Setelah kelasnya selesai hari ini, Jisoo langsung berlari keluar dari gedung kampus. Berhenti pada halte bus yang ada di depan gedung itu, lalu tertawa kecil karena merasa tingkahnya benar-benar konyol.
Sudah satu minggu ini, dia kembali berkuliah. Tak ada yang berubah. Hanya saja, dia tak akan mengendarai mobilnya sendiri lagi. Karena setiap hari Yunho selalu mengantar dan menjemputnya. Membuat Jisoo bahagia bukan main.
Dan sekarang, karena dia tak sabar bertemu sang Ayah. Jisoo tanpa melihat jam tangannya langsung berlari ke tempat biasa dia menunggu kedatangan Yunho. Namun Ayahnya tentu belum ada disana. Karena jam masih menunjukkan pukul setengah empat sore. Ayahnya bilang, akan sampai disana tiga puluh menit lagi.
Sembari tersenyum cerah, gadis berambut hitam itu duduk di bangku yang tersedia. Dia akan menunggu Ayahnya dengan perasaan gembira. Karena tak ada sama sekali rasa kesal walau Ayahnya terlambat sekali pun.
Jisoo mendongak, menatap langit yang sore ini begitu cerah. Layaknya hati Jisoo kini. Hari-harinya semakin baik. Dan gadis itu tentu selalu bersyukur dengan apa yang terjadi.
"Jisoo-ya,"
Senyum Jisoo perlahan menghilang. Digantikan dengan wajah datar dan dingin. Lalu menoleh ke arah lelaki yang berdiri tak jauh darinya. Memakai pakaian serba panjang, juga masker dan topi untuk menutupi wajahnya. Namun setertutup apa pun, Jisoo tahu siapa lelaki itu.
"Appa minta maaf, eoh? Saat itu... Appa tidak sengaja. Appa hanya emosi ketika gadis yang bersamamu ingin memisahkan kita."
Kedua mata Jisoo berangsur memerah mendengar ujaran Ayah kandungnya itu. Beranjak berdiri dan menatap Jaejoong tajam.
"Kau... Menyalahkan adikku?"Bibir Jaejoong kelu melihat raut wajah Jisoo yang tampak begitu tak suka jika dia menyalahkan Lisa. Tapi kenyataannya memang begitu. Dia marah karena dengan seenaknya Lisa tak memperbolehkan Jaejoong membawa anaknya sendiri.
"Jisoo--"
"Dengar, Kim Jaejoong-ssi. Setelah kau meletakkanku begitu saja di panti asuhan, mulai detik itu aku bukan lagi anakmu. Jadi... Berhenti menemuiku." Ujar Jisoo penuh emosi. Hendak melangkah meninggalkan halte bus itu, namun tangan Jaejoong terlebih dahulu menahan lengannya dengan erat.
"Seperti inikah didikan orang tua kayamu itu? Tidak bisa berbakti pada Ayah kandungmu sendiri?" tanya Jaejoong marah. Dia bahkan tak sadar telah mencengkram lengan sang anak hingga memerah.
"Untuk apa aku berbakti pada lelaki jahat seperti dirimu?" sembari mengatakan itu, Jisoo masih berusaha untuk melepaskan tangan Jaejoong yang berhasil menyakitinya.
"Lepaskan anakku." Suara dingin seseorang itu mampu membuat Jisoo dan Jaejoong menoleh kaget. Dilihatnya, kini Yunho sedang berdiri di samping mobilnya sembari memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana.
"Kau tidak mendengarku? Apa kau tuli?" tanya Yunho melihat Jaejoong masih menahan lengan Jisoo.
Merasa Jaejoong tak juga menuruti ucapannya, Yunho menghela napas berat. Lalu berjalan ke arah mereka berdua, dan tiba-tiba melayangkan pukulan pada wajah Jaejoong hingga lelaki itu tersungkur.
Bruk~
"Jangan sentuh anakku dengan tangan kotormu." Ucap Yunho menatap tangan Jaejoong tajam.
Bukannya takut, lelaki yang memiliki ikatan darah dengan Jisoo itu terkekeh masam.
"Dia anak kandungku. Hakku untuk melakukan apa pun padanya. Sekali pun membunuhnya, aku tak membutuhkan izin siapa pun."Amarah Yunho semakin menjadi mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Jaejoong. Hendak memukul lelaki itu kembali, namun Jisoo segera menahannya.
"Kau seharusnya berterima kasih, karena Jisoo telah membebaskanmu dari penjara. Jika saja kau masih disana, aku akan memastikan kau mati membusuk!" Bentak Yunho, yang sama sekali tak membuat Jaejoong takut sedikit pun. Lelaki itu justru kembali berdiri tepat di hadapan Yunho.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Sister ✔
FanfictionDia selalu menjaganya. Rela mengorbankan segala hal untuk adik tercinta. Walaupun kenyataannya mereka tak memiliki hubungan darah, namun kasih mereka melebihi seorang saudara. Jung Lisa selamanya akan menjadi adik kesayangan Jung Jisoo. Begitupun se...