. Dan rasa bersalah mau tak mau kini hinggap di hatinya. Membuat Chaerin tak bisa bernapas lega sedetik pun.
Entah setan apa yang merasukinya, Chaerin sungguh tak tahu. Dulu dia begitu menyayangi Jisoo. Namun setelah kemunculan Lisa, dia melupakan Jisoo begitu saja. Menganggapnya sebagai butiran debu yang tak berarti.
Dan kini anak yang dia sayang dan anak yang dia abaikan pergi begitu saja. Jejaknya hilang terhapus angin. Bahkan orang-orang suruhan suaminya tak dapat menemukan dua gadis itu.
Chaerin menghela napas. Meraih sebuah album foto dan membukanya perlahan. Dan ketika sebuah foto bercetakkan gambar wajah seorang bayi, dia benar-benar menangis.
Mertuanya memang benar. Dia sudah seperti bukan manusia jika sedang memperlakukan Jisoo dengan buruk. Padahal, dia dan Yunho yang menginginkan keberadaan Jisoo dulu. Tapi seakan dia lupa akan hal itu. Mengabaikan Jisoo dan bahkan berharap anak itu pergi dari keluarganya.
Seseorang memang lebih berarti jika dia hilang. Dan Chaerin merasakannya saat ini. Adegan-adegan yang menyakitkan pun berputar di kepalanya selama tiga minggu kepergian Jisoo dan Lisa dari rumah. Bagaimana dia memukul Jisoo, memaki Jisoo, dan memperlakukan gadis itu seperti seonggok daging tak berguna.
Dia menyesal karena terhasut oleh ucapan keluarganya. Mereka selalu menginginkan kesempurnaan tanpa tahu jika hal itu menyakiti orang lain. Berbeda dari keluarga suaminya yang justru sangat menyayangi Jisoo. Mereka tak membedakan Jisoo dan Lisa. Karena menurut mereka, keluarga hangatlah yang terpenting dari sengalanya.
"Tolong, ampuni dosa Eomma. Kembalilah dan hukum, Eomma." Chaerin berujar sangat lirih. Mengusap foto Jisoo saat masih bayi dulu.
.......
Setelah bekerja hampir satu hari penuh, lelaki itu akhirnya bisa menikmati waktu istirahat sejenak di tempat penyimpanan barang itu. Dia duduk di kursi yang sudah tampak tua. Memperhatikan orang berlalu-lalang sembari membawa dan mengemas barang milik pelanggan.
"Kau tahu? Dunia ini sangat kejam," salah satu pekerja disana yang cukup dekat dengan Jaejoong duduk di sampingnya.
"Sudahkah kau dengar berita bahwa Seoknam dirampok saat sedang ingin mengirim barang ke Gwangju?" pertanyaan dari temannya itu membuat mata Jaejoong membulat. Dia sama sekali tak tahu jika temannya yang juga menjadi sopir mobil pengangkut barang mengalami musibah.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Sister ✔
FanfictionDia selalu menjaganya. Rela mengorbankan segala hal untuk adik tercinta. Walaupun kenyataannya mereka tak memiliki hubungan darah, namun kasih mereka melebihi seorang saudara. Jung Lisa selamanya akan menjadi adik kesayangan Jung Jisoo. Begitupun se...